Binar bangun dari posisi tidurnya, ia ingin bercerita juga seperti Sera. Teman-teman yang lain pun ikut duduk, ingin mendengar apa yang Binar katakan. Binar bisa bicara, hanya saja pelafalannya kurang jelas. Suaranya juga tidak begitu kencang jadi jika ingin mendengarkannya, orang lain harus fokus pada dirinya saja.
Sebenarnya ada rasa tidak enak dalam diri gadis itu. Ia pikir ia sangat merepotkan orang lain apalagi teman-temannya ini. Ia ingin sekali bisa berbicara normal, tapi tentu tidak bisa karena ia tuli. Ada masa dimana Binar berada di titik terbawah sampai ia tidak mau bicara lagi karena banyak orang tidak mudah memahami apa yang ia katakan. Tapi ada satu hal yang selalu membuat Binar bangkit, yaitu pengertian keluarga angkat dan teman-temannya.
Binar bercerita tentang bagaimana ia pertama kali bertemu dengan Rayena di toilet sekolah menengah pertama hari itu. Hari dimana murid lulusan SMP diterima sebagai murid SMA. Upacara penerimaan murid baru lebih tepatnya. Saat itu, Binar harus berpisah dari Sera, Janina, dan Malik karena dirinya harus menenangkan diri. Toilet, satu-satunya tempat yang pas untuknya saat itu.
Binar sempat trauma saat masuk SMP dulu, karena ia bukan masuk di sekolah luar biasa, teman-temannya kebanyakan meledek dirinya habis-habisan. Sekarang, ia takut hal itu akan terjadi lagi. Ia takut menjadi korban bully seperti dulu. Untungnya ada Sera yang membuat teman-temannya yang jahat itu tidak berani berurusan dengannya lagi.
Tapi nyatanya, mungkin Binar memang tidak ditakdirkan beruntung di hari pertamanya sekolah. Saat ia keluar dari salah satu bilik toilet, ia melihat segerombolan perempuan yang sepertinya bakal menjadi anak-anak famous. Karena panik, Binar keluar dari sana terburu-buru sampai ia tidak sengaja menyenggol sang ketua genk, Cindy. Pelembab bibir miliknya jatuh ke lantai, tentu Cindy sangat kesal ditambah dia baru saja membelinya kemarin.
Binar meminta maaf berkali-kali, tapi Cindy dan keempat temannya malah menyudutkan Binar di pojok toilet. Didengar dari suara Binar, sepertinya mereka tahu kalau Binar itu kesulitan berbicara, tapi mereka tidak tahu Binar itu tuli.
Binar sudah menangis ketakutan, seragam putih miliknya mulai dinodai lipstick merah oleh teman-teman Cindy, tentunya dengan perintah sang ketua genk. Baru hari pertama sekolah, tapi anak-anak itu sudah bersikap seenaknya. Usut punya usut, Cindy adalah anak kepala yayasan jadi ia pikir ia bisa bebas melakukan apapun di sekolah ini sekalipun membully teman satu angkatannya sendiri.
Binar ingin berteriak minta tolong saat itu, tapi bagaimana caranya? Bicara saja susah, lalu bagaimana bisa ia berteriak. Nyatanya pahlawan kesiangan itu memang ada. Rayena buktinya. Gadis tomboy dengan rambut hitam sebahu, memakai kemeja yang lengannya digulung lalu kaos kaki yang bahkan tidak terlihat sama sekali.
Saat itu Rayena berhasil membuat Cindy tidak berkutik. Ia tidak main fisik sama sekali, lebih tepatnya Rayena itu mengandalkan mulutnya sebagai senjata. Dari situ ia berhasil membawa Binar keluar dengan selamat walaupun ia sebenarnya terlambat. Kemeja Binar sudah tercoreng dibagian kerah dengan noda lipstick merah. Kalau begini caranya, Binar akan dihukum saat upacara nanti dan Rayena tidak mau itu terjadi.
Untuk itu, Rayena membawa Binar ke toilet di lantai dua. Ia berusaha semaksimal mungkin menghilangkan noda lipstick yang sangat tebal itu, tapi gagal. Sepuluh menit lagi mereka harus berkumpul di lapangan. Tidak ada cara lain selain bertukar kemeja. Awalnya Binar tidak mau. Binar tidak apa-apa jika dihukum, ini salahnya karena membuat Cindy marah. Namun Rayena lebih bersikukuh untuk menukar kemeja mereka.
Binar menangis lagi karena ia tidak tega dan tidak mau membiarkan Rayena dihukum karenanya. Ia benar-benar gadis baik yang tidak mau ada orang lain sampai berkorban sedemikian rupa untuknya. Binar tidak tega, tapi Rayena lebih tidak tega lagi padanya.
Disisi lain, Sera dan Janina sibuk mencari keberadaan Binar. Mereka panik karena tidak menemukan Binar di toilet lantai satu. Tentunya mereka tidak mau ada hal buruk terjadi pada gadis itu. Ditambah Binar memiliki keterbatasan, akan sulit bagi orang lain untuk memahaminya.
Malik diminta untuk mencari Binar ke sekeliling sekolah, sedangkan Sera dan Janina memutuskan untuk mencari Binar di setiap toilet sekolah. Sampailah mereka ke lantai dua dan menemukan Binar juga Rayena disana. Namun dengan kondisi Binar yang menangis, Sera sangat geram. Tampilan Rayena yang terlihat seperti pembully membuat Sera cepat mengambil keputusan tanpa mendengarkan penjelasan mereka terlebih dahulu.
Beda dengan Rayena yang melawan orang lain memakai mulut, Sera lebih suka bermain fisik. Sera menjambak kuat rambut Rayena sampai gadis itu meringis kesakitan. Janina sendiri langsung memeluk Binar yang terlihat menangis dan ketakutan.
Binar terus meminta Sera untuk berhenti karena ini semua bukan salah Rayena. Setelah menjelaskan semuanya di depan toilet, Sera benar-benar malu, merasa bersalah, juga berhutang budi pada Rayena.
Rayena sendiri tidak masalah, ia sudah biasa disangka sebagai pembully karena penampilannya. Namun ada satu syarat yang Rayena minta pada Sera jika mau dimaafkan. Sera harus bisa membujuk Binar agar mau bertukar kemeja dengan Rayena.
Berhasil, mereka bertukar kemeja. Setelahnya Rayena mengucapkan selamat tinggal dan pergi begitu saja. Binar sendiri merasa sangat bersalah, begitupun dengan Sera. Untungnya ada Janina yang menenangkan mereka.
Karena tiga menit lagi bel sekolah akan berbunyi, mereka segera berkumpul di lapangan untuk mengikuti upacara. Ada satu hal yang menyita perhatian mereka semua disana. Sekolah mereka bisa dibilang sebagai sekolah swasta biasa dengan bayaran standard. Namun ada satu mobil mewah yang harganya berkisar milyaran rupiah memasuki halaman sekolah itu. Tidak ada satupun yang mengalihkan pandangan dari mobil itu.
Dua orang laki-laki berseragam sama dengan murid-murid di lapangan pun turun dari samping kanan dan kiri mobil. Laki-laki yang keluar dari sisi kanan mobil berhasil membuat perempuan-perempuan berteriak heboh. Tentu saja karena tampan, tinggi, dan kacamata yang ia pakai sangat membuatnya terlihat atraktif. Sedangkan laki-laki yang turun dari sisi kiri mobil cenderung berpenampilan sebaliknya. Tubuh yang pendek, perut yang melembung dengan rambut klimis dan tidak lupa tangan kanan kirinya menenteng botol minum dan tempat bekal.
Karena bel yang sudah berbunyi, perhatian murid-murid pun teralihkan dengan kepala sekolah dan guru-guru yang mulai memasuki lapangan. Upacara berjalan mulus, tapi Rayena dan beberapa murid lain harus dihukum karena seragam atau penampilan yang tidak rapih dan juga keterlambatan hadir.
Tidak banyak yang dihukum hari itu, hanya ada lima murid. Rayena tidak sendiri tentunya, laki-laki tampan yang sempat disoraki kaum hawa saat turun dari mobil pun ikut dihukum karena rambut depan yang panjangnya melebihi alis. Dia Samudera, laki-laki yang terkenal dingin bahkan sejak ia kecil dulu. Dan Atlan, tetangga Samudera yang terkenal lucu di sekolahnya dulu itu dihukum karena seragam yang dipakai terlalu ketat.
"Kalo diinget-inget, pengen balik ke jaman itu lagi deh," ucap Janina.
"Coba aja ada mesin waktu ya," balas Malik.
"Udah lah, kita tuh harus mikirin masa depan tau," sahut Atlan.
Benar memang, jika semua orang ingin kembali ke masa lalu, bagaimana nasib sang masa depan? Tapi pasti tidak ada orang yang mau kembali ke masa lalu pahit, masa lalu yang dipilih pasti hanya bagian yang membuat bahagia saja, benar kan?
"Gimanapun masa depan kita nanti, selalu inget ya kita punya masa lalu yang indah bareng-bareng," ucap Rayena.