Perlahan Maya mulai melangkah mendekati tempat duduk dan menaruh tas ranselnya disana.Sedikit melirik kearah laki-laki yang bernama Halilintar itu, dia terlihat tidak peduli dengan kehadiran Maya bahkan dia malah menganggap bahwa tidak ada apa-apa disana.
Mencoba untuk fokus, Maya mengaduk isi tasnya.Mengambil beberapa buku tulis dan pena sembari mengamati proses pembelajaran.Sebut saja Ibu Yuni, dia adalah guru mapel dari Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas mereka.
Walaupun Maya adalah pelajar baru disekolah ini, tidak ada alasan bagi Maya untuk tidak mengetahui isi kandungan mapel yang tengah dipelajari dikelas itu.Ibu Yuni tengah menjelaskan tentang materi filsafat dan frasa, memberikan beberapa contoh lalu menuliskannya di papan tulis putih.
'KRIINGG!'
Menit demi menit berlalu, tak terasa waktu berjalan dengan amat pesatnya.Maya sampai tak menyadari jikalau jarum jam telah menunjukkan kearah angka 10 tepat.Waktunya untuk istirahat dan mengisi perutnya yang sudah setengah keroncongan.Apalagi dengan mapel kedua yang membuat otaknya berputar tujuh keliling, kimia-lah jawabannya.
Halilintar, anak laki-laki yang berada disampingnya itu sama sekali tak bergeming.Sebaliknya dia malah memasang earphone miliknya kedalam indera pendengar, memangnya dia tak ingin istirahat?
Maya menjulurkan tangannya kedepan, "Hm, hai? Kenalin, aku Ma_"
"Dah tahu" Jawabnya datar.
Kalimat Maya terpotong dengan sangat tidak elite, yang membuat Maya terdiam sejenak.Hei, ada apa dengan anak ini? Ayolah, sebagai murid baru bukankah lebih bagus kalau Maya ingin memperkenalkan diri pada anak murid yang lainnya? Tapi kenapa dia malah seolah tidak suka? Sombong sekali dia.
Mendengus pelan, Maya bangkit dari duduk setelah selesai mengemasi barang-barangnya.Meninggalkan Halilintar yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri.Samar, kelopak mata Halilintar tampak terlempar pada punggung Maya yang kian menjauh.
Disisi lain, Maya yang sempat kesal dengan perilaku Halilintar yang terbilang sangat angkuh itu hanya bisa menghentakkan kakinya dilantai.Baru saja bertemu dengan orang lain, Maya harus dipertemukan oleh orang menyebalkan seperti Halilintar.Nanti siapa lagi orang yang akan membuatnya geram?
'Bruk'
'Set'
Maya berseru tertahan ketika mendapati dirinya yang sempat oleng seperti menabrak sesuatu.Memejamkan matanya sebentar, Maya tak merasakan dirinya menghantam permukaan lantai.
"M-maaf"
Membuka mata, Maya refleks membulatkan matanya disaat dia bertatapan langsung dengan seseorang yang juga berhasil meraih tangannya sehingga Maya tak jatuh mengikuti gaya gravitasi.Maya segera memperbaiki posisinya, tersenyum kikuk.
"Kau tidak papa? Maaf ya, aku gak lihat ada kamu tadi.Sekali lagi maaf ya?"
Ingin rasanya Maya berteriak histeris sekarang.Bagaimana dia tidak histeris.Lihatlah, orang yang baru saja menabraknya! Seorang anak laki-laki bermata keemasan, berwajah tampan dengan rambut yang setengah berantakan tengah berdiri dihadapan Maya.
Seakan terhipnotis, Maya tak sadar bahwa laki-laki bernetra gold itu tengah melambai-melambaikan salah satu tangannya tepat didepan mata Maya, menatap heran.Tersentak sejenak, Maya mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Eh, ada apa?" Tanya Maya linglung.
"K-kamu tidak papa kan?" Laki-laki itu terlihat cemas dengan kondisi Maya yang sedikit aneh.
Maya semakin nerveous dibuatnya, "Ee...aku baik-baik saja kok, maaf ya aku juga gak lihat kamu tadi"
"Oh, oke.By the way, kamu murid baru itu ya?" Tebaknya.
"Eh, kamu tahu dari mana?"
Laki-laki tersebut mengulum sebuah senyuman manis yang teramat manisnya, bahkan Maya seakan meleleh layaknya lilin yang terbakar.Menjulurkan tangannya kedepan, hendak mengajak Maya untuk bersalaman.
"Perkenalkan, namaku Gempa. Aku Ketua Osis disekolah ini"
What?! Seorang ketua osis mengajak Maya untuk kenalan? Oh ya tuhan, mimpi apa dia semalam sehingga mendapatkan anugerah yang begitu indah seperti ini?
Maya membalas senyuman Gempa, bersalaman. "Namaku Maya, salam kenal ya.Namamu cukup unik, Gempa"
"Ehehe, terima kasih.Namamu juga cantik Maya, salam kenal"
Maya terhenyak untuk beberapa saat.Gempa bilang apa tadi? Cantik? Baru bertemu kesekian detik, seorang ketua osis seperti Gempa ini mengatakan bahwa Maya cantik? Astaga Gempa, kau membuat Maya hendak pinsan.Maya tertunduk malu, wajahnya berangsur memanas.
"Oh iya, kamu mau kemana sendirian disini?" Tanya Gempa, mencoba untuk mencairkan suasana.
"A-aku ingin ke kantin sebenarnya, tapi aku bingung letak kantin ada dimana" Jawab Maya jujur.
"Ooh begitu, bagaimana kalau kau bergabung denganku? Kebetulan sekali, aku juga ingin kesana menemui saudaraku" Ajak Gempa.
"Eh? Kau mengajakku?" Maya terlihat kaget mendengar tawaran dari Gempa.
Gempa pula mengangguk, mengiyakan. "Tentu saja aku mengajakmu.Kau tidak mau ya?"
"Tentu saja aku mau!" Ceplos Maya, "Eh, m-maksudku...boleh saja"
Akhirnya Gempa pun mengajak Maya untuk pergi ke kantin.Sesekali Gempa juga berusaha untuk mencairkan suasana supaya tidak terasa canggung, bercerita dan menjelaskan letak-letak tempat penting dari sekolah ini.
Maya pula mendengarkan cerita Gempa dengan amat seksama, menatap wajah tampan Gempa lamat-lamat.Kalau dilihat lebih dekat lagi, wajah Gempa yang lumayan bulat dengan kedua pipinya yang tembem seakan menambahkan kesan tampan darinya.
Mengeluh kecewa, Maya sedikit tidak suka ketika dirinya dan Gempa sudah tiba diobjek tujuan mereka.Dengan senang hati, Gempa menuntun Maya mendekati empat buah kursi yang tak jauh dari sana.Yang ternyata salah satu dari kursi tersebut sudah ada yang menghuni.
"Hai, Kak" Sapa Gempa, menarik pangkal kursi lantas mendudukinya.
Maya pun meneladani perangai Gempa, duduk disampingnya.Laki-laki yang dipanggil 'Kak' itu mendongakkan kepalanya dari layar ponsel.Lantas tersenyum lebar dengan senyuman yang tak jauh manisnya dari Gempa.
"Hai Gem, tumben lama?" Iris berwarna biru safir si remaja tersebut mengarah kearah Maya, "Ini siapa, Gem? Calon adik ipar aku ya?"
Celetukan dari laki-laki yang diduga adalah kakak kandung Gempa sempurna membuat Maya kembali salah tingkah.Gempa juga terlihat terkejut menyaksikan lelucon kakaknya yang terbilang garing.
"Hust, ngaco! Dia temanku Kak, murid baru yang tadi pagi aku urus diruang guru.Dia Maya, Kak.Dan Maya, perkenalkan dia_"
"Kenalin, gue Taufan.Laki-laki terganteng yang pernah ada disekolah ini, salah satu murid populer juga disini.Loe lumayan cantik, cocok nih gue jadiin pacar mumpung gue masih menyediakan lowongan buat yang jomblo.Loe mau gak jadi pacar gue?" Potong Taufan cepat.
"H-hah?!"
Terkejut? Tentu saja Maya terkejut bahkan dia sampai tercengang akibat terlalu syok.Bagaimana tidak? Baru saja beberapa detik mereka kenalan, laki-laki bernama Taufan ini langsung menembaknya tanpa permisi.Kalian tahu, menembak dalam artian yang berbeda.
"Ppfft, buahahaha! Ya ampun Gempa, loe lihat reaksinya tadi? Lucu banget, hahahah" Gelak Taufan.
Gempa yang sudah bosan dengan kelakuan minus kakaknya ini hanya memutar matanya jengah, "Maaf ya Maya, Kak Taufan memang orangnya kaya gitu.Sedikit miring memang"
Taufan melotot kearah Gempa, "Sembarangan loe, Gem.Orang ganteng kaya gue gini dibilang miring, dasar adik gak ada akhlak!"
Gempa terkekeh ringan, "Maaf Kak, bercanda"
Maya kembali mengamati wajah Taufan dan Gempa secara bergiliran.Hm...kalau dilihat-lihat, wajah mereka hampir mirip.
"Kalian berdua kembar ya?" Ucap Maya tiba-tiba.
Pertanyaan Maya membuat kedua saudara kembar tersebut menoleh kearah Maya.
"Iya, Maya.Kita memang saudara kembar, Kak Taufan anak kedua dan aku anak bungsu" Sahut Gempa.
"Lah, kalau Taufan anak kedua dan kamu anak bungsu.Lalu siapa anak pertamanya?"
"Aku..."
🌺~~*~~🌺