Herry yang menyadari risty akan meninggalkannya menjadi tidak rela, walaupun kepalanya masih agak sakit, dia bangun dan memeluk risty dari belakang, risty yang kaget hendak menepis pelukan herry itu, tapi kemudian dia sadar herry goyang dan hampir jatuh, maka dengan terpaksa risty diam ditempat, tak bergerak hanya mulutnya yang berkata kasar.
"Lepaskan aku Pak Herry.. Jangan Lakukan Hal Bodoh Seperti" geram risty marah,
"aku akan melepaskanmu tapi kau janji akan memenuhi permintaanku" kata herry memohon dan dia semakin menguatkan pelukannya.
"jangan bodoh pak herry, hal seperti ini adalah pelecehan pada profesiku" kata risty masih marah. Mereka diam sesaat, kemudian herry mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, risty menjauh dari herry kemudian dia balik badan menatap herry agak marah.
"baik.. maafkan aku.. tapi kumohon isy.. temani aku sebentar saja.. aku hanya ingin kau temani saat sarapan" suara dan wajah herry memelas, dan terlihat begitu kacau. Risty yang menatap hery jadi memperhatikan tampang kacau herry, dan tatapannya berubah prihatin. Herry yang melihat tatapan itu dalam hatinya tersenyum, aku akan memanfaatkan rasa prihatinmu itu isy pikir licik herry.
"kalau kamu nggak mau, aku juga nggak akan sarapan, dan nggak masalah kalau aku akan lebih sakit dan mungkin masuk rumah sakit.." herry duduk kembali ketempat tidurnya dan hendak tidur.
"baiklah pak herry, akan aku temani.., tapi setelah itu kamu harus minum obat dan kembali istirahat" kata risty kalah oleh rasa prihatinnya. Herry yang sedang menunduk mendengar perkataan risty itu tersenyum bahagia, tapi secepatnya dia kembali ke mode wajahnya yang semula. Dan dengan dipapah risty herry keruang makan untuk sarapan. saat sarapan risty juga ikut sarapan bersama herry, awalnya risty tidak mau tapi dengan sedikit ancaman lagi dari herry bahwa dia juga tak mau makan, akhirnya risty ikut makan bersama herry. Billy yang datang membawakan obat buat herry langsung kembali kekantornya dengan alasan banyak pekerjaan yang harus diselesaikan karena bosnya sakit, padahal tanpa diketahui oleh risty herry yang menyuruh billy pergi dengan tatapan tajamnya.
"okay pak herry.. sekarang aku akan mengantarmu kembali kekamarmu dan kamu harus istirahat. Karena kalau kau sudah makan.. minum obat.. dan istirahat yang cukup.. mudah-mudahan besok kamu bisa sembuh.. Aku juga mau pamit pulang ya.." risty bicara seperti menghibur seorang anak kecil. Lagi-lagi herry tersenyum dalam hati, "membiarkanmu pergi? jangan harap isy" pikir herry.
"tapi aku masih ingin kau temani isy.."
"pak herry.. kan tadi sudah kutemani waktu sarapan.. sekarang aku harus pulang.."
"ok silahkan kalau dokter isy ingin pulang.. tapi setelah kau pergi aku juga akan pergi kekantorku.., dan bekerja keras sampai sakit.. nggak masalah kalau harus masuk rumah sakit" kata herry tenang.
"herry apaan sih?! Kamu itu lagi sakit.. jangan konyol ah" protes risty, tapi herry hanya diam.
"herry.. kamu nggak kasihan sama aku? Aku itu belum tidur sejak kemarin, aku perlu istirahat.. please mengertilah.."
"kamukan bisa tidur disinikan isy.. dirumahku punya banyak kamar.."
"herry.. nanti apa kata orang kalau aku tidur disini?"
"apa yang akan dikatakan orang?.. mereka nggak bakalan tau kalau kamu disini hanya tidur, yang mereka tahu kamu seorang dokter yang menjaga dan mengobati pasiennya.. lagi pula ini siang hari isy dan banyak pembantu dirumahku, aku juga sekarang lagi sakit, jadi kita nggak akan melakukan apa-apakan isy.. tapi sudahlah kalau kamu nggak mau, kamu boleh pergi dan aku akan kekantorku.."
"apaan sih.. jawaban yang bodoh.." Risty menatap herry kesal tapi tak bisa protes.
"tapi aku juga perlu mandi herry.. disini aku nggak punya baju ganti.. dan aku nggak mau pakai baju bekas orang apalagi bekas pacarmu " risty beralasan, dia tahu herry bukan orang yang mudah mengalah jadi dia harus punya alasan yang kuat.
"aku akan menyuruh bu inem buat membelikan baju baru buatmu, kamu nggak perlu pakai ukuran baju yang khususkan?" kata herry lagi dan risty tak bisa membantah lagi.
"dan sebagai informasi isy, aku sampai sekarang belum pernah punya pacar, jadi belum pernah bawa pacar kerumah apalagi sampai meninggalkan baju dirumah. kau percaya atau tidak itu bukan masalah, tapi seandainya kau mau.. kau bisa jadi pacarku yang pertama, dan kau bisa meninggalkan bajumu disini.." kata herry lagi.
"Dasar gila!..sudah ku bilang aku nggak mau!!" bantah risty tapi perkataan herry itu cukup membuat jantung risty berdebar.
"ya sudah kalau kau tetap nggak mau juga. bu inem.. bu inem tolong ambilkan hpku.." panggil herry pada pelayan rumahnya.
"untuk apa hp?" tanya risty bingung
"aku harus kekantor, jadi mau meminta billy untuk menjemputku.." kata herry dan bersiap kekamarnya.
"okay..ok.. aku akan tinggal.. kenapa sih kamu keras kepala sekali" gerutu risty.
"sekedar kau tahu isy, itu salah satu kelebihanku, aku nggak akan sesukses ini kalau aku cepat menyerah, dan aku nggak akan dijaga oleh dokter secantik kamu kalau aku menyerah, bukankah begitu?" dan kali ini herry tersenyum lebar, dia bahagia karena berhasil membujuk risty sedangkan risty hanya cemberut.
"ya sudah sekarang kamu kekamar dan istirahat" kata risty sambil mendorong herry kekamarnya. Dengan patuh dan masih tersenyum bahagia herry mengikuti perintah risty untuk beristirahat.
"boleh aku mandi dulu isy, rasanya seluruh badanku gatal dan bau"
"ok.. tapi harus pakai air hangat dan nggak boleh lama-lama"
"gimana kalau kamu temani aku mandi, supaya kamu bisa tahu aku pakai air hangat atau tidak"
"HERRY!!!" bentak risty dan herry tertawa masuk kedalam kamar mandinya, mendengar tawa herry itu hati risty sedikit terhibur, sebenarnya setelah dia mengetahui siapa pasien VVIP yang diminta dokter mira buat diperiksa, risty sudah berfirasat kalau nantinya akan ada hal buruk yang akan dilakukan oleh herry, tapi risty tak bisa mundur ataupun menolak karena dia telah lebih dahulu menyetujui akan membantu dokter mira sebelum tahu siapa pasiennya. Selain itu juga risty tak bisa memberikan alasan kenapa menolak, maka dengan kalimat "aku seorang profesional yang datang untuk memeriksa pasien" risty membulatkan tekad untuk datang kerumah herry.
Risty awalnya berpikir kalau sakit herry itu adalah akal-akalannya saja, tapi setelah dia melihat herry sakit beneran hatinya menjadi kasihan. Risty juga sadar herry mabuk pasti karena kejadian kemarin dan dia merasa bersalah, risty memang tak ingin berhubungan dengan herry lagi, tapi tidak dengan cara seperti itu, harga diri herry pasti dipermalukan. tapi risty tak punya pilihan lain lagi, dia telah menolak herry berkali-kali dan berusaha menjauh darinya tapi laki-laki itu bukannya menjauh malahan mereka menjadi semakin dekat. sewaktu evan kakaknya mengatakan kalau risty sudah punya tunangan, ingin sekali dibantah oleh risty, karena laki-laki yang dimaksud evan sebagai tunangannya itu adalah orang yang paling dibencinya dan penyebab dia melarikan diri ke kota kakek, tapi risty tak punya pilihan, dia tak bisa membantah kakaknya didepan herry. tanpa sadar air mata risty mulai menetes, dia mencintai laki-laki itu tapi tak bisa memilikinya.