Chapter 7 - 7. Jodoh?

Aku menggeliat mengerakkan tubuhku yang kaku setelah tidur cukup pulas. Kulihat matahari yang sudah naik sepenggala. Aku sedikit heran, mengapa aku bisa ada disini? Aneh saja bagiku, bukankah semalam aku tidur di meja kerja. Siapa yang memindahkan nona ini.

Selama ini belum ada pengawal yang boleh masuk kamarku jika sedang dalam keadaan darurat atau aku yang memanggil. Juga itupun untuk urusan yang penting. Apalagi memasuki ruang kerjaku! Dan jika Jeymi, itu tidak mungkin! Mana mau dia mengurusku jika sudah lewat 12 malam.

Lalu siapa yang memindahkan aku ke kasur ini. Semalam aku tertidur pukul tiga dini hari, setelah aku menyelesaikan tumpukan kertas itu. Ah, lupakan itu! ini sudah pukul 8 aku harus mandi dan bersiap pergi ke kantor. Rasanya muak saat baru 5 jam yang lalu menghadapi tumpukan kertas dan sekarang akan mulai lagi.

Apakah ini yang dinamakan hidup? jika iya, maka rasanya aku memilih untuk menyusul orang tuaku saja. Andai aku lupa dengan janjiku waktu itu, mungkin aku sudah menyusul mereka. Atau setidaknya aku membalas orang yang telah mencelakai mereka. Tapi itu hanya andai, ingat itu hanya andai!!!

***

Hufft, sekarang aku disini. Di belakang meja kerjaku! Setelah bersiap dan sarapan aku langsung pergi kekantor. Dan apa yang aku lihat di kantorku, apalagi jika bukan teman kencan ku ini. Memangnya kapan aku akan dapat jodoh? Dari pagi sampai malam aku bekerja di kantor, dan pulangnya pun aku akan lembur sampai menjelang pagi.

Belum lagi adanya atraksi setiap hari. Benar benar muka diriku dengan hidup ini. Bukankah orang bilang jika hidup kaya itu enak? Mengapa bagiku begitu pahit? Adakah yang ingin bertukar hidup denganku yang malang ini? Pekerjaan yang menumpuk, tidak ada waktu luang, nyawa yang siap melayang kapanpun dan yang paling parah tidak punya waktu bertemu dengan calon jodoh.

Bolehkah aku lari dari semua kenyataan pahit ini? Beban ini terlalu berat untuk seorang gadis kecil seperti ku. Tapi di balik semua ini aku bersyukur, bersyukur karena apa? Setidaknya aku tidak perlu menambah beban dengan meeting. Aku tidak perlu meeting dengan klien yang menyebalkan. Aku bersyukur karena tugas itu di pindahkan pada Jeymi.

Hah, setidaknya gadis itu sedikit berguna juga. Sebagian orang bahkan ada yang mengira jika Jeymi adalah CEO perusahaan ini. Ada juga para penjahat yang menargetkan nyawanya. Lucu saja rasanya akan nasib Jeymi yang malang itu. Dari kecil dia selalu saja menjadi sasaran yang salah.

"Masuk!" ucapku saat mendengar suara ketukan. Dari luar aku melihat wajah Jeymi yang memuakkan. Tunggu! bukankah ada yang aneh? Oke, lihat samping, sampingnya lagi, belakang lalu depan. Mengapa aku merasa ada yang kurang? Tapi apa ya mengapa aku melupakannya?

"Kau mencari para pengawalmu?" Tanya Jeymi. Ya, mengapa aku baru sadar jika sedari tadi aku tidak diiringi oleh pengawal? Aku menatap gadis di depanku dengan tanda tanya yang besar. Dia hanya menatapku malas.

" Kau sekarang sudah aman dari musuh dalam selimut. Dan paman bilang sekarang kau bebas dari pengawal pribadi. Jangan kau pikir paman tidak tahu tentang dirimu yang sebenarnya! Dia bahkan tahu kau lebih dari yang aku tahu," ucapnya.

"Paman!?" Beoku dengan wajah penuh tanda tanya. Aku kembali memutar otakku. Jika dipikir ulang memang tidak mungkin paman tidak tahu tentang sebagian rahasiaku. Lagi pula paman Jos adalah orang terdekatku. Dia pasti akan selalu mengetahui apa yang aku lakukan jika terlihat. Maksudku kalian tidak perlu mengerti!

Pantas saja paman tidak pernah mengajakku untuk berlatih beladiri. Jika dia tahu aku sudah berlatih beladiri sendiri mengapa dia harus repot mengajariku. Dasar mengapa aku selama ini tidak sadar. Tapi mengapa paman tidak bilang langsung saja. Kan aku tidak perlu repot dengan akting itu jika begini.

"Dan semalam paman juga mengatakan jika mulai hari ini kau yang menemui klien perusahaan," ucapnya dan itu membuat hatiku hancur. Aku yang sempat senang karena tidak dikawal lagi dan tak perlu berakting. Sekarang harus sedih karena harus meeting dengan klien gak jelas. Jika begini tugasku akan semakin bertambah.

"Paman juga mengatakan cepatlah dapat suami agar kau tidak lelah dengan tugasmu," tambahnya yang membuat bahuku semakin menurun. Cari jodoh apanya? Dari mana aku dapat jodoh jika siang malam aku bahkan tidak punya waktu santai. Apa perlu aku menikah saja dengan berkas ini?

"Ah, aku senang karena tugasku semakin hari semakin ringan saja. Selamat bekerja Kayara sayang! Dan juga paman mengatakan kau terus dia awasi dan jaga dengan penjaga bayangan. Aku pergi dulu, bye! Aku akan liburan untuk fokus pada jodohku. Jangan kelamaan sendiri ntar lalatan baru tahu rasa kamu!" ejeknya padaku.

Aku menatap penuh kesal pada pintu yang baru saja tertutup. Aku juga menatap frustasi pada lembaran kertas diatas meja. Bisa gila aku jika terus begini! Ada lagi yang menggangguku sekarang. Mengapa telepon ini menganggu di waktu yang tidak tepat?

"Katakan!" ucapku dingin. Efek dari marahku atau mungkin rasa kesal yang berlipat ganda.

"Nona ini saya Seca, sekertaris nona. Saya ingin menyampaikan bahwa jam sepuluh nanti akan ada meeting dengan klien dari luar kota! Apakah nona sibuk di jam itu? jika ia saya akan memindahkan jadwalnya," ucap seorang bernama Seca itu.

"Baik!" ucapku langsung mematikan sambungan. Apa lagi ini? Aku ingin makan kaca rasanya jika terus terusan dapat kejutan seperti ini.

Dari pada pusingku berlipat lipat ganda, lebih baik aku menyelesaikan tugas ini saja. Aku tidak ingin stres hanya karena masalah seperti ini. Masalah paman, dan yang lain biar ku anggap angin lalu saja. Aku tidak ingin mencari jodoh saat ini dan aku tidak ingin yang lain.

Mengingat tentang jodoh, mengapa aku memikirkan Calvin? Kemana ya dia sekarang? Apa dia sudah kembali lagi dan tidak menyusup? Lalu apa alasannya menyusup? Mengapa dia menunjuk dadanya? Apa dia sakit?

Ah, mengapa aku memikirkan orang tidak jelas itu? Sebaiknya aku kerjakan tugas ini! Tapi mengapa aku tidak bisa fokus? Ayolah pergi dari pikiranku pria aneh!

***

Sudah tiga puluh menit waktu berlalu. Bosan? ya, dan sangat! Sudah aku bilang kan? Klien itu adalah orang yang merepotkan! Dia mengaret selama ini. Tahukah dia jika waktu adalah uang? Aku menyesal datang terlalu awal dan tepat waktu. Jika begini kan lebih baik aku mengaret saja.

Hello! memangnya siapa yang tida bosan dalam hal menunggu? Jika kalian tidak maka selamat. Tapi sayangnya bagiku menunggu itu sangat berat. Apa lagi jika menunggu tuhan turunkan jodoh untukku. Entah kapan jodoh itu akan jatuh di depanku?

Oke, pejamkan mata! Lalu berpikirlah jika saat kau membuka mata, maka yang akan kau lihat adalah jodohmu. Konyol bukan? Tapi tidak ada salahnya jika kau berharap seperti itukan! Lagipula aku juga masih berniat untuk mendapat jodoh segera oke! Umurku juga sudah tidak muda dan aku tidak mau disebut perawan tua.

Stop! mengapa sekarang aku memikirkan jodoh. Kayara fokus! Kau akan meeting bukan cari jodoh, tapi jika klien nya ganteng dan muda tidak masalah juga. Di tambah lagi dia adalah orang yang tajir! Dan jika ku dapat jodoh maka aku tak perlu kencan dengan berkas.

Aku akan menjadi ibu rumah tangga yang baik. Aku akan ada di rumah, santai, liburan dan mempercanytuk diri. Tidak perlu di kelilingi banyak pengawal lagi, dan aku akan mendapat perlindungan hidup dari suamiku kelak. Ah, membayangkannya membuatku melayang ke langit teratas.

"Maaf kami terlambat nona Kayara!" ucap seseorang. Biar ku tebak! Dia adalah seorang pria dan aku kenal suara ini. Kubuka mataku perlahan untuk melihat sumber suara ini.

"Tidak masal~ Kau!!!" teriakku kaget. Tentu aku kaget, mengapa dunia ini begitu sempit? Mengapa aku harus bertemu dengan orang selalu mengusikku beberapa saat lalu. Apakah aku benar benar berjodoh dengannya? Big No!

.

.

.

.

***