Chereads / Live With You / Chapter 7 - Cinta Pandangan Pertama

Chapter 7 - Cinta Pandangan Pertama

Menyukai seseorang adalah salah satu hal yang biasa dialami oleh anak muda seumuran Maya.

Apalagi selepas pertemuan pertama Maya dengan Gempa yang berhasil membuatnya luluh dan merasa nyaman padanya.Kebaikan dan ketulusan Gempa pun perlahan mulai menghancurkan dinding ego yang dimiliki oleh Maya.

Apa iya sih Maya telah jatuh hati pada laki-laki bernetra keemasan itu?

Kalau memang benar kenyataannya seperti itu, maka Maya sangat beruntung dipertemukan oleh anak laki-laki yang baik seperti Gempa dan ia berharap banyak bahwa Gempa pun merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh Maya.

'BRAK!'

"Opocot!"

Gebrakan meja yang sengaja ditimbulkan oleh Pak Doni, guru pembimbing mata pelajaran Fisika telah berhasil membuat Maya terkejut bukan kepalang.Ditambah lagi dengan dirinya yang melatah tidak jelas dan terlonjak dari bangku tempatnya ia duduk sekarang ini, itu sudah cukup untuk membuat seluruh penjuru kelas dipenuhi oleh gelak tawa.

Maya meringis ngilu, ya ampun habislah dia kali ini.Ditambah lagi ketika menatap wajah Pak Doni yang melempar tatapan tajam bak silet kepadanya, membuat Maya tergagap takut.

"Murid baru, apa yang kamu lakukan dari tadi?"

Suara berat dari Pak Doni membuat Maya semakin kebingungan, mana mungkin dia mengatakan bahwa Maya tengah melamun ditengah-tengah pembelajaran.Itu sama saja bunuh diri, bukan?

"D-dari tadi saya mendengarkan penjelasan dari bapak kok" Jawab Maya dengan nada yang tidak meyakinkan karena dia memang tidak memperhatikan pelajaran yang tengah diajarkan.

"Apa kamu bilang? Sejak kapan pula saya sedang menerangkan materi?! Sedari tadi saya itu tengah menuliskan tugas kalian buat bulan ini, bukannya menjelaskan! Makanya kalau saya sedang mengajar itu jangan dibawa sambil melamun! Dari tadi saya perhatikan kamu itu senyam-senyum sendiri kek orang kerasukan, bagaimana caranya kamu bisa mengerti dengan materi yang saya ajarkan kalau kamu saja melamun dikelas saya.Atau kamu memang tidak menyukai materi yang tengah saya ajarkan? Kalau kamu memang tidak suka, lebih baik kamu keluar dari kelas saya.Saya sama sekali tidak butuh dengan murid yang tidak menyukai kelas saya"

Sudah genap dia mati kutu, Maya gemetaran karena takut.Ya ampun, Maya sangat malu dengan semua ini.Apalagi mendapati seluruh penghuni kelas sempurna memperhatikan dirinya.Namun bukan tatapan ramah yang mereka berikan, sebaliknya mereka malah melontarkan pandangan sinis.Berbisik dengan yang lainnya.

"M-maafkan saya Pak, saya janji tidak akan melamun lagi" Ucap Maya, hilang sudah nyalinya saat ini bagaikan debu yang tersapu air.Hilang tak berbekas.

Pak Doni menghela napas, menatap wajah Maya yang berkaca-kaca menahan isak. "Baiklah, karena kamu terbilang baru disekolah ini.Saya akan memberikan pengecualian padamu tapi ingat, jikalau saya memergoki kamu melamun lagi didalam kelas.Saya tidak akan segan-segan untuk menghukum kamu, paham?"

Maya mengangguk patah-patah, "Terima kasih Pak, saya akan mengingatnya.Sekali lagi terima kasih"

"Baiklah, kita lanjutkan pembahasaan soalnya"

Pak Doni berbalik, berjalan kembali mendekati papan tulis.Menuliskan beberapa soalan lalu menjelaskannya dengan sangat baik.Maya menghela napas lega, syukurlah dia masih selamat dan tidak dihukum oleh Pak Doni.

Padahalkan hari ini adalah hari pertamanya tapi entah kenapa Maya mendapatkan kesialan yang luar biasa.Lihatlah, orang-orang disini tetap memandangi kearah Maya dengan tatapan tidak suka.

Menelan ludah, baiklah tidak mau mendapatkan masalah yang lebih besar lagi dibandingkan dengan ini.Maya memutuskan untuk kembali menyimak soalan yang tengah dibahas oleh Pak Doni, tak terlalu mempedulikan orang-orang yang masih memandangi dirinya.

Dibalik itu semua, Maya sama sekali tak menyadari jikalau pergerakannya dari tadi telah diintai oleh seseorang.Netra kemerahannya tampak berkilat kearah Maya, tersenyum tipis.Bahkan terlalu tipis sehingga seisi kelas itu sama sekali tak mengetahui bahwasanya laki-laki itu tengah melempar senyuman pada Maya.

Menikmati dan terlalu memperhatikan mata pelajaran yang diberikan oleh para guru pembimbing, tak terasa waktu melesat dengan sangat cepatnya.Matahari kian meninggi, jarum jam telah menunjuk kearah angka 3 tepat.

Sudah waktunya untuk mengakhiri pembelajaran dan kembali pulang kerumah mereka masing-masing.Namun sepertinya takdir tak membiarkan Maya untuk tenang dan pulang secepat itu.Tepat diwaktu dia ingin mengangkat kedua kakinya dari lantai kelas, hujan disertai dengan angin ribut mulai menerpa ke sekeliling sekolah barunya.

Maya menepuk dahinya, merutuki nasibnya dari dalam hatinya.Kenapa hujan selalu turun disaat dan kondisi yang tidak tepat sih? Maya kan lupa tidak membawa payung hari ini, bagaimana caranya dia akan pulang kerumah Tante Jenny dengan selamat sekarang? Dan lagi jarak tempuh dari sekolah dan rumah Tante Jenny kan jauh sekali.

Terdiam dihalaman sekolah, Maya terdiam disana.Menatap awan-awan gelap yang setia bergelantungan diatas sana, gadis itu membuang napas berat.Nasibnya sangat buruk.

Puk...

Mendadak dari arah belakang, perasaan hangat mulai menerpa punggung Maya yang terbebas dari apapun.Tersentak kaget, Maya menoleh sembari membalikkan tubuhnya.Membulatkan kedua iris kehitamannya, Maya bersorak bahagia dalam diam.

"Gempa?"

Tersenyum simpul, "Hai May, maaf ya aku lancang memakaikan jaket itu padamu tapi aku tahu kau pasti kedinginan disini"

Maya membenarkan posisi jaket kecoklatan yang baru saja diberikan oleh Gempa pada punggungnya, semerbak aroma harum pun menyeruak masuk dalam indera penciumannya.

"Ehehe, tidak apa-apa.Terima kasih ya jaketnya, aku memang kedinginan sih" Nyengir lebar, Maya terkekeh garing.

"Kamu ngapain disini sendirian, Maya?" Tanya Gempa sedikit heran.

"Hm...aku kesulitan buat pulang kerumah.Lagipula mana aku tahu kalau hari ini akan turun hujan sederas ini, jadilah aku tidak memiliki persiapan untuk menghadapi cuaca seperti ini"

Gempa ber-oh pelan, mengangguk mengerti.Memprediksi cuaca memang sulit, ditambah lagi melihat tadi pagi yang cerah benderang.Tidak akan ada seorang pun yang menyangka akan turun hujan seperti ini apalagi disertai angin ribut.

"Bagaimana kalau kamu pulang bersamaku dan Kak Taufan? Kebetulan sekali aku dan kakakku membawa mobil kesekolah, kau bisa ikut dengan kami tanpa harus takut basah" Usul Gempa.

Maya terhenyak untuk beberapa detik kedepan, tercengang dengan usulan Gempa yang telak membuatnya kembali terguncang dalam kebimbangan.Oh ya tuhan, Gempa so sweet sekali sih.

Tersadar dari lamunannya, Maya berdehem pelan. "Tidak perlu Gem, aku tidak mau membuatmu repot"

"Tidak repot kok May, malah aku sangat bahagia jika bisa membantumu.Sebagai ketua Osis sudah menjadi tugasku untuk melayani dan membantu semua orang yang ada disekolah ini.Jadi kamu jangan segan-segan kalau ingin meminta bantuanku, oke"

"Erk, terima kasih banget.Tapi Gem, aku tidak enak kalau_"

"Hallah tinggal ngomong iya saja susah banget sih"

Eh, itu bukan suara dari Gempa melainkan kakak keduanya.Entah dari mana remaja bermata biru safir itu muncul, dia sudah berada disamping Gempa sekarang.Memasang senyuman lebar yang selalu terpasang pada wajahnya.

"Sudahlah Gem, kalau dia tidak mau jangan dipaksa.Biarkan saja dia menetap disini, sekalian biar diculik sama genderuwo penjaga sekolah ini" Celetuk Taufan asal.

Refleks Maya langsung melotot kearah Taufan, memukul lengan kanannya cukup kuat. "Enak saja kau bilang begitu!"

"Entah Kak Taufan ini, jahat banget sih kalau ngomong" Sambung Gempa.

Tak ingin disalahkan Taufan pun mengangkat bahunya sekilas, "Baiklah, aku tidak terima penolakan darimu.Intinya kamu harus ikut pulang bersama kami, kan tidak lucu jadinya jikalau kau benar-benar diculik oleh genderuwo nantinya.Ayo, disini mulai dingin"

Taufan sudah berlari kecil menerobos rintikan air hujan yang turun membasahi bumi.Disusul oleh Gempa dan Maya, mereka bertiga bergegas memasuki mobil.

'Cekrek!'

Dari arah lantai atas, seorang gadis berambut pendek dengan poni yang hampir menutupi mata sebelah kanan telah berhasil mengabadikan momen yang sangat menarik untuknya.Menyeringai sinis, dia sangat puas dengan objek fotonya saat ini.

"Kau berani mendekati Gempa, maka kau akan merasakan akibatnya"

🌺~~*~~🌺