"Aku pulang!" Teriak Maya, masuk kedalam rumah lantas menutup pintu.
Sudah hampir ratusan kali dia membuang napas berat.Niatnya mau beradaptasi dengan kondisi sekitar perumahannya, eh malah Maya harus berhadapan dengan laki-laki kasar seperti tadi.Memang sih laki-laki itu tampannya bukan main tapi tetap saja Maya seketika ilfil kerana melihat perilaku Halilintar yang terbilang sangat kasar.
Maya menjatuhkan punggungnya ke hamparan sofa yang tersedia di ruang tamu.Tante Jenny yang baru saja selesai membersihkan area dapur pun tak sengaja melewati ruang tamu dan mendapati anak keponakannya yang tengah meluruskan kedua kakinya.
"Eh, tumben jam segini sudah pulang? Ini kan masih pukul 07.36 pagi, Ya" Tanya Tante Jenny heran, bergabung duduk berhadapan dengan Maya lantas menghidupkan televisi yang berada disana.
"Sudah gak mood Tan, ada pengacau soalnya.Mood Maya seketika hancur" Ucap Maya, menggelembungkan salah satu pipinya yang cuby, mengeluh kesal.
Dahi Tante Jenny mendadak mengerut, "Memangnya siapa yang berani gangguin kamu, Maya? Sini, biar Tante hajar dia jadi perkedel"
"Sebenarnya sih bukan gangguin tapi Maya yang gak sengaja nabrak orang itu sampai jatuh.Jadinya dia marah-marah dan bentak Maya deh" Jawab Maya seadanya, kan memang itulah yang terjadi.
Tampak, Tante Jenny membalas jawaban Maya dengan ber-oh ria saja. "Oh iya Maya, besok kan hari senin nih.Mulai besok kamu bisa sekolah seperti biasa lagi, Tante udah ngurusin keperluan kepindahan kamu soalnya"
"Eh, sudah beres? Padahalkan Maya masih setengah capek, Maya masih betah dirumah" Tolak Maya sembari memasang wajah cemberut.
Tante Jenny menggeleng kuat, "Tidak boleh, intinya besok kamu harus sekolah.Mama kamu yang nyuruh Tante buat ngurusin surat kepindahan kamu secepatnya, malahan Mama kamu sempet neror Tante loh.Maksa banget kan?"
Maya bergidik ngeri ketika mendengarkan sedikit cerita dari Tantenya tersebut.Ini nih sifat mamanya yang dibenci oleh Maya sendiri.Terlalu overprotektif dan terlalu memaksakan kehendak orang lain, bahkan anaknya sendiri pun dikekang olehnya.
Entahlah kenapa mamanya yang satu itu memiliki sifat yang sangat menjengkelkan seperti itu, ditambah lagi mama Maya selalu tidak percaya pada kemampuan anaknya sendiri.Sebenarnya Maya ingin hidup di Indonesia seorang diri lalu menginap disebuah kost ataupun kontrakan yang lainnya.
Dengan begitu Maya juga bisa belajar mandiri tanpa harus merepotkan orang lain apalagi kalau ini Tantenya sendiri, tetapi mama Maya menolak usulannya mentah-mentah.Mamanya tetap bersikeras untuk menitipkan Maya pada Tante Jenny dan bersekolah di Indonesia.
Huh, menyebalkan sekali memang tapi ya harus bagaimana lagi? Maya juga harus menuruti permintaan mamanya itu atau tidak, Maya bisa mendapatkan masalah serius dan ujung-ujungnya dia tidak jadi pindah ke Indonesia deh.
"Okelah Tan, Maya ke kamar dulu ya? Maya mau istirahat, capek soalnya"
Tante Jenny mengiyakan ucapan Maya, mengangguk pelan.Maya pula sudah melenggang pergi menaiki anak tangga, menuju lantai atas.Memutar kenop pintu kamar, Maya memasuki kamarnya.Tak lupa juga dia segera menutup pintunya kembali.
Maya memicingkan kedua matanya, melirik kearah kasurnya yang tertata rapi.Tidaklah, Maya sedang tidak ingin tidur.Melangkahkan kakinya mendekati jendela kamar, Maya jauh lebih tertarik dengan pemandangan kompleks perumahannya yang terlihat elok dari jendela kamarnya ini.
Awan-awan putih yang menyerupai kapas itu tampak bergelantungan rapi, dengan langit yang berwarna kebiruan cerah itu akan semakin memperindah pemandangan yang telah diciptakan oleh yang Maha Kuasa.Tanpa Maya sedari, sudut dari bibirnya tertarik samar.Melihat pemandangan yang seindah ini, rasanya Maya ingin sekali berteriak bahagia karena sudah diberikan kesempatan untuk menikmati keelokan alam yang sangat spektakuler.
Tak terasa, waktu bergerak teramat cepat.Sekarang jarum panjang telah tepat mengarah kearah angka 7, sudah waktunya untuk makan malam.Maya turun dari lantai atas ketika Tante Jenny genap memanggilnya dari lantai atas.
Dengan gerakan kilatnya, Maya sudah berada dilantai bawah sekarang.Lebih tepatnya sih dapur, disana juga ada Om Rudi yang sejak tadi tengah menikmati secangkir kopi yang panas.Mendadak Maya terasa canggung, dia duduk didepan meja makan tanpa harus melakukan sesuatu.
Sebenarnya Maya sudah menawarkan sebuah bantuan untuk Tante Jenny menyiapkan makan malam, namun lagi-lagi usulannya dibantah mentah-mentah oleh si tante.Jadilah Maya yang mati kutu dan enggan memulai pembicaraan dengan Om Rudi.
Sedikit lama memang menunggu makanan yang sedang disajikan oleh Tante Jenny.Mereka berdua harus menunggu 10 menit lamanya, barulah menu makan malam kali ini telah siap untuk dinikmati.Dapur mereka lengang, hanya sesekali suara dentingan sendok dan garpu yang memenuhi ruangan tersebut.Ketiganya saling melempar diam.
Secepat mungkin, Maya menghabiskan jatah makan malamnya itu.Perasaan tidak enak dan canggung telah berhasil memenuhi rongga dadanya saat ini, entah kenapa hati nurani Maya mengatakan bahwa Om Rudi tidak sepenuhnya menerima kehadiran Maya disini.
Maya yang sudah selesai dengan acara makan malamnya hendak membawa piringnya kearah wastafel rumah namun sekali lagi gerakan Maya telah dihentikan oleh sosok tantenya.
"Eh, kamu mau kemana?" Tante Jenny bertanya, menyentuh lengan kiri Maya.
Maya menoleh, "Maya mau nyuci piring, Tante"
"Gak usah, biar Tante aja yang beresin.Kamu pergi kekamar kamu saja ya, besok kan kamu sekolah"
"Tapi Tan_"
"Hust, sudah gak usah tapi-tapian. Kamu ke kamar ya, langsung istirahat jangan begadang loh" Potong Tante Jenny cepat.
Maya menghembuskan napas pelan, Tantenya ini terlalu memanjakannya dan Maya sangat tidak suka jikalau dia harus diperlakukan seperti ini.Namun apa boleh buat selain menurut, pada akhirnya Maya mengalah.Kembali berbalik dan menuju kedalam kamarnya.Berbaring diatas ranjang, Maya memutuskan untuk tidur.
'KRINGGG!'
Deringan jam alarm berbunyi nyaring, Maya yang tengah berada dalam posisi tidur pun merasa terusik.Menggeliat diatas kasur, dengan gerakan yang super malas Maya bangkit dari posisi tidurnya lantas bergegas mematikan jam alarm.
Melirik sekilas kearah angka jam, ternyata jarum panjang telah berada diantara angka 5.Setelah mengumpulkan nyawanya yang sempat berpencar karena dia baru saja bangun tidur, pada akhirnya dia bangkit dan beranjak untuk mandi.
Membersihkan badan dan melakukan beberapa kegiatan paginya didalam kamar mandi, setelah beberapa menit pun dia keluar dengan mengenakan pakaian seragam sekolah yang kemarin Tante Jenny berikan pada Maya.
Merapikan rambutnya sebentar, Maya tengah bercermin sambil mengamati penampilannya.Memeriksa ulang, siapa tahu kalau penampilannya ini ada yang kurang.Untuk hari pertama disekolah, Maya ingin semuanya berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan olehnya.
Setelah bercermin dan berulang kali merapikan posisi rambut panjangnya yang hitam tergerai, Maya sudah sangat puas akan penampilannya sekarang.Cantik tapi simple.Itulah pendirian yang selalu Maya teguhkan dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam.
Meraih tas sekolahnya, Maya keluar dari kamarnya.Menemui Tante Jenny yang berada didalam dapur dan tak jemu-jemu memasang sebuah senyuman yang selalu terukir pada wajah Maya.
"Selamat pagi, Tante" Sapa Maya, bergabung dimeja makan.
Tante Jenny terlihat kaget dengan kedatangan Maya yang tiba-tiba, menoleh. "Ya ampun Maya, kamu buat Tante serangan jantung saja deh"
Maya tertawa kecil, "Ehehe, maaf.Oh iya Tante, Om Rudi mana?"
"Om Rudi sudah pergi ke kantor duluan katanya sih ada rapat penting.Ya sudahlah, itu makanannya dimakan dulu.Selepas itu, kita berangkat bareng ya ke sekolah baru kamu"
"Baik, Tante"
Setelah makan, Tante Jenny dan Maya pun berangkat untuk pergi kesekolah baru keponakannya.
"Tante, lalu Akira gimana?"
"Tenang Maya, Tante sudah nitip Akira ke tetangga kita kok.Lagipula mengurus sekolah kamu kan tidak terlalu membuang waktu yang lama"
Tak banyak bicara, mereka berdua pun telah sampai ke objek tujuan mereka saat ini.Mobil Tante Jenny telah sempurna melewati gerbang sekolah.Maya yang sedari tadi mengamati lingkungan sekolah barunya pun tak sengaja menangkap sebuah papan nama yang bertuliskan 'SMA NEGERI 1 GALAKSI'
Sekolahnya ini terlihat sangat besar dan megah, ditambah dengan keberadaan taman yang berada dihalaman sekolah itu sudah cukup untuk membuat sekolahnya menjadi lebih menawan.Melihatnya saja Maya semakin tidak sabar untuk menimba ilmu disana, semoga saja Maya bisa beradaptasi disekolah ini dan mendapatkan teman-teman baru yang baik.
🌺~~*~~🌺