"Om, Tante, mau kemana?"
Kring.. Kring..!
Bocah mengerikan tadi sekonyong-konyong muncul menghadang langkah kami, kali ini dengan muka rata! Tak ada mata, hidung dan mulut di tempat di mana seharusnya berada pada wajahnya. Kami berdua terpaksa berhenti. Feli menangis histeris, terasa sekali tubuhnya gemetaran di pelukanku.
Kemudian bola cahaya itu muncul kembali dari dadanya lalu membesar dan melayang diam bagaikan mengambang di depan kami. Makhluk mengerikan berbentuk bocah bermuka rata dan sepasang ibu-anak tanpa kepala itu mundur teratur dan lenyap dalam kabut. Sepertinya mereka gentar kepada bola cahaya ini.
"Om, Tante, ayo ikut aku!" Suara seorang gadis kecil tiba-tiba terdengar dari samping kami. Mati aku, apalagi ini..?!
Menengok ke arah suara, tampak seorang gadis kecil berusia sekitar tujuh tahun berpiyama biru dan rambut diikat ke belakang tengah berdiri menatap kami. Dengan bola mata hijau kebiruannya, seperti keturunan Eropa, ia tersenyum manis pada kami. "Jangan takut Om, Tante. Tante Lastri yang minta aku jemput Om sama Tante." Ia mengulurkan tangannya. Hah..?!
"Tante Lastri? Kamu tahu dia?" tanya kami berbarengan. Ia mengangguk cepat, tangannya masih terulur menanti. Aku menatap Feli dengan raut bertanya dan ia mengangguk pelan. Masih ragu-ragu aku menyambut uluran tangan gadis kecil ini sebab aku belum yakin jika tak akan mendapat kejutan mengerikan untuk kesekian kalinya. Tanpa banyak bicara lagi, dengan menggandeng tanganku di belakang tubuhnya, ia melangkah menembus kabut tebal di depan kami.
"Om, Tante, sekarang kita masih ada di antara dua dunia. Om dan Tante harus cepat kembali ke tubuh Om dan Tante sebelum terlambat," ucapnya sembari terus berjalan menggandeng kami di dalam tebalnya kabut.
"Maksud kamu, Dik, kita masih di alam lain?" tanya Feli mendahuluiku. Gadis kecil itu terus melangkah tanpa menjawab pertanyaannya.
"Nah, kita udah sampai," ucapnya setelah beberapa saat kami melangkah. Sampailah kami di sebuah padang yang sangat luas di mana seluruh bidang tampak berwarna putih dan sejauh mata memandang tak terlihat letak batasnya.
"Om dan Tante sekarang bisa kembali. Tante nggak usah takut, sekarang tempat tinggal Tante sudah aman. Om juga, nggak usah khawatirin Tante cantik ini." Gadis kecil ini berkata lugas diakhiri senyum cantiknya. Bertepatan selesainya ia bicara, kurasakan tubuhku mulai berputar perlahan begitu juga dengan Feli di sampingku. Tubuh kami berputar semakin cepat seiring terangkatnya kami ke udara. Ia melambaikan tangan pada kami dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.
Aku balik melemparkan senyumku kepadanya dan berteriak, "Tunggu! Siapa nama kamu, Dik?"
"Iya, nama kamu siapa?" Feli turut menimpali.
"Erina." Ia masih melambaikan tangannya.