Weekend tiba, sesuai dengan janji yang sudah Hanna buat dengan Sohee waktu lalu, mereka akan makan bersama saat weekend, dan baru hari ini bisa terlaksana. Hanya saja, Hanna dibuat tersenyum canggung dan kikuk saat tiba di lokasi tempat ia janjian dengan Sohee.
Disana terlihat ramai sekali anak-anak K'ART dari berbagai jurusan, bukan hanya anak-anak Visual Communication Design dari banyak angkatan, tapi juga dari jurusan lain dan tampak semarak bercengkrama saling mengenal satu dengan lainnya.
Mereka rata-rata kenal saat mengambil salah satu atau bahkan beberapa mata kuliah pilihan yang sama meski berbeda jurusan. Dan Hanna tidak tahu pasti siapa yang mencetuskan ide ini karena sekarang ia bahkan tidak tahu kabar apapun soal kampus kecuali sesuatu yang di ceritakan Sohee padanya. Itupun, tak begitu rinci sebab Sohee juga jarang sekali ke kampus, si cantik dengan rambut bercat keemasan itu juga lebih banyak bolos kelas daripada presentase hadirnya.
Gadis itu terpaku di depan pintu masuk resto barbaque dan menatap ke sekeliling, mencari sosok sahabatnya yang tak lain adalah Kim Sohee. Hanna harus meminta penjelasan pada anak itu, apa yang sebenarnya terjadi hingga mereka harus membatalkan acara makan ayam goreng dengan beer berdua, dan malah berakhir di resto penuh asap ini.
Seminggu bekerja dengan Junhyuk, sudah membuat Hanna lelah lahir dan batin, jadi setidaknya ia ingin memghabiskan waktu yang nyaman dengan sahabatnya sambil bertukar banyak cerita. Sudah puluhan unek-unek yang menggantung di tenggorokan Hanna soal Junhyuk dan ingin ia muntahkan pada Sohee agar sedikit lega perasaannya. Tapi, apa ini? bagaimana bisa dia punya quality time dengan Sohee kalau seperti ini, lagipula bagaimana dia akan bercerita soal Junhyuk tepat di samping telinga orang sebanyak ini, bisa-bisa dia dituntut oleh Junhyuk karena menjelek-jelekkan imagenya di hadapan orang lain.
"Hanna-yaa!!" suara sember khas milik Sohee yang Hanna kenal betul kini mengalihkan perhatiannya. Ia menoleh ke sudut kiri ruangan, nampak Sohee bersama beberapa orang duduk bersama disana, dan dengan kompak mereka menoleh pada Hanna karena Sohee melambai padanya dengan wajah sumringah.
Hanna berusaha melempar senyum pada Sohee, meskipun ia sangat canggung dan ingin pulang saja sekarang rasanya. Ia balas melambai rendah pada Sohee lalu berjalan mendekat ke meja tempat sahabatnya itu duduk.
"Aigoo ... uri Hanna akhirnya tiba juga ... aaahhh ... aku kangen sekali padamu," sapa ceria Sohee sambil heboh memeluk Hanna dari samping tepat saat gadis itu baru saja mendudukkan pantatnya pada kursi sebelah kanan sahabatnya.
Beberapa lelaki seangkatan maupun senior yang duduk berhadapan dengan mereka tampak memperhatikan bagaimana Sohee bersikap pada Hanna, dan tentu saja membuat Hanna sedikit risih. Maksudnya, tatapan mereka bukan terlihat seperti menatap pada teman sebaya, tapi lebih memperhatikan lebih dalam dan terus saja menyorot intens. Sohee tampak sudah minum beberapa shoot beer dicampur soju hingga sedikit mulai banyak bicara tetapi masih bisa dikatakan sadar, dia memang kuat minum dan jarang mabuk meski wajahnya sudah memerah.
"Sohee-ya, berhentilah minum, aku kesini bukan untuk membopongmu pulang sempoyongan, bodoh!" semprot Hanna dan hanya dibalas cengiran polos Sohee.
"Eeeii ... daging itu lebih enak kalau dimakan bareng alkohol, kau cobalah juga! Biar aku panggangkan untukmu!" cecar Sohee ceria.
"Sohee-ssi, tidak mau mengenalkan temanmu pada kami?" celetuk salah seorang senior yang duduk semeja dengan keduanya. Hanna jadi linglung sendiri dan merasa tak nyaman.
"Aish, tidak ... tidak! Hanna-ku itu anak baik, seonbae cari perempuan lain saja, tidak aku izinkan kalau Hanna!" oceh Sohee, ia memang paling tau kalau senior di kampus itu sangat suka sewenang-wenang dan sok paling cakep sedunia hjngga para junior harus melakukan apapun yang mereka ingin, yah ... tidak semua begitu, tapi kebanyakan dari senior akan begitu.
"Hei, memangnya aku mau ngapain? Hanya ingin kenal saja, masa tidak boleh?" senior itu menyeringai geli.
"GAK BOLEH! Tidak aku izinkan pokoknya!" seru Sohee tegas, membuahkan kekehan sang senior itu yang kemudian memilih menenggak minumannya dari pada meladeni ocehan Sohee lebih jauh lagi.
"Tapi, hei! Kenapa bisa kita disini? Bukannya kita janji ke pal-pal (88) chiken dan makan ayam goreng?" tanya Hanna sedikit memicing pada sahabatnya yang sibuk memanggang dgaing untuknya.
"Hahah, aku lupa bilang padamu kalau anak-anak membuat acara makan-makan setelah festival kemarin, dan hari ini baru sempat terlaksana setelah mencocokkan jadwal semua orang. Maafkan aku! Mereka memaksa aku ikut, jadi kupikir tak apa kalau kita pindahkan tempat bertemunya jadi disini, heheh." cengir polos Sohee mengakhiri ucapan panjang kali lebarnya.
"Huuufftt ... kau ini, setidaknya beri aku kabar," sungut Hanna sebal.
"Maafkan aku~ aku sungguh lupa mengabarimu, ini ... makanlah, enak sekali! Heheh," bujuk Sohee dengan meletakkan daging matang yang baru selesai dipanggang itu ke atas sebuah piring di hadapan Hanna.
Gadis itu tak bisa berkata apapun dan hanya memilih makan daging yang sudah di sajikan Sohee di piringnya.
"Hanna-ssi?"
Seketika Hanna refleks menolehkan tatapannya ke arah depan, terlihat seorang pria yang tak asing bagi Hanna berdiri disana. Pria itu tersenyum saat tahu bahwa tebakannya benar, sementara Hanna membeku tak percaya.
Si pemilik Iphone keluaran terbaru yang sudah Hanna injak layarnya sedang berdiri menatapnya dengan senyum manis terkembang, tapi di mata Hanna senyum itu justru terlihat menyeramkan hingga membuatnya gugup.
"A-annyeong haseyoo ...." ucap Hanna sedikit mengangguk dengan mata yang ikut turun memandang ke bawah, tak berani bersirobok.
"Heheh, nae, annyeong haseyo ... tidak sangka akan bertemu Hanna disini," Kyungsoo terus saja tersenyum sambil duduk di kursi sudut sebelah Hanna, menghadap serong kearah gadis itu.
"Aah ... i-iya, aku juga tidak menyangka. Maaf soal pon--"
"Ssstt ... aku menyapamu bukan untuk menagih soal itu, santai saja, heheh." ia masih terus tersenyum tak surut, membuat Hanna salah tingkah sendiri.
Sohee memicing memperhatikan Ha Kyungsoo dari tempatnya, dan dalam sekali lihat dia tahu kalau pria itu yang terlibat dengan Hanna soal ganti rugi ponsel, masalah yang sedang membelit Hanna. Melihat bagaimana kikuknya Hanna, Sohee jadi berinisiatif untuk mencairkan suasana diantara mereka, sebab ia dengar bahwa pria itu bilang tidak bermaksud menagih ganti rugi itu sekarang.
"Kau ... Ha Kyungsoo bukan?" celetuk Sohee, membuat Hanna seketika menoleh padanya, begitupun pria bernama Ha Kyungsoo itu.
"Ya, kau kenal aku?" tanya Kyungsoo sambil mengingat-ngingat wajah Sohee jika sekiranya mereka memang kenal.
"Aku Kim Sohee, bukankah kita sekelas saat kelas 11?" ucap Sohee cuek.
Kyungsoo sedikit memiringkan kepalanya, berpikir dan mengingat teman-teman sekelasnya saat SMA terutama saat kelas 11, Hanna hanya bisa bergantian menatap dua orang yang tidak dia sangka saljng kenal.
"Ah! Aku ingat, kau Kim Sohee yang pernah bolos kelas dan di hukum membersihkan lapangan bersama dua orang temanmu kan?!" cecar Kyungsoo tiba-tiba.
"Hei! Kenapa hal itu yang kau ingat, cih!" kesal Sohee sambil berdecih malas, dan membuat Hanna tertawa kecil dibuatnya. Sahabatnya itu ternyata memang bandel sejak dulu.
"Jangan tertawakan aku Hannaaaa ...." Sohee mencubit kedua pipi Hanna dan menariknya gemas. Kyungsoo tersenyum lebar melihat Hanna yang jadi lebih imut dalam posisi dicubit Sohee begitu.
"Heheheheh," kekeh pria itu ditempatnya.
Bzzzttt ... bbzzztt ... bbzzttt
Getar pknsel Hanna membuyarkan candaan mereka, dengan cepat ia merogoh sling bag yang ia bawa untuk mengambil ponselnya. Nama Kang Junhyuk tertera di layarnya membuat Hanna seketika jadi berdebar. Ada apa gerangan si boss Junhyuk menghubunginya di hari libur?!
"Sebentar, aku angkat telepon dulu," Hanna gegas berdiri dan menjauh, keluar dari resto barbaque itu untuk menuju tempat yang sedikit senyap agar bisa menelpon.
"Ya, Halo?" ucap Hanna serikit ragu menjawab panggilan orang di seberang telepon sana.
"Lama sekali hanya untuk mengangkat telepon saja," sahutan dingin terdengar dari suara dalam ponselnya membuat Hanna jadi ingin sekali membanting ponsel itu sekarang juga agar orang bernama Junhyuk tak bisa lagi menghubunginya.
"Maaf, saya sedang bersama teman-teman kampus, jadi saya harus keluar dulu mencari tempat hening untuk menerima telepon. Apa ada yang bisa saya bantu Junhyuk-ssi?"
Aaarrgghh ... bodoh kau Hanna! Kenapa tanya seperti itu? Inikan hari liburmu! Masa bodoh dengan kebutuhan si songong Junhyuk itu! Sial!
Batin Hanna seketika merutuk kesal sebab lontaran ucapannya yang tanpa sengaja malah menawari Junhyuk bantuan disaat hari liburnya begini. Ia menggigit bibir bawahnya sendiri saking menyesal bicara begitu.
"Tidak ada, a-aku ... hanya memastikan apa benar ini nomormu atau bukan ... ekhem ... yaaah ... siapa tau Cha Suho mengerjaiku dengan memberikan nomor palsu." Junhyuk yang gantian merutuki dirinya sendiri sebab tiba-tiba jadi gagap hanya untuk bicara soal kenapa ia menghububgi asisstennya itu.
"Aah ... begitu, iya benar ini nomor ponselku, silahkan hubungi jika anda memerlukan bantuan saya," entah kenapa ucapan ini lolos begitu saja dari mulut Hanna, ia bahkan tak memberikan ketentuan untuk tidak menghubunginya saat hari libur.
"O-oke, baiklah! Kalau begitu, aku tutup ..."
"Baik ..."
"Ah! k-kau ... sekarang dimana?" tanya Junhyuk tiba-tiba, seolah ia baru saja ingat untuk bertanya hal itu.
"Saya? Di restoran barbeque dekat kampus, teman-teman sedang mengadakan acara makan-makan bersama ... eeuumm ... m-memangnya ada apa?" tanya Hanna heran karena Junhyuk yang tumben sekali kngin tau dimana dia.
"Benarkah? Apa kau minum? Bagaimana kalau kau mabuk, berbahaya untuk pulang dalam kondisi begitu, kau ini!" kini Junhyuk mulai ngomel lagi.
"Aah ... saya tidak mabuk, dan tidak banyak minum, anda tidak perlu khawatir."
"K-khawatir? Aku? ..... y-yaaah ... anggap saja seperti itu, jadi jangan coba-coba banyak minum dan jadi mabuk lalu tak sadar dengan sekitar! Mengerti?!"
"Eeeuuhh ... yaa, baiklah saya mengerti."
"Oke, aku tutup!"
Tuuut ... ttuuutt ... tttuuuut ...
"Waaah ... ada apa dengannya? Bikin merinding saja tiba-tiba khawatir?! Cih, yang benar saja, dasar gila!" omel Hanna sambil menatap ponselnya yang baru ia masukkan kembali ke dalam tas. Segera Hanna melangkah untuk masuk ke dalam restoran lagi, ia bahkan belum sempat menghabiskan daging yang di panggang Sohee untuknya tadi.
"Daehagsaeng!" (*)
Hanna menoleh, tampak seorang ahjussi (om-om) mabuk sedang berjalan mendekatinya, baru ia sadar kalau ternyata ia pergi ke tempat yang terlalu sunyi untuk menerima telepon Junhyuk tadi.
Aish! Gawat! desahnya dalam hati.