"Hmm aromanya sangat menggiurkan. Oh iya, aku lupa membuat teh manisnya ...," kata Ella sambil meletakkan nampan berisi kue kering yang baru saja matang. Hari kembali gelap, Ferand dan May beserta anaknya berjalan menuju rumah Ferand. Jantung Ferand berdegub kencang saat berjalan bersebelahan dengan May. Semua orang yang berlalu lalang disekitar langsung membicarakan mereka berdua. Orang-orang heran dengan sikap keduanya, terutama Ferand. Padahal Ferand adalah orang baik-baik dan terhormat, bagaimana bisa dekat dengan May si minus kelakuannya.
Mendengar suara ketukan pintu, Ella buru-buru membuka pintu tersebut dan menyambut kedatangan mereka. "Akhirnya ayah pulang juga, senang melihat anda, nyonya May ...." Ferand tersenyum dan bangga akan sikap Ella yang baik. May pun merespon sambutan Ella dengan senang. Mereka sekarang sudah mengitari meja makan berbentuk bulat. Masakan buatan Ella tercium sangat enak. Acara makan malam pun berjalan sukses. "Enak sekali masakanmu Ella ...," puji May untuk menarik hati Ella.
"Terima kasih atas pujiannya nyonya May ...."
"Oh iya, aku lupa memperkenalkan anakku padamu. Dia berumur 3 tahun lebih tua dari kamu, namanya Alana Clearany."
"Namanya yang indah, hai kak Lana ...," sapa Ella dengan lambaian tangan kanan. Lana hanya tersenyum saja. Untuk pertama kalinya Ella merasakan kehangatan keluarga yang nyata. Bagi Ella ini semua adalah anugerah bahkan kado paling indah. "Aku harap semua kebahagiaan ini bisa bertahan lebih lama ...," gumamnya. Pada malam harinya Ferand pergi mengantarkan May dan Alana pulang ke rumah.
***
"Terima kasih banyak Ferand, maaf sudah merepotkanmu juga anakmu Ella ...," kata May tidak enak hati. Ferand seperti biasa hanya tersenyum manis menanggapi segala bentuk keluhan dari May. "Tidak apa-apa, lagipula dia sangat bersemangat ingin menyambut kedatanganmu dan ya, hari sudah sangat larut, tidak mungkinlah aku membiarkan kamu dan Alana berjalan berdua, sangat berbahaya. Maaf sudah merepotkanmu untuk hadir," jawab Ferand.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak. Hati-hati di jalan ...." Ketika jarak Ferand semakin jauh, May menutup pintu rumahnya. Dengan tersenyum jahat, ia masuk ke dalam kamarnya.
***
"Iya ya, kemarin ayahnya dia berjalan dengan seorang janda paling tidak tahu malu itu. Apa kamu berbohong?" Desas desus omongan itu sangat menggangu telinga Ella. Yang biasanya ia mendapatkan tatapan hangat, tapi sekarang menjadi sinis bahkan dingin. "Ada apa dengan semua orang disini? Mengapa semuanya cepat sekali berubah? Apa salahnya coba ayahku dengan nyonya May? Aneh sekali mereka, aku harus bergegas pulang ke rumah ...," gumam Ella.
Sesampainya di rumah, Ella dikejutkan dengan kedatangan May bersama Alana di rumahnya. "Ah, ada nyonya May, baru saja datang nyonya?" sambut Ella.
"Baru saja kami berdua datang, Ella. Ayahmu meminta kami berdua untuk menunggu sebentar. Dia sedang pergi membelikan makanan di luar. Kamu dari mana saja Ella?" tanya May tanpa kaku sedikitpun. Ella sedikit terkesan, karena nyonya May pandai beradaptasi dan berkomunikasi.
"Oh, begitu. Aku baru saja dari pasar membeli beberapa sayuran."
Kriett ....
"Ah maaf menunggu lama May, ternyata ada Ella juga disini. Ini ayah belikan kamu roti gandum," kata Ferand sambil mengeluarkan beberapa makanan dari dalam kantong.
"Terima kasih ayah, Ella akan ke belakang, mau membuat teh, permisi ...." Ketika Ella sibuk membuat api untuk memasak air. Datanglah seekor burung hantu dan hingga di jendela dapur. Hewan itu dipercaya sebagai pembawa sial, namun arti itu tidak berlaku untuk Ella. Ella datang mendekatinya, terlihat bahwa sayap kanan burung itu terluka. "Tenanglah, aku akan mengobati sayapmu, agar kamu bisa terbang tanpa rasa sakit teman ...." Dengan cekatan, ia mengambil kotak obat dan mengobati luka di sayap burung hantu.
Di ruang tengah, Ferand semakin asik berbincang dengan May, keduanya semakin dekat, begitu juga dengan Alana. Ferand mulai mencoba mengakrabkan diri dengan Alana juga. "Ini tehnya, maaf menunggu lama," kata Ella sopan.
"Tidak apa-apa Ella, duduklah disini ...," kata Ferand, menepuk-nepuk kursi di sampingnya.
"Ah maaf ayah, tapi aku punya kerjaan di dapur, permisi." Ferand tidak menghiraukannya dan kembali melanjutkan bincang-bincang hangat tersebut. Ella terkejut melihat sosok burung hantu itu sudah tidak bertengger lagi di jendela. "Aku harap burung itu baik-baik saja."
Burung hantu itu terbang dengan lincah menerobos hawa dingin. Luka yang seharusnya masih belum pulih, kini sudah pulih. Burung hantu itu kemudian merendahkan tinggi terbangnya lalu hinggap di bahu seorang pria misterius dengan tatapan dingin, sedingin es. "Ada apa Leo? Sepertinya akan ada kabar buruk untuk seorang gadis cantik ya? Apakah itu benar?" tanyanya yang hanya direspon diam oleh si burung hantu. "Wah, aku tidak sabar ingin melihatnya. Ini akan menjadi hal menyenangkan, yang akan terjadi dalam waktu dekat."
***
"Jadi begitulaj Ferand, mengapa itu semua terjadi." May menitikkan air matanya, usai menceritakan masa lalunya yang kelam. Sisi lemah lembut dari Ella merasa sangat tersentuh. Ternyata ada orang yang bernasib sangat-sangat menyedihkan dari pada dirinya. "Sudahlah, jangan menangis May. Sekarang kamu sudah punya keluarga," hibur Ferand sebisa mungkin, masalahnya Ferand tidak pandai dalam menghibur orang, termasuk Ella. "Aku hanya ingin tidak dipermalukan oleh semua orang nanti. Aku tidak ingin jika kalian berdua harus harus merasa dampak yang sama," lanjut May lagi.
Ferand terdiam, mencoba mencari cara bagaimana menghibur May yang selalu berpikiran berlebihan. Beberapa menit kemudian, mereka kembali ke situasi semula. Ferand mengajak May, juga Ella dan Alana untuk pergi ke tukang jahit untuk dikenakan pada acara pernikahan. "Tolong angkat sedikit tangannya, saya perlu mengukur berapa lingkar pinggangnya," pinta sang penjahit kepada Ella.
"Wah, lingkar pinggang nona muda sangat ideal sekali, sangat jarang menemukan postur juga tubuh sempurna seperti ini ...." Pujian dari penjahit, menimbulkan dendam tersendiri di dalam hati Alana. Menurutnya, ia paling cantik dan tidak kalah cantik dengan Ella. "Wajahnya biasa saja, tidak ada cantiknya," gumam Alana.
Pengukuran baju pun selesai, Ella tidak bisa membayangkan bagaimana penampilannya jika mengenakan gaun indah yang dalam proses dirancang. Mereka semua pun keluar dari tempat jahit, semua orang yang mungkin sudah tidak tahan lagi ingin bertanya soal hubungan Ferand dan May, orang-orang langsung dihampiri mereka berdua. "Ferand, apa kamu akan menikah dengan May? Iya Ferant, apa kami tidak ingat dia siapa? Apakah itu benar?"
Pertanyaan itu sungguh tidaklah nyaman, "Kalian berdua pulanglah dulu," pinta Ferand pada Ella dan Alana. Mereka berdua pun pergi meninggalkan Ferand dan May, dalam perjalanan pulang. Lagi-lagi Ella bertemu dengan pria yang sempat ia tabrak waktu itu. Kali ini dia melemparkan tatapan matanya yang dingin. "Aneh? Ada apa dengan pria itu?" tanya Ella.