Chereads / CEO Cantik // Nyawamu Dalam Bahaya / Chapter 3 - 3. Mempermainkan CEO tampan

Chapter 3 - 3. Mempermainkan CEO tampan

Mendengar suara berat yang protes itu sontak membuatku memutar kursiku ke belakang. Kulihat wajah tegas itu menatap ku intens. Jika aku bukan orang yang pandai bela diri mungkin aku tidak akan sadar satu hal. Tatapannya itu bukan tatapan biasa, tapi dia mengancammu! Ingin bermain dengan diriku yang manis ini, baiklah!

Aku berdiri dari kursiku, mendekatinya yang berjarak tiga langkah dari kursi kebesaran ku. Aku berjalan dengan gaya yang modis, menarik penuh perhatiannya. Dia tetap menatapku penuh ketajaman. Setiap langkahku menimbulkan suara ketukan yang pelan namun kuat. Tentu saja akan terdengar kuat karena ruangan ini begitu sepi!

Saat aku ada didepannya aku langsung mengangkat tanganku didepan wajahnya. Ku kepalkan tanganku, meraup udara. Jari telunjukku keluar dari Zonanya. " Kau...!" ucapku geram. Lalu aku berlari kebelakang, lebih tepatnya kearah asistenku, Jeymi. Aku memeluknya dari samping kanan. " Kakak cantik, lihat dia membantah dedek! Dedek gak mau ada yang ngelawan dedek, kakak hukum dia!!!" rengekku manja. Tanganku menunjuk pada pria yang memakai jam. Lebih tepatnya pria yang tadi protes.

Jeymi mengusap tangan tanganku yang melingkar di tubuh bagian depannya. Dia lantas menatap tajam kearah dua bodyguard tadi. Dia menatap penuh intimidasi pada pria yang memakai jam tadi. "Kau lancang!!! Tidak ada yang boleh menantang nona Kayana, Siapa namamu? akan aku laporkan masalah ini pada tuan Joseph," ucapnya lantang.

Aku menyembunyikan kepalaku di lengan asistenku. Aku tersenyum penuh arti didalam sana. Tapi ini tidak cukup, aku mulai terisak. Ya, menangis adalah alat terbesar ku untuk mendapatkan semuanya. Aku tetap mengalirkan air mata, walau sebenarnya aku tertawa dalam hati.

"Kalian berdua cepat pergi dari sini! Temui aku diluar nanti, tunggu saja didepan pintu!!" perintahnya. Lalu dia memegang kedua bahuku. Tangannya yang halus menghapus air bening di pipiku. Dia berkata, "Dedek jangan nangis lagi ya? Mau kakak beliin es cream? Tunggu disini ok!" ucapnya manis.

Aku mengangguk antusias, walau aslinya aku sangat tidak suka es cream. Dia keluar, dan pergi dari sana. Sungguh akting yang bagus! Bukankah sangat menyenangkan bertingkah seperti seorang anak manja? Ah, sangat indah hidup dalam gelimang harta. Apapun yang kita inginkan akan didapat, dan apapun yang kita ucapkan akan di percaya.

Aku duduk di kursiku lagi, dan memasang wajah jutek dan acuh. Perhatianku fokus pada layar komputer. Dan juga pada kertas yang menumpuk pada meja. Aku bersikap biasa seakan tadi tidak terjadi suatu hal. Sedangkan para pengawal ku, mereka sudah biasa dengan keadaan seperti ini.

Dari handponeku aku mengawasi ku tiga orang yang tengah berjalan santai. Satu wajah wanita yang tegas dan tajam. Dan dua orang yang berjalan dengan wajah penuh wibawa. Wibawa? heh, lihat saja. Aku yakin kalian tidak akan memilikinya lagi nanti!!! Modal tampan kalian akan kalah dan tidak berarti apapun di perusahaan ini.

Mereka berhenti didepan sebuah ruangan. Wanita tadi berbicara singkat, lalu mengetuk pintu. Tak lama keluarlah seorang pria dengan tato penuh ditangan kirinya. Tubuhnya tinggi dan besar, begitu tanggu dan kekar. Wanita tadi berbicara singkat lalu pergi menjauh dari sana.

Pria kekar itu berbicara beberapa hal pad dua orang pria tadi. Lalu dia menyuruh kedua orang tadi masuk keruangan itu. Lama mereka berada dalam ruangan itu dan aku tak menghiraukan mereka. Karena aku mendengar suara ketukan, dan tak lama seorang wanita menghadap di depan mejaku.

Kulihat sekeliling dan sudah tidak ada lagi pengawal ku. Mereka sudah keluar mungkin atas perintah dari nona cantik ini. Kulihat wajahnya yang tersenyum remeh menatapku. Dasar, aku lupa jika dia ini seorang cenayang! Mana mungkin aku sepikun itu untuk melupakan satu hal. Biar ku beritahukan pada kalian semua, dia adalah orang satu satunya yang dapat menebak isi pikiranku.

Jika disaat paman ku pun dapat aku tipu, maka dia tidak. Semua orang termasuk pamanku hanya tau bahwa aku punya sifat yang kekanakan. Tapi tidak dengan jomblo ngenes di depanku ini. Dia begitu mudah sadar jika aku hanya berakting saja. Bahkan dia tahu jika aku adalah orang yang pandai beladiri. Tapi aku bersyukur karena dia merahasiakan nya dari semua orang.

Dia mengambil sesuatu dari atas meja, lalu duduk di kursi depanku. Dia duduk dengan tangan kanan diatas dan tangan kiri menompang tangan kanannya. Dia menekan tombol pada benda tadi. Tidak terjadi apapun secara mata telanjang. Tapi sebenarnya itu adalah alat pengaktifan sesuatu yang rahasia.

Dia tersenyum sebelum berkata, "Kali ini aktingmu bagus, sama seperti biasa!" pujinya. Tapi itu hanya sedikit kedoknya saja, sebelum dia menyindirku dengan kata yang pedas. " Tapi kau tetap tidak bisa membuatku percaya padamu!" ucapnya.

" Ya, kaukan sudah tahu semuanya! Mana mungkin kau akan percaya, bukankah kau seorang cenayang? Ayolah kau tau semuanya cantik, aku hanya ingin dua orang itu sedikit menderita," ucapku lalu tertawa. Saat ini dapat ku bayangkan dengan jelas wajah kedua orang itu sedang masam.

Ah, bayangkan saja seorang CEO perusahaan yang besar harus jadi pelayan. Seorang CEO yang mengepel lantai, apa kalian pernah melihatnya? Rasanya sangat senang melihat penderitaan CEO itu. Jika aku tidak salah, seorang bangsawan itu tidak ada yang mau bekerja seperti itu. Selama ini hidupnya sudah enak dan selalu dilayani.

"Mereka bener benar salah jika berniat menipumu! Seorang penipu kroco ingin menipu sang ahli penipu, itu baru sebuah kebodohan. Mereka ingin menyusup kedalam sini, mungkin mereka merasa menang karena bisa bergabung! tapi mengapa kau biarkan mereka menyusup?" ujarnya.

"Aku hanya senang saja mereka menganggap bahwa aku ini sangat penting. Bahkan mereka mengirim seorang CEO dan asistennya langsung. Dan hanya untuk menjadi seorang cleaning servis. Aku merasa lebih dari sekedar anak sultan jika begini. Bagaimana menurutmu, apa aku sebegitu beruntungnya karena bisa memperkejakan seorang bos?" tanyaku.

" Ya dan kau sangat hebat, tapi kau tau kan mereka adalah anggota yang siap merebut nyawamu kapanpun?" Tanyanya heran.

"Kau lupa jika aku tidak takut mati? Aku hanya ingin menikmati bermain saja! aku tidak akan lupa jika nyawaku ini sangat berharga dan mahal. Aku tidak tahu kapan aku meninggal, jadi sebelum aku pergi aku ingin sellau bermain. Bermain soal nyawa bukan hal buruk! kurasakan kau mencobanya, sungguh ini sangat menyenangkan." jelasku.

"Hmm... berbicara denganmu hanya menghabiskan tenaga ku saja! Jadi akan diapakan mereka?" ujarnya geram.

"Siksa secara halus!" titahku dengan senyum devil. Lalu dia menekan tombol tadi dan keluar tanpa kata lain. Aku tahu dia geram dengan tingkah asliku. Mungkin saat ini dalam pikirnya dia berharap tidak pernah tau sifat asliku.

Keenam pengawal yang tadi keluar, sudah masuk lagi dan kembali ke posisi awal mereka. Aku kembali melihat handponeku yang tadi aku angguri. Aku tertawa sendiri menangkap dugaanmu yang ternyata benar. Saat ini aku melihat wajah masam dan menggerutu dari seorang pria. Dia sedang mengepel lantai, tapi sejak tadi semua orang terus berlalu lalang.

Dan disisi lain kamera pengintai, aku lihat seorang pria sedang mengelap kaca. Meski mulutnya tidak berkomat kamit dengan sebuah gerutuan. Tapi tak ayal dengan raut wajahnya yang kelam sekelam malam paling gelap. Matanya tajam penuh amarah. Sesekali dia menggaruk bahunya karena gatal.

Tentu itu membuat wajahnya semakin kelam. Seorang CEO yang biasanya memakai baju dengan kualitas terbaik, dan kini harus memakai baju seorang pelayan. Memang malang nasibmu wahai anak muda! Anggap saja aku sedang membalas dendam padamu karena merebut apa yang aku inginkan.

Akan aku pastikan kalian menyesal karena menyusup kedalam kehidupanku. Kita lihat apa kau bisa bertahan karena tingkahku yang semaunya? Jangan salahkan aku jika kalian mati atau terluka parah! ingat satu hal, kalianlah yang masuk dalam kandang harimau baik hati ini.

Tanganku terangkat, lalu bergerak memberi perintah pada salah satu pengawal ku. Dia yang mengerti kode dariku langsung mendekat. Aku membisikkan sesuatu pada nya, dan dia mengangguk. Dia keluar dengan wajah tegak dan tubuh yang tegap. Aku tersenyum licik! sebelum kembali menyaksikan video yang kutonton tadi, sembari menunggu pesananku.

.

.

.

.

***