Chereads / Aegis The Twins Bloodless - Exitium / Chapter 2 - Perampokan yang mengubah segalanya

Chapter 2 - Perampokan yang mengubah segalanya

Hari mulai gelap, matahari mulai menghilang, bulan dan bintang menunjukan jati dirinya sebagai penguasa malam. Aku memulai segala aktivitasku di malam hari, bukan karena aku vampir ataupun makhluk nokturnal. Aku hanya manusia biasa yang terpaksa mengeluarkan keringatnya untuk mencari recehan uang demi menjalani kehidupan sehari-hari.

Aku berkerja sebagai seorang kasir di salah satu toko yang cukup terkenal di negaraku 'Inamart', saingannya Betamart dan Jo-mart. Karena suatu hal yang rumit untuk diceritakan telah terjadi, aku ditunjuk sebagai penjaga malam abadi di toko ini.

Satu sif biasanya di isi oleh dua staff, namun ketika sif malam tiba hanya aku seorang diri yang menjaga toko ini. Menjadi penjaga malam abadi tak begitu buruk, karena pelanggan yang datang tak begitu banyak, dan itu membuatku memiliki banyak waktu luang untuk bersantai.

"Hhhhhhaaaahh," aku menarik napas yang dalam dan menghembuskannya.

Sebenarnya aku tak ingin berkerja, aku hanya ingin bermalas-malasan. Tapi apa daya. Dunia ini digerakan oleh sesuatu yang dinamakan uang. Uang adalah segalanya, segalanya adalah uang, orang-orang berkorban demi uang, mempertaruhkannya, menghamburkannya, dan tak sedikit yang menjadikannya sebagai Tuhan, mereka menyembahnya.

Aku benci dengan uang, tapi aku membutuhkannya—ironis. Memang benar, uang tidak bisa membeli segalanya, tapi segalanya membutuhkan uang.

Dan di mana ada uang disitu ada barang, dan ketika kita membicarakan tentang suatu barang, maka tak akan jauh dari yang namanya teknologi atau sebuah karya dari ilmu pengetahuan. Dan teknologi… merupakan salah satu penggerak dunia lainnya setelah uang.

Waktu terus berjalan, detik ke menit, menit ke jam, jam ke hari, hari ke minggu, minggu ke bulan, bulan ke tahun, dari satu tahun ke satu dekade, dari satu dekade ke satu abad, dari satu abad ke abad lainnya, dari satu zaman ke zaman berikutnya, hingga lahirlah apa yang di sebut-sebut sebagai masa depan, begitupun manusia. Setiap harinya manusia lahir, dari hari ke hari mereka berkembang dan terus berkembang, dan tak akan pernah habis.

Karena perkembangan manusia itulah teknologi bisa berkembang dengan pesat, hingga menciptakan sebuah teknologi yang sangat luar biasa. Ketika kita membicarakan sebuah teknologi, maka tak akan pernah habis sebuah pembicaraan. Semakin bertambahnya usia dunia, semakin pintar pula isi dunia.

Manusia adalah makhluk yang serakah, setiap sesuatu yang mereka inginkan telah berhasil di dapatkan, mereka ingin mendapatkannya sesuatu yang lebih dan lebih lagi dari sebelumya. Mereka terus menguji diri mereka sendiri, sampai mana mereka bisa mengembangkan sesuatu yang dinamakan teknologi ini.

Hingga suatu ketika keingintahuan mereka bertentangan dengan akal, pikiran, dan logika, bahkan bertentangan dengan hukum fisika. Mereka terus mengembangkan dan menciptakan sebuah teknologi yang membuat mereka sejajar dengan Tuhan! Mereka ingin seperti Tuhan, bermain Tuhan, sungguh gila, benar-benar gila! Mereka bahkan lupa dengan jati diri mereka yang sebenarnya di muka bumi ini, mereka lupa dengan siapa yang telah menciptakan mereka, mereka tidak sadar jika mereka hanyalah manusia, tidak lebih.

Aku benar-benar tak peduli dengan apa yang terjadi dengan dunia ini. Meskipun aku termasuk orang yang aktif memakai peralatan teknologi-teknologi itu sendiri, aku tak peduli dengan mereka yang sibuk bermain Tuhan.

Cukup membicarakan omong kosong ini.

Suatu malam saat hujan gerimis mengguyur Kota.

Aku berkerja seperti malam-malam biasanya sebagai penjaga malam abadi di toko Inamart. Di satu waktu, aku melihat ada seseorang dengan jas hujan berwarna kuning sedang berdiri di luar toko, dia hanya diam dan terus memandangi toko ini untuk beberapa saat.

Dan tak lama kemudian orang tersebut masuk kedalam toko.

Kali ini aku kedatangan satu pelanggan yang sedikit aneh, dia masuk ke dalam toko dengan jas hujannya yang basah, lalu dia menatapku. Aku tak begitu bisa melihat wajahnya dengan jelas, tapi aku yakin jika saat ini dia sedang melihat ke arahku, aku tak begitu peduli dengan tingkahnya tapi—dia benar-benar aneh, apa yang sedang dia lakukan? Dan benda apa yang dia pegang di tangan kanannya itu?

Aku sempat berpikir jika benda yang dia bawa adalah payung, tapi setelah dilihat-lihat lagi benda yang dia bawa adalah sebuah katana! Mengapa dia membawa katana ke dalam toko? Apa dia seorang perampok?! Jika bukan perampok lalu apa? Dan kenapa?!

Tiba-tiba orang itu mulai berjalan mendekatiku dan semakin mendakitku, disaat itu juga pikiranku semakin menggila, jantungku mulai berdetup kencang, keringat dingin perlahan membasahi tanganku, kakiku bergetar melepas setelah sadar jika saat ini akan terjadi sesuatu yang benar-benar merepotkan.

Orang itupun terlihat membuka mulutnya dan berkata:

"Kau.... harus.... menyelamatkan… dunia."

Hah? Aku benar-benar tak mengerti dengan apa yang baru saa dia katakan.

Setelah itu dia mengangkat katana yang ia pegang!

Pikiranku terhenti seketika dan memutuskan jika dia memang seorang perampok!

Dia akan menyerangku!

Tanpa basa-basi ku ambil sebuah tongkat baseball yang selalu kusiapkan di bawah meja kasir untuk hal-hal yang tak diinginkan seperti sekarang ini, kupegang erat-erat tongkat tersebut lalu mengangkatnya dan mengayunkannya ke arah perampok tersebut!

Sial! Kenapa harus seperti ini?!!!

Meskipun dengan sadar aku takut setengah mati dan lebih memilih menyerahkan semua uang ketimbang melawannya, tapi tubuhku bergerak dengan sendirinya. Ini sudah terjadi sejak aku lahir, aku selalu melakukan hal-hal di luar kemampuanku, dan itu benar-benar membuatku kewalahan. Seperti sekarang ini, di mana seseorang membuatku benar-benar ketakutan namun tubuhku merespon balik dan melawan dengan sendirinya.

SLINGGG!!! BRUGGSHSHHHH

Tiba-tiba beban di tanganku berkurang drastis! Tongkat baseballku terbelah menjadi dua dan membuatku tersungkur kedepan menabrak meja kasir!

Arghhh...!

Apa yang terjadi?! Dia bahkan tak bergerak 1 centi meterpun, tongkatku tiba-tiba sudah terbelah menjadi dua bagian, apa yang dia lakukan? Aku sangat yakin jika dia telah melakukan sesuatu.

Tangannya! Ya… posisi tangannya saat memegang katana miliknya telah berubah, saat ini dia telihat seperti siap mengeluarkan katana dari sarungnya, kedua tangannya memegang bagiannya masing-masing. Tapi bagaimana dia memotong tongkatku jika katananya masih dalam kondisi tertutup?! Sial! Apa yang aku pikirkan, saat ini ada yang lebih penting dari semua ini.

Uang! Ya uang! Dia menginginkan uang! Aku harus segera menyiapkannnya atau aku akan mati setelah apa yang aku lakukan kepadanya.

Aku memasukan uang kedalam kantong dengan tangan dan kakiku yang tak berhenti bergetar karena ketakutan, aku bahkan menjatuhkan beberapa uang ke lantai. Aku benar-benar menyedihkan, sial! Kenapa semua ini harus terjadi?!

Sesaat setelah aku selesai memasukan semua uang ke kantong dan berniat memberikannya, orang tersebut tiba-tiba menghilang dan meninggalkan katana miliknya di atas meja kasir.

"...."

Dug dug... dug dug... dug dug... dug dug.

Sial!

Aku benar-benar takut! Bahkan aku bisa merasakan detak jantungku yang sedang berdetup kencang! Aku tak bisa berkata apapun, jantungku hampir pecah! Kakiku lemas sekali.

Setelah semua yang terjadi aku hanya bisa duduk dan terdiam, aku tak pernah berhenti berpikir kemana dia pergi dan apa yang sebenarnya dia lakukan? Dia benar-benar telah menghilang. Jika dia benar-benar seorang perampok, mungkin saat ini aku sudah mati, benar-benar orang yang sangat aneh. Dan juga—harus kuapakan katana ini? Apa ku buang saja? Tapi sepertinya, aku lebih baik menyimpannya sebagai pengganti dari tongkatku yang terbelah.

"Haaa…."

Aku menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.

Malam mulai berganti pagi, dua orang karyawan datang menggantikanku. Sapa, senyum, kemudian pergi. Aku tak ingin berlama-lama, apa lagi menceritakan apa yang telah menimpaku tadi malam. Aku merasa jika kejadian semalam memang tak perlu untuk diceritakan, entahlah… kejadian semalam benar-benar konyol sekali.

Dari kemarin malam sampai pagi hari hujan masih tak kunjung reda, langit terlihat mendung sejauh mata memandang. Jalanan yang sering di lalui banyak kendaraan kini terliha lebih sedikit dari biasanya, mungkin orang-orang malas untuk keluar rumah di pagi yang mendung gerimis ini.

Sesampainya aku di rumah, aku merapihkan beberapa barangku, makan, dan tidur. Menunggu pagi berganti malam, dan mengulang kembali kebiasaanku seperti biasanya.

Pagi berganti malam, dan langit—masih mendung dengan hujan gerimisnya. Hampir satu hari penuh hujan tak kunjung berhenti, meskipun intensitas hujan tak begitu deras tapi jika terus seperti ini, banjir bisa terjadi kapanpun… meskipun Kota ini telah memiliki teknologi drainase di setiap sudut kota, kita tetap harus waspada.

Dan seperti biasanya aku menjalani kehidupan malamku, membersihkan muka, ganti pakaian, sarapan malam, dan pergi. Dan tak kulupakan katana, sebuah katana yang di tinggalkan begitu saja oleh seorang perampok toko yang aneh, aku memasukannya ke dalam tas sebagai pengganti dari tongkat baseballku yang terbelah.

Saat aku keluar rumah, entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang janggal. Lima langkah pertama aku meninggalkan rumahku, aku berjalan seperti biasa dan tak merasa ada hal-hal yang aneh, namun dilangkah berikutnya.... aku melihat banyak sekali hal yang tak wajar!

Jalanan aspal hingga trotoar di sekitar rumahku retak, genteng-genteng rumah tetanggaku banyak yang hancur, bahkan ada satu sampai dua rumah yang benar-benar hancur. Padahal tadi pagi semuanya baik-baik saja, apakah aku melewatkan sesuatu saat tertidur? Entahlah.