Namaku Kayara Abigail, Putri dari pengusaha kaya raya Abigail Jordiatan. Dan ibuku bernama Klara Evavra, seorang ibu rumah tangga. Sikapnya lembut, baik, rajin dan itu semua menurun padaku. Aku juga punya sifat yang tegas, dingin kadang kadang, dan Kuat. Ketiga sifat itu menurun dari sifat ayahku.
Wajahku yang mungil, imut dan tegas adalah perpaduan dari kedua wajah orang tuaku. Dari aku kecil mereka sudah pergi menghadap yang maha kuasa. Tuhan terlalu menyayangi mereka. Saat itu umurku baru 11 tahun. Fase dimana aku sedang butuh butuhnya kasih sayang.
Entah faktor keturunan atau otakku yang cukup cerdas menangkap sesuatu. Tapi saat itu aku sudah mengerti beberapa hal. Seperti sebuah kesimpulan ku, orang tuaku meninggal karena dibunuh. Dan itu pasti musuh dari kejayaan KYA Company.
Lagi lagi dan entah mengapa? Meski aku tau itu, tapi hatiku tidak marah atau apapun! Aku hanya diam, aku tidak berniat untuk membalas perbuatan mereka. Mungkin karena aku tahu satu hal. Orang tuaku adalah orang baik, dan tidak pernah lupa dengan yang diatas.
Dalam hati kecilku aku yakin mereka sudah bahagia di sana. Yang aku khawatir adalah diriku sendiri. Aku tidak takut mati! Tapi aku tidak ingin mati sia sia. Aku ingin saat aku pergi nanti perusahaan ini dapat bermanfaat. Bermanfaat bagi orang banyak tentunya!
Sudah tentu aku tidak akan membiarkan orang jahat merebut jerih payah keluargaku. Perusahaan ini terbentuk dengan tetes keringat keluargaku.
Atas permintaanku dan juga karena alasan keamanan. Aku dipindahkan di luar negeri. Tidak ada yang tahu keberadaan ku. Pesaing bisnis keluargaku juga tidak tahu. Sebenarnya pernah sesekali terbesit dalam benakku untuk balas dendam. Tapi itu semua segera aku enyahkan.
Satu prinsip dalam hidupku, " Kejahatan dibalas dengan kebaikan!" Dan aku yakin kalian tahu maksudku. Bukankah sebuah kepercumaan jika aku balas dendam. Ya, jika kematian di balas kematian, maka keluarga dari tempat kita membalas dendam pasti juga akan membalas kita. Lalu nantinya keluarga kita akan membalas lagi, dan akhirnya dendam itu tidak akan berakhir. Kecuali jika salah satu pihak sudah tidak punya lagi anggota untuk menuntut balas.
Meski sudah di luar negeri, namun aku masih jadi kejaran setiap detik. Aku selalu pindah bak kucing beranak. Dari satu tempat ke tempat yang lain! Paman hanya mengatakan jika aku mungkin bosan menetap di satu tempat saja. Itu adalah alasannya setiap kali aku pindah rumah.
Walau aku tahu itu hanya kebohongan belaka, tapi aku cukup diam dan tak berkomentar. Aku sedikit cuek dengan peraturan hidupku. Aku tidak berpikiran ingin bebas dari suasana ini. Selalu di intai musuh, atau nyawa yang siap melayang detik itu juga. Justru aku menikmati hidup penuh kejaran.
Dari masa kecilku yang telah terenggut karena masalah persaingan. Iya, dari sana aku belajar bermain dengan nyawa. Aku tidak bermain dengan bola, boneka, atau lempar sandal. Jujur! sebenarnya masa kecilku sudah terampas bahkan sebelum aku lahir.
Lagi pula bermain dengan nyawa itu sangat menyenangkan. Apa kalian pernah coba? maka aku sarankan jangan! itu sungguh berbahaya. Dan yah, aku lupa memberi tahukan kalian nama paman ku. Paman tersayang dan satu satunya keluargaku. Pamanku bernama Joseph Evardo, adik dari ibu cantikku.
Pamanku belum menikah, jika tidak salah umurnya saat ini sudah hampir setengah abad. Punya rasa trauma akan cinta membuatnya takut memulai kembali. Gagal move on juga salah satu alasannya. Dulu saat masih panasnya dalam masalah percintaan, Kesasihnya mati di bunuh.
Waktu itu adalah satu hari sebelum pernikahan mereka. Menjadi anggota mafia memang menjadi hal yang buruk. Bukannya berhenti dia malah semakin memiliki tekad dalam dunia gelap itu. Kematian kekasihnya menjadi semangat yang mendukung hidupnya dalam organisasi Hitam itu.
Aku tidak tahu bagaimana sejarah paman Jos bisa masuk dalam dunia gelap itu. Tapi karena pamanku yang masih menggeluti dunia itu, keluargaku tentu akan bertambah musuh seiring berjalannya waktu. Begitu pula aku mudah di temukan oleh kolega bisnis. Tentunya mereka bekerja sama dengan mafia mafia itu.
Tapi sejak aku menginjakkan kakiku di LA hidupku cukup tenang. Tidak ada yang mengintaiku, dan disanalah aku bisa bernafas lega. Aku tetap bersyukur karena masih di beri kesempatan bernafas walau hanya sebentar. Dari segala macam bentuk ancaman itu juga yang membawaku pada dunia persilatan.
Hampir setiap hari, aku selalu menyempatkan diri untuk berlatih di setiap sangar yang melatih kekuatan fisik. Tanpa musuhku ketahui, mungkin juga pamanku. Aku tidak tahu pastinya! Karena aku yakin, aku selalu pergi saat malam hari dan kabur dari pengawasan anak buah pamanku.
Dan untuk masalah percintaan ku, aku belum merasakan yang namanya cinta. Selama ini aku sibuk bermain, tanpa aku sadari aku melupakan hal itu. Tapi aku tidak terlalu memikirkannya, pamanku tidak akan memaksa karena dia tidak menikah. Orang tuaku sudah di alam baka, tidak mungkin kan mereka akan kembali ke alam fana ini? Apalagi hanya untuk mendesak agar putrinya cepat menikah.
Haha, membayangkannya saja sudah sangat lucu! Bagaimana jika mereka beneran datang ya? Kuasa Allah kan tidak ada yang tahu!!! Tapi jika mereka memang datang maka aku berharap mereka tidak seram. Ya, maksudku tidak dengan pakaian putih, rambut panjang, dan wajah berlumuran darah, Bukankah terlalu seram untuk memaksa menikah! Lagipula siapa yang akan menolak?
Jika bertanya tentang teman, maka jawabannya aku tidak memilikinya. Punya orang yang kita sayangi hanya akan merenggutnya dari kita. Kejadian itu pernah terjadi, saat itu aku berada di Jerman. Aku tidak tahu kronologis ceritanya, tapi yang pasti aku diculik. Dan temanku juga ikut dalam masalahku.
Tak tahu menahu bagaimana semua berlalu, tapi yang pasti sejak kejadian itu aku mendengar kabar memilukan. Dia, temanku satu satunya!!! Meninggal dalam keadaan tubuh yang hancur. Rasanya sakit mendengar kabar itu. Aku benci karena aku penyebab kematian orang yang berbagi kasih dengan ku. Sungguh aku terpukul saat itu! Itu juga yang menjadi kepindahan pertamaku dari satu tempat ke tempat yang lain.
Tok...Tok...Tok...
Aku tersadar dari lamunan tentang teman lamaku. Suara ketukan itu menarikku pada kenyataan lagi. Aku membiarkan dua pengawal di dekat pintu mengecek siapa yang berjenjang terlebih dahulu. Sudah jadi kebiasaan bagiku akan hal seperti itu. Karena siapapun yang masuk belum tentu baik.
Selagi menungguk pengecekan dari para bodyguard ku. Aku menatap sekeliling, Ruangan ini hanya berukuran 4 meter persegi. Kecil mungkin! Tapi jika kau lihat lagi, disini ada banyak pintu. Ada pintu Kamar kecil, Pintu ruang khusus, pintu lainnya aku tidak tahu.
Aku juga menatap jengah dua pengawal di belakangku. Juga di pengawal lainnya di sudut ruangan. Aku menggeleng kepala menyadarkan diri. Ya, sadar bahwa nyawaku masih ditempat karena adanya mereka. Entah apa jadinya aku jika mereka tidak disisiku? atau jika salah satu dari mereka berkhianat.
Cukup lama aku menunggu, sekitar 5 menit mungkin! Terserah kalian mau berkata apa tapi sungguh menunggu itu membosankan. Walau aku sudah terbiasa sekalipun tapi tetap saja membosankan. Tiba tiba aku mendengar ada keributan dari luar. Banyak teriakan histeris dari wanita alay diluar sana.
Aku juga mendengar suara pelatuk yang ditarik. Dan kalian tahu apa reaksi? Biasa saja! Tapi yang harus kalian tanyakan adalah reaksi empat orang bodyguard ku. Piuh~! rasanya aku benci dengan tamu tadi. Sungguh menganggu dan sekarang aku harus menahan pengap. Ya, siapa coba yang tidak pengap jika kau di kelilingi empat orang bertubuh besar?
" Tidak bisakah kalian menjaga jarak sedikit? aku bisa kesulitan bernafas jika begini! Lagipula teman kalian pasti bisa mengurusnya," ucapku rada kesal. Mereka tidak membalas tapi sedikit menyepi, ingat hanya sedikit!!!
Aku memutar bola mataku malas manatap mereka yang sudah berguru waspada. Senjata api sudah terpajang jelas di tangan mereka. Pandangan mereka tidak lepas dari arah pintu dan sebagian lagi fokus kearah jendela. Ayolah, mengapa mereka seserius ini? bukankah hal seperti ini sudah sering terjadi? Dasar!!! Jujur aku sangat ingin memaki mereka.
Tapi sayangnya aku tidak bisa, dan hanya mencoba tersenyum. Mau bagaimanapun mereka hanya punya satu tugas yaitu melindungi ku. Dan jika aku mati atau sekarat maka mereka juga akan mengalami hal yang sama. Dunia ini memang kejam bagiku!
Tak perlu satu jam berlalu, keributan diluar mereda. Seperti dugaan ku, mereka sudah mengatasi ancaman itu. Bahkan mereka kembali dalam keadaan rapih. Jika bukan karena mendengar keributan tadi. Mungkin dan sangat mungkin, aku mengira tidak pernah terjadi apapun sebelumnya.
Tapi ada sedikit keganjilan diantara mereka, ada yang aneh! Namun aku tidak tahu apa itu! Mungkin cara mereka berjalan? atau tinggi badan mereka? atau warna kulit mereka? atau apa?