"Baik, saya permisi," ucap Hana pada dua orang atasannya, --Yoon PD-nim, dan Cha Suho-- yang duduk bersebelahan, tersenyum ramah pada gadis itu, kecuali Junhyuk. Pria super ganteng se-jagat webnovel ini masih tampak merengut sebal dengan tatapan yang tajam ke arah Hanna, hingga gadis itu kembali bingung apakah dia sudah melakukan kesalahan sampai harus mendapat sorot tajam yang membuat tak nyaman itu.
Hana memutuskan tak mengindahkan Junhyuk, ia keluar dari ruangan Yoon PD untuk merevisi semua hasil rapat tadi ke dalam jadwal Junhyuk di mejanya.
Beberapa ide dari Hana diterima dengan baik oleh Yoon PD membuat Hana jadi bersemangat untuk segera menyelesaikan pekerjaannya ini, setidaknya besok pagi dokumen ini sudah harus selesai sehingga pelaksanaan jadwalnya bisa segera di laksanakan.
Junhyuk masih mencuri kesempatan untuk memperhatikan gadis itu, dia sedikit tersenyum manakala tampak olehnya Hana yang semangat mengerjakan jadwal miliknya.
Namun, disaat Hana sedang serius bekerja, Yeojong kembali berulah dengan memberikan setumpuk berkas yang katanya harus dipilah, itu adalah berkas lama yang rencananya akan di bagi menjadi berkas penting dan akan di arsipkan, lalu sisanya di hancurkan.
"Tolong kau pilah berkas ini, Kami juga mengerjakan sama banyaknya denganmu, jadi jangan merasa dicurangi!" ujarnya dengan nada sedikit ketus, lalu melenggang kembali ke mejanya sendiri.
Sial! Batin Hana merutuk. Perkerjaannya seolah tidak ada habisnya. Bagaimana dia akan pergi dengan Sohee akhir minggu nanti kalau tugasnya saja tak habis-habis. Bukankah Hana tidak termasuk ke dalam timnya Yeojong? Kenapa perempuan itu selalu menyiksannya.
Semua keluhan dan gerutuan itu hanya sanggup Hana ucap dalam hati, Iya! Dalam hati sebab jika Yeojong dengar dia menggerutu, penderitaan Hana akan semakin panjang.
Di sisi lain, Junhyuk yang menyaksikan bagaimana Yeojong semena-mena dan membuat Hana jadi kesulita--, Ekhem! Maksudnya, membuat pengerjaan jadwal tournya tertunda, jadi sedikit merasa kesal. Ia yang biasanya tidak peduli dengan tingkah polah Yeojong selama ini, mendadak jadi memperhatikan gerak-geriknya. Dimata Junhyuk, Yeojong tidaklah cakap, suka ngobrol saat bekerja dan melimpahkan pekerjaan yang sulit pada orang lain, padahal dia adalah senior.
Alisnya mengerut tak senang, kenapa bisa orang seperti itu kerja di Moonlight, harusnya cari pegawai itu yang seperti Hana, cekatan, tidak banyak bicara, pekerjaannya rapih, tidak banyak menge-- Ukh! Lagi-lagi otaknya tak bisa dia kendalikan.
"Hyuk-ah, ayo kita ke lokasi, hari ini jadwal syuting iklan Lunak white coffe. Kita harus sudah di lokasi dalam 1 jam." Suho sudah berdiri di hadapan Junhyuk, sambil menilik waktu pada jam yang terpasang di pergelangan tangan kanannya.
Junhyuk segera berdiri, mengikuti hyung nya berjalan keluar dari gedung agensi, matanya tidak bisa diajak kompromi sebab terus saja melirik ke meja Hana saat ia melewatinya.
Sial! Aku ini kenapa sih?! Batinnya kesal.
Sementara itu, Hana sedang sibuk memilah berkas dari Yeojong. Ia berencana akan mengerjakan ini setengah, lalu lanjut mengerjakan jadwal tour Junhyuk dan sisa pekerjaannya nanti akan bawa pulang untuk disortir di kamar asrama nya.
Kepalanya sedikit pening, buru-buru ia membuat teh hangat di pantri dan makan sedikit biskuit untuk mengganjal perut, tidak akan terburu untuknya menyelesaikan pekerjaan jika nanti harus makan siang dulu, jadi dia akan merapel makan hari ini saat malam nanti, membeli kimbab saat pulang ke asrama menjadi pilihan untuk menu makan malamnya nanti, itu akan lebih praktis dan bisa ia makan sambil bekerja.
Hanna menepuk-nepuk bahunya yang kini kaku dan sangat sakit karena kebanyakan menunduk dan bekerja. Hari sudah beranjak sore dan sisa pekerjaannya masih banyak, beruntungnya, revisi jadwal tour Junhyuk sudah berhasil ia selesaikan, sekarang tinggal berkas milik Yeojong yang bertumpuk di mejanya itu. Ia mulai mengemasi berkasnya dan kemudian membawanya pakai paperbag besar sebagian dari tumpukan itu.
Yeojong tampak sudah pulang lebih dulu sejak tadi, bahkan tumpukan berkas yang ia kerjakan tidaklah lebih banyak dari milik Hanna. Gadis itu benar-benar mengutuk sang senior arogan. Kalau saja dia punya boneka voodoo, sudah sejak kemarin ia santet itu si Kim Yeojong biar muntah darah.
Hanna menghela berat, rasanya badannya sekarang remuk redam, ingin sekali tidur setelah sampai asrama, tapi apa daya ia takkan bisa melakukannya hingga weekend nanti. Hanna berjalan gontai meuju halte bus dekat kantornya menunggu bus sore yang selalu ia tumpangi itu.
Tak berapa lama bus pun berhenti di depan mukanya, sedikit kesulitan Hanna membawa paperbag berat tersebut menaiki bus, ia menyandar malas pada jendela kaca, memperhatikan jalan yang ia lewati dengan mata berat yang memaksa untuk semakin rapat bagai ada magnet yang saling tarik menarik di kelopaknya, tapi Hanna tak bisa jatuh tertidur seperti kemarin, bisa benar-benar terlewat dia kalau tertidur lagi hari ini.
Turun dari bus, Hana berjalan lelah, ia mampir ke sebuat kedai yang menjual kimbab, ia membeli 2 roll kimbab gulung utuh yang hangat, juga seporsi ceker ayam pedas untuk makan malamnya nanti. Sampai di asrama, ia segera melempar sembarang paperbag berat itu dan merebahkan dirinya sebentar di kasur, rasanya nyaman sekali seperti tidur di awan, tanpa sengaja magnet di kelopak matanya mendadak punya kekuatan besar dan dengan cepat merapatkan matanya yang lelah.
Gadis itu tersentak dan bangun saat hari sudah gelap, ia terkejut karena kini kamar studio asramanya terasa remang, ia meraba-raba mencari sakelar lampu, lalu duduk berjongkok mengusap wajahnya setelah berhasil menyalakan lampu. Ia tertidur nyaris se-jam lamanya. Segera ia beranjak mandi dengan kilat lalu membongkar berkas itu sambil mengeluarkan makanan yang tadi sudah ia beli. Ia memilah berkas itu dengan sebelah tangan sesekali menyuap kimbab ke mulutnya, pekerjaannya selesai saat jam sudah menunjukkan pukul 01 dini hari.
"Uwaaaaaaakkhhhh ... aku capeeeeek siaaaal!!" pekiknya seraya mengubur tubuhnya di kasur dengan asal lalu tertidur dalam posisi tak nyaman itu hingga pagi.
Pagi hari telah tiba, sekujur tubuhnya terasa sangat sakit dan pening kepalanya semakin menjadi.
"Akh! Aku harus makan beneran hari ini kalo gak mau tumbang. Uuukkhh ... Kim Yeojong sialan!" keluhnya saat baru saja bangun.
Ia menempelkan banyak koyo di punggung dan bahunya setelah mandi dan bersiap ke kantor, tidak lupa semua berkas yang semalam sudah ia rapihkan, kembali ia bawa ke kantor dan berencana akan ia hempaskan di meja Yeojong nanti. Kepalanya sangat pening karena kurang istirahat dan kurang makan.
BRUK
Yeojong mendongak kesal menatap pada Hana yang baru saja menghempaskan berkas di mejanya hingga hampir menumpahkan americanonya.
"Hei! Apa-apaan kau ini! Tidak punya sopan ya! Aku ini senior mu, cih!"
"Maaf, berkasnya sangat berat jadi aku tak sengaja menghempaskannya, tenagaku sudah tidak ada karena terus diperas." sindir Hanna karena sudah diambang batas kesabarannya. Yeojong hanya diam tak menanggapi, hanya memperlihatkan raut kesalnya.
"Itu berkas yang sudah selesai dipilah, lalu masih ada sebagian lagi disana yang juga sudah selesai, akan aku antar nanti, permisi." Hanna membungkuk seadanya untuk pamit ke mejanya sendiri, Sua tampak terkekeh karena Hanna sanggup membungkam Yeojong barusan itu.
Hanna terlalu lelah untuk berpura-pura menurut padanya hari ini, baginya, tersenyum dan menegatakan 'iya' pada Yeojong itu juga menghabiskan tenaga.
Sementara Hanna melanjutkan pekerjaan memilah berkas itu, Junhyuk baru saja datang dan berjalan menuju ruangan Yoon PD. langkahnya terhenti saat Sua dan Jaehyun sibuk histeris melihat hidung Hanna mimisan sangat banyak hingga mengenai kemejanya. Junhyuk terkejut melihat itu.
"Hanna-ya!"
"Aarrhhh, sial." ucap Hanna datar dengan tisu yang sedang ia sumpal ke hidungnya saat ini, akhirnya ini terjadi juga, Hanna memang selalu mimisan jika terlalu lelah atau kurang istirahat.
"Hei dongakkan kepalamu!" titah Jaehyun sambil mendongakkan kepala Hanna dengan tangannya.
"Tidak, jangan di dongakkan, nanti darahnya mengalir ke otak, tundukkan kepalamu!" ujar Hanmi pula seraya menundukkan kepala Hanna. Sudah seperti mainan kepalanya kini.
"Aaah ... apa seperti itu?" tanya Jaehyun soal tidak boleh mendongak saat mimisan.
"Tentu saja, kau di sekolah belajar apa sih!" omel Hanmi yang kini sibuk memberikan tisu baru pada Hanna.
"Junhyuk masih bergeming, memperhatikan bagaimana kondisi Hanna dari tempatnya.
"Hyuk-ah? Ayo, waktu kita tidak banyak." tegur Suho menyiku lengannya sedikit, Junhyuk menurut dan mengikuti langkah Suho menuju ruangan PD-nim.
"Hyung, sepertinya aku butuh satu orang asissten untuk membantuku." ujar Junhyuk tiba-tiba setelah ia berpikir lama, mencari celah agar Hanna tidak perlu lagi bekerja sekeras itu, penampakan Hanna yang mimisan dengan sebab yang ia yakin karena kelelahan itu, sedikit mengganggunya.
Suho mengerutkan keningnya heran karena tiba-tiba Junhyuk meminta hal itu.
"Ada apa denganmu? Biasanya kau yang menolak untuk punya tim asissten tetap yang akan membantu dan bersama kita kemana pun." ucap Suho.
"A-aku hanya merasa Hyung sudah banyak kewalahan, jadi yaah ... menambah seorang asissten kurasa takkan masalah." Junhyuk membuang mata kala mengatakannya, takut dicurigai Suho.
"Yaaah, kalau itu pertimbanganmu, aku juga senang kalau ada orang tambahan yang membantuku. Aku akan katakan pada PD-nim nanti." Junhyuk mengangguk.
Tak lama PD-nim masuk ke ruangan setelah menghadiri rapat penting, setelah membicarakan mengenai semua urusan mereka, juga jadwal tour yang kini sudah fixed, pagi tadi sekretaris Yoon PD meminta jadwal itu pada Hanna. Suho juga akhirnya mengatakan permintaan Junhyuk tadi. Yoon PD menyambut baik keinginan Junhyuk dan segera memberikan nama orang yang bisa menjadi asisstennya.
"Aku akan pilih sendiri orangnya." sahut Junhyuk santai, lalu beranjak keluar ruangan itu dan berdiri di belakang Hanna.
Yoon PD dan Cha Suho mengikutinya dengan wajah bingung.
"Aku mau dia yang jadi asissten tetapku." tunjuk Junhyuk pada punggung Hanna dengan sebelah tangan yang tenggelam ke dalam kantong celana. Wajahnya datar seperti biasa saat mengatakannya.
Semua orang disana terperangah, begitupun Hanna yang terkejut saat menoleh, mendapati jari telunjuk Junhyuk yang mengarah padanya. Ia merasa seakan keluar dari kandang singa, lalu masuk ke lubang buaya.