Chereads / Live With You / Chapter 6 - Perbedaan

Chapter 6 - Perbedaan

"Aku..."

Bukan Taufan, bukan Gempa yang menjawab.Namun si empunya sendiri yang membuat ketiga remaja tersebut tersentak kaget dan menoleh kearah sumber suara.

Gempa mengelus permukaan dadanya akibat ritme jantungnya yang tak terkendali, sedangkan Taufan malah melatah tidak jelas.Maya sendiri sudah terbengong-bengong menatap wajah datar Halilintar.

Mendapatkan respon yang tidak terlalu bagus, Halilintar langsung memutar bola matanya keatas.Menarik pangkal kursi lantas duduk disamping Taufan, berhadapan langsung dengan Maya.

"Ya ampun Kak, sejak kapan Kak Hali disini?" Tanya Gempa yang masih mengontrol detak jantungnya yang tak karuan.

"Entah, datang tak dijemput pulang tak diantar.Hobi banget sih buat orang lain kaget, kalau tadi gue serangan jantung gimana?" Sahut Taufan, cemberut.

"Tinggal dikuburinlah, susah amat sih hidup loe" Jawab Halilintar enteng.

Taufan tak menjawab sahutan asal dari sang kakak, memalingkan wajah kearah lain.Halilintar merogoh kantong celananya, meraih telepon genggam miliknya lantas memainkan ponsel tersebut.

Gempa bangkit dari duduk, "Kalian mau titip gak? Sekalian nih, aku mau pesan"

"Samain aja Gem, biar gak kelamaan" Taufan yang menjawab.

Gempa mengangguk mengerti, putar badan.Berjalan menjauh dan pergi kedepan kantin.Maya mengamati Halilintar dan Taufan secara bergantian.Wah, Maya jadi bingung sendiri.Dia sama sekali tidak bisa membedakan mana yang Halilintar, mana yang Taufan dan mana yang Gempa.Semuanya tampak sama, benar-benar kembar seiras.

Kepala Halilintar yang sempat teralihkan pada layar hanphonenya, kembali meluruskan pandangan.Menangkap basah Maya yang sedang mengamatinya sedari tadi.Sedangkan Maya juga terkejutnya bukan main, secepat mungkin dia membuang wajahnya.Menutupi wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus.

"Kenapa loe?" Ucap Halilintar dingin.

Taufan yang mendapati kakaknya berbicara dengan Maya ikut meluruskan pandangan.Ya ampun, dua cowok ganteng tengah memandangi Maya sedemikian rupa.Ya tuhan, kuatkan mental Maya untuk bertahan.

"E-enggak kok, gak papa.Gue cuma bingung aja ngliat kalian yang sama sekali gak ada bedanya, mirip semua" Jawab Maya dengan logat yang sedikit gugup, menunduk.

Taufan yang mendengar ungkapan hati Maya langsung terkikik geli, menggeleng samar.

"Ya ampun Maya, coba loe lihat wajah gue dan Kak Hali.Kalau loe ngliatnya teliti, pasti bisa deh bedain kita berdua.Mana yang Taufan, mana yang Kak Hali.Coba deh"

Maya menurut, melempar pandangan jeli kearah Halilintar dan Taufan.Tidak ada bedanya tuh.Wajah mereka benar-benar mirip.Memiliki wajah yang bulat, dengan kedua pipi yang cuby, kulit putih bersih, dan hidung yang setengah mancung.

Menggeleng perlahan, Maya menyerah deh. "Gue gak tahu, wajah kalian benar-benar mirip"

"Hahah, makanya ngliatnya itu jangan muka kita doang dong.Yang ada loe yang salting, ya sudahlah kalau loe gak tahu.Biar Taufan yang super ganteng ini angkat bicara, coba deh perhatikan lagi warna mata kita berdua.Pasti beda kan?"

Maya tercengang dengan apa yang dirinya lihat saat ini.Ternyata benar, warna mata mereka berbeda-beda.Kalau yang Halilintar warna matanya sedikit kemerahan, ruby.Kalau Taufan pula mirip seperti bule, biru safir.

"Kok bisa warna-warni sih? Loe pada sengaja make softlens ya buat bedain kalian bertiga? Ih, gak boleh tahu.Bukannya disekolah ini ada peraturannya ya, tidak boleh memakai alat-alat make up" Cerocos Maya.

"Softlens? Ya kali gue make benda begituan, ya enggaklah.Ini itu murni dari pemberian tuhan, lagipula kita memang sejak lahir memiliki warna mata yang bercorak seperti ini.Dari kecil, kita bertiga memang sudah divonis menderita penyakit...penyakit...penyakit apa ya, Kak?" Taufan yang setengah lupa pun menyikut lengan Halilintar yang entah sejak kapan sudah berkutat kembali pada ponselnya.

Ketenangan yang dimilikinya kembali terganggu, Halilintar berdecak sebal sembari mengalihkan pandangannya pada Taufan. "Tsk, apa sih?"

"Itu loh nama penyakit kita, apa namanya?" Ulang Taufan.

"Heterochromia" Jawab Halilintar yang singkat, padat nan jelas.

Taufan menjetikkan jemarinya, "Nah itu namanya, penyakit itu memang gak bahaya banget sih tapi tetap saja perbedaannya sedikit mencolok"

Maya mengangguk paham.Wow, selain kembar ternyata mereka unik ya.Kalau boleh diperhatikan lagi, sepertinya Maya bisa sedikit membedakan mereka deh selain melihat warna mata mereka yang berbeda.

Kepribadian mereka sangatlah berbanding terbalik antara satu sama lain.Kalau Halilintar yang menyebalkan, kaku, dingin, dan lebih menyukai untuk diam berbeda sekali dengan sifat Taufan yang hyperaktif dan cerewetnya bukan main.

Kalau Gempa sih yang terbaik, memiliki sifat yang ramah, baik, sopan dan juga manis.Pokoknya idaman banget deh buat ciwi-ciwi seperti Maya ini.Baru saja disebut namanya, Gempa yang berjalan mendekati keberadaan mereka dengan kedua tangan yang mencengkram nampan makanan pun menyela.

"Hai semuanya, asyik bener.Lagi ngomongin apa sih?" Gempa bertanya, menaruh nampan yang berisikan empat pop mie diatas meja kantin.

Taufan membalas sahutan dari Gempa,mengibaskan tangannya kearah udara kosong, "Ah tidak ada apa-apa sih Gem, cuma ini gue sama Maya lagi ngomongin masa depan kita yang_"

'Pletak!'

Kalimat yang ingin dikeluarkan oleh Taufan lagi-lagi tercekat dengan sangat tidak elitenya ketika puncak kepala Taufan telak mendapatkan jitakan penuh kasih sayang dari si kakak pertama.

"Bisa diem gak, Fan?! Berisik banget sih dari tadi, pusing nih kepala gue" Gertak Halilintar, melempar tatapan tajam kearah Taufan.

Taufan pula tidak menyahuti gertakan sadis dari sang kakak, hanya bisa mengelus-elus kepalanya yang sempat mendapatkan hadiah dari Halilintar.Gempa terkekeh pelan melihat interaksi unik dari kedua kakaknya.

"Ini Kak, Maya, dimakan"

Gempa mengoper tempat bungkus pop mie kearah Halilintar, Taufan dan Maya.Mereka bertiga pun menyambut uluran dari Gempa.Maya meraih saku bajunya, menjulurkan selembar uang kepada Gempa.

"Eh, apa ini?" Tanya Gempa bingung, menunjuk selembaran uang tersebut.

"Uang buat pop mienya-lah" Jawab Maya.

"Ya ampun, May.Loe apa-apaan sih, santai saja kali.Anggap saja semua ini adalah ucapan selamat datangku padamu, jadi hari ini aku yang traktir"

Blush.Maya tersipu ketika mendapatkan jawaban dari Gempa.Sungguh, sekarang ini Gempa sudah berhasil membuat Maya baper bahkan sangat baper.Apalagi ditambah dengan senyuman super manis yang selalu menghiasi wajah Gempa, membuat Maya meleleh seketika.

"Woi Gem, jangan buat dia baper dong! Maya kan targetnya gue" Seru Taufan tidak terima.

"Eh, baper? " Gempa yang masih polos dan tidak mengerti dengan seruan Taufan tadi, hanya bisa mengangkat salah satu alisnya.

Samar, Halilintar menggelengkan kepalanya.Membawa kemasan pop mie miliknya lantas beranjak pergi dari sana.

"Kak Hali mau kemana?" Gempa yang bertanya.

Menghentikan langkahnya sejenak, " Kelas"

Gempa yang melihat perilaku Halilintar hanya menghela napas berat.Taufan pula tidak terlalu mempedulikan kepergian Halilintar, tetap fokus pada mienya yang mengepul.

"Gempa, dia itu kenapa sih? Jadi orang jutek banget, beda kaya kalian" Bisik Maya.

"Dulu dia tidak seperti itu May, tapi karena sesuatu Kak Hali jadi banyak berubah dan lebih pendiam lagi.Tapi kamu tenang saja, Kak Hali itu aslinya baik kok cuma ya sedikit pemarah"

"Sedikit pemarah apanya Gem, Kak Hali itu orangnya sadis.Kemarin saja, gue dibanting dan jadi target pukulan karatenya.Baik dari mananya coba, mungkin kalau dipandang dari sisi iblis Kak Hali memang orangnya baik" Ceplos Taufan dengan jujurnya.

"Hust, kakak sendiri dibilang kaya iblis.Gak sopan tahu, nanti kena karmanya baru tahu rasa"

"Eh, jangan nyumpahin gitu dong" Ucap Taufan dengan wajah pias.

Begitulah interaksi mereka, yang mampu membuat Maya terdiam kaku.

Tak lama kemudian, bel tanda masuknya pelajaran berdering nyaring.Taufan, Gempa dan Maya pun memutuskan untuk kembali masuk kedalam kelasnya masing-masing.Tanpa disadari oleh siapapun, ternyata pergerakan dari mereka bertiga diamati oleh pengunjung kantin.

Sebagai murid yang populer dan disukai oleh banyak fans, tentulah mereka tidak suka melihat idolanya didekati oleh orang lain.

"Siapa gadis itu? Berani banget deketin Taufan gue" Ujar salah satu gadis yang duduk tak jauh dari sana.

"Iya tuh, dia juga deketin Gempanya gue" Sambung temannya yang lain.

"Dia juga berani deketin Halilintar.Katanya sih dia murid baru dari Tokyo" Sahut anggota yang lain.

"Apa?! Murid baru pindahan dari Tokyo? Berani banget dia, lihat saja nanti.Kita harus memberi sedikit peringatan pada gadis baru itu"

"Siap, gue setuju sama loe"

🌺~~*~~🌺