Chereads / TELEPON TENGAH MALAM / Chapter 10 - Dia

Chapter 10 - Dia

Pagi itu, kembali kubuka jendela kamar dan mata ini langsung menatap ke kos putri di seberang kos yang hanya terpisahkan oleh jalan kecil selebar satu mobil saja. Mencari sosoknya. Berharap melihat senyum, canda tawa dan tingkah cerianya.

Dan tak lama harapan itu terjawab, dia muncul di teras kosnya dengan senyumnya. Ya, senyum itu, walau bukan untukku. Dengan ceria ia melompat ke boncengan motor seorang pria yang telah menunggunya di depan pagar, si tampan nan sombong dari kampus sebelah, kekasihnya. Kutatap sampai mereka menghilang dari pandangan.

Anganku melayang ke beberapa bulan lalu, saat kulihat Ratna, teman satu kampusku yang kos di kos elit khusus putri di seberang kos putra yang kuhuni. Ia sedang kerepotan menurunkan barang dari bak mobil pick-up. Spontan kubantu dia sambil bertanya barang-barang siapakah yang sedang ia bongkar.

"Tuh yang punya," tunjuk Ratna. Dan saat itulah kulihat dia, si empunya senyuman itu tengah berjalan ke arah kami.

Ratna memberi isyarat padanya untuk mendekat. "Kenalin, ini Nanta, anak Sipil."

Ia mendekat dan dengan senyum mautnya ia menjabat tanganku, "Diana, temen kecilnya Ratna. Panggil aja Di."

"Nanta, anak kos seberang," jawabku terpukau menatap sosok gadis cantik di hadapanku.

"Nggak nanya tuh...," celetuk Ratna disahuti tawa geli Di. Tawa yang membuatku semakin melayang dan selalu terngiang sampai berhari-hari di anganku.

"Nan, bantuin yuk! Turun-turunin yang di bak mobil," ajak Ratna kemudian.

Di nampak terperanjat mendengar permintaan Ratna padaku. "Eh, nggak usah. Ntar ngrepotin. Kita bisa kok.." ujarnya sembari membelalakkan matanya ke Ratna.

"Udah, nggak papa, Di. Nanta free kan hari ini?" Ratna bersikeras. Ia mengedipkan sebelah matanya padaku.

"I-Iya, nggak ada kuliah kok. Tenang aja, Di," jawabku cepat. Padahal dalam hati aku meratapi nilai Kalkulus Tiga ku yang bakalan mendapat E karena kembali membolos siang ini. Biarin dah. Kapan lagi ketemu cewek cantik begini.

Sejak itu, Di selalu menghias hari-hariku yang sebelumnya kurasa membosankan. Senyum dan tawanya yang mirip Btari Karlinda itu selalu kunanti biarpun seringkali hanya melihatnya dari seberang jalan. Namun aku juga tahu diri. Ia telah memiliki kekasih hati dan aku bukan tipe pria perebut pacar orang. Apalagi aku tak tahu apakah Di memiliki perasaan yang sama denganku atau tidak. Kurasa sih ia menganggapku teman biasa saja. Terkadang jika aku sedang beruntung, Ratna dan Di mengajakku mencari makan malam. Entah karena aku jatuh hati atau apa, bahkan saat Di sedang mengunyah pecel lele pun tetap terlihat cantik, apalagi jika ia mengajakku ngobrol walaupun ala kadarnya.

"Doorrr..! Hayo, lagi ngeliatin siapa?" Tiba-tiba sepasang tangan beraroma harum menutup kedua mataku. Aku menengok ke belakang dan mendapati Nia, anak Ibu Kos, tengah terkekeh nakal. Para penghuni kos sering menyebut hubungan kami berdua sebagai TTM, teman tapi mesra, kecuali Ibu Kos tentunya.

"Eh, Nia. Kaya setan aja tahu-tahu nongol.."

"Pasti lagi ngeliatin mbak Di ya? Iihh, sebel!" ucapnya meledekku.

"Nggak kok. Itu motor pacarnya Di bagus ya..?" jawabku garing.

"Dah, mandi sana. Kamu kuliah pagi kan? Ntar ketauan Ibu kamu masuk kamar, diomelin kita sekos-kosan," lanjutku.

Dan dia berlari keluar kamar sambil menjulurkan lidah. "Weee.. Ibu udah tau kok kita pacaran.."

"Huss! Ngaco..!"

Nia..Niaa...coba sikap kamu dewasa dikit, mungkin kita beneran jadian.

Ω Ψ Ω

Seminggu itu saking disibukkan dengan banyaknya tugas kuliah, pikiranku sempat teralihkan dari bidadari cantik bernama Di. Sudah beberapa pagi kulewatkan kesempatan melihatnya.

Malamnya, saat pulang kuliah tak kusangka-sangka aku melihat Di tengah berdiri sendirian di depan kosnya seperti sedang menunggu seseorang. Bisa kutebak pasti ia sedang menunggu kekasihnya itu. Kemudian kupikir tidak ada salahnya kalau kusapa dia, mumpung ada kesempatan berdua. Akhirnya kutepikan sepeda motorku di dekatnya lalu kusapa dia, "Hai, Di.. Lagi nunggu siapa?"

Ia tersenyum menatapku sambil menggeleng perlahan. "Nunggu kamu," jawabnya pendek. Dan dunia pun bergoncang! Bagiku tentunya.

Damn..!! Really..? Aku mengumpat girang dalam hati. Sejauh ini mengenalnya, aku tak mengira akan mendengar ucapan itu kepadaku, setidaknya saat ini. Apakah mungkin ia hanya bercanda? Lebih mengejutkan lagi, tanpa banyak kata ia langsung naik ke boncengan motorku kemudian melingkarkan lengannya di pinggangku. Hampir saja aku pingsan kegirangan.

Mimpi apa semalam, bisa boncengan sama Di..?!

Dan malam ini kami lewati dengan obrolan dan tawa. Ternyata dia bisa dibawa bercanda seru juga, sesuatu yang tak pernah ia tampakkan sebelumnya denganku. Kami berkeliling kota Jogja dengan motor bututku yang untungnya bekerjasama dengan baik alias tidak mogok. Sekitar jam dua belas malam kami pun kembali pulang.

Sesaat setelah turun dari motorku ia berkata, "Terima kasih ya, Nanta. Kamu udah temenin aku malam ini. Aku seneng banget bareng kamu. Aku harap kamu maafin aku ya kalau selama ini aku salah sama kamu."

"Iya, sama-sama, Di. Aku juga seneng, sampai hampir pingsan nih bisa pergi berdua kamu." Aku menjawab lirih. Tak kupikirkan kalimat terakhirnya.

Kemudian tiba-tiba ia mencium pipiku dan berbalik berjalan masuk ke kosnya. Aku terpana menatapnya sampai sosoknya menghilang tertutup gerbang. Malam itu aku tidur dengan senyuman termanis selama ini, menurutku.

Esok paginya, aku terbangun saat mentari telah meninggi. Setengah meloncat dari tempat tidur, aku bergegas berlari keluar kamar menuju ke kamar mandi. Sekilas kulihat di kos seberang ada keramaian yang tidak seperti biasanya. Selesai mandi dan berpakaian, aku memanaskan sepeda motorku di halaman kos. Saat itulah di kos seberang kulihat Ratna sedang menangis di antara teman-temannya dan banyak orang yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku bergegas mendekatinya. "Ratna..kamu kenapa?"

Ia menoleh ke arahku kemudian berkata lirih di antara isak tangisnya, "Di...Di..."

"Di? Kenapa si Di..?" tanyaku.

"Di..kemarin siang kecelakaan di Kaliurang sama si Jon pacarnya.." jawab Ratna sesenggukan.

"Hah..!? Kecelakaan..?! Yang bener, Na..?" tanyaku bingung.

"Iya Nan..kemaren siang motor mereka masuk jurang. Baru ketemu tengah malam tadi tapi sudah meninggal semua."

"Haahhh...??!!"

Pandanganku berputar. Badanku serasa lunglai.

Dan tiba-tiba semuanya gelap.