Gara-gara acara bikin laper, Ify dan Rio terkadang jalan bareng untuk berburu makanan. Dan lambat laun keduanya pun terlihat dekat, entah Rio yang sering menelepon Ify atau sekedar mengganggunya dan apapun itu yang bersangkutan dengan Ify pasti Rio mendadak muncul tiba-tiba.
Seperti siang ini, Ify tengah terdiam dibawah pohon mangga taman sekolah.
"Wey, ngelamun mulu lo!" Tiba-tiba Shilla datang dengan wajah cerianya.
"Lo kenapa keliatan ceria banget?"
"Abis dinyanyiin bebeb Iel doongggg"
"Bebeb Iel?" Shilla mengangguk "lo jadian?"
Shilla merengut "ih kan gue udah cerita tadi sebelum istirahat Fy"
"Lah iya gitu?"
Shilla mendengus "lo ngelamunin apaan sih?"
Ify menggeleng "Enggak" masa iya sih dia bilang lagi ngelamunin Rio? Ya gengsi dong
"Lo gak usah ngelamunin masalah beras, Fy. Entar gue kasih dah sedeka" ujar Shilla asal
"Sekalian aja lo buka toko agen beras"
"Sayang!!" Shilla dan Ify menoleh mendapati Gabriel berjalan kearah mereka, ralat lebih tepatnya kearah Shilla
Shilla tersenyum manis menyambut Gabriel "Kenapa Kak?"
"Enggak, pengen liat kamu aja" Shilla langsung tersenyum malu. Padahal tadi katanya baru aja ketemu, hadehhh dasar bucin!
Ify tiba-tiba geli melihat dua sejoli itu "Geli gue" Ify langsung melenggang pergi dari hadapan mereka
"Kenapa si Ify?" Tanya Gabriel
Shilla mengangkat bahunya tanda tak tahu "dari tadi diem, ngelamun, terus sewot sendiri"
"Gak diapel si Rio kali"
"Maybe"
Ify berjalan sambil celingak-celinguk, sebenarnya Ify heran kenapa gak liat Rio seharian ini. Biasanya kan tiap sudut yang ia datangi itu cowok pasti ada.
Tiba-tiba matanya menangkap keberadaan Alvin yang tengah menelepon, Ify melangkah menghampiri sepupunya itu.
"Lo kenapa sih, Yo?" Ify menghentikan langkahnya dan langsung bersembunyi dibalik tiang.
"Sakit apaan lo? Gak biasanya banget" Ify mengernyit, Rio sakit?
"Songong si lo. Lagian kenapa gak ngontek kita bego?" Ify makin menajamkan pendengarannya
"Bacot lah, buktinya lo ambruk. Insaf lo, adu jotos mulu" Oh, jadi Rio abis berantem?
"Yaudah lo istirahat dah sono puas-puasin sampe modar, entar malem kita kesana"
"Haha.. iye-iye anjir aman si Ify mah. Dah ah berasa lagi teleponan sama siapa aja gue dikoridor sepi gini" Alvin mengakhiri teleponnya dan memasukkan kembali ponselnya ke kantung celana
Ify buru-buru menghampiri Alvin "VIN!!" Alvin menoleh
"Kenapa Fy?"
"E-emm itu" Heh kenapa jadi gugup begini, Fy?
Alvin mengernyit melihat Ify yang malah gugup "lo kenapa si?"
Ify menghela nafasnya sejenak "gue minta alamatnya Kak Rio!" Ujarnya cepat
Alvin melongo, gak salah denger kan dia? "Mau ngapain lo?" Tanya Alvin sambil memicingkan matanya
"Heh!!, tuh mata sipit lo biasa aja dong!!" Sewot Ify
Alvin tersenyum menggoda "mau ngapain lo nanya alamat si Item? Ah, mau jengukkin ya?"
"A-apaan dih, gue mau balikin jaketnya" memang sih Ify tuh tadinya mau balikin jaket Rio, tapi orangnya gak masuk.
"Aaaaa masaaa? Mumpung lagi sakit tuh!!" Goda Alvin dengan seringai jahilnya
"Dih bodo amat, gak peduli gue"
"Helehhhh, jangan gitu neng, khawatir dikit kek sama calon"
Ify mendelik tajam "LO MAU NGASIH TAU APA KAGAK SIH?" tanya Ify sewot
Alvin tersenyum menggoda "ngambekan bener, rumahnya di perum Bumi Asih"
Ify menendang kaki Alvin "HEH KEPLEK!! LO SAMA GUE JUGA TINGGAL DISANA. YANG JELAS KEK!!"
"BELUM AJA BERES ANJIR, DIA EMANG TINGGAK DISONO DI BLOK A NOMOR 6"
Ify mengangguk begitu saja, lalu melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Alvin
"BILANG MAKASI KEK LO!!" Ify menoleh dan hanya mencibir saja "KALO LO BENERAN KE RUMAHNYA, SEKALIAN BELIIN CHITTATO. SENENG PASTI DIA!!"
"Kerajinan banget" gumam Ify kembali berjalan menjauh.
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Ify tersenyum senang
"Baik anak-anak sampai sini dulu. Sampai bertemu minggu depan" Guru itu pun keluar
"Buru-buru amat dah Fy" ujar Agni yang heran melihat Ify mengemas barang-barangny dengan terburu-buru
"Gue ada urusan, duluan ya!!" Pamit Ify pada teman-temannya yang sedang mengernyit bingung.
Untunf saja hari ini Ify membawa motor kesayangannya, jadi tak lagi harus menunggu Alvin. Ify melajukan motornya meninggalkan sekolah.
"Gue serius ini kerumahnya?" Tanya Ify pada dirinya sendiri
Sebenarnya Ify agak ragu sih, masalahnya ini yang dia datengin tuh si Mario, cowok yang katanya galak padahal sih aslinya tengil dan sadboy "ah bodolah, gue kan mau nganterin jaketnya!"
Ify kembali melajukan motornya sambil sesekali bersenandung asal. Sampai dibelokkan ada mini market, Ify berhenti sejenak untuk membeli minum.
"Teh pucuk harum manisnya pas, manisnya pas" senandung Ify sambil mengambil 1 botol teh pucuk harum.
Selesai mengambil minum, mata Ify menangkap tumpukkan snack dan lebih tepatnya Chittato. Ia jadi teringat ucapan Alvin, tanpa banyak berpikir lagi Ify mengambil 1 bungkus snack itu dan membayarnya.
Ify kembali melajukan motornya, memasuki area perumahan yang sebenarnya juga sering Ify lewati. Tapi, Ify tidak tahu kalau Rio juga tinggal dikawasan yang sama dengannya. Sampai akhirnya Ify tiba didepan rumah megah persis seperti rumahnya itu.
"Ini gue beneran kesini?" Tanya Ify yang masih tak percaya apa yang tengah dilakukannya
"Lho neng, ngapain?" Ify terlonjak kaget lalu menoleh dan mendapati ada Satpam yang tengah membuka gerbang.
"Em-mm itu Pak..." ujar Ify mendadak gugup
"Mau ketemu den Rio?" Tebak Pak Satpam itu yang sudah bisa menebak, karena bukan hal yang aneh lagi jika ada gadis-gadis yang datang kerumah hanya untuk bertemu tuan mudanya itu.
Ify mengangguk pelan "Kak Rio nya ada, Pak?"
"Ada sih neng, lagi sakit"
"Oo-ogitu"
"Neng mau ketemu den Rio?"
Ify terdiam sejenak "Gak apa-apa emang Pak?"
Pak satpam mengernyit, biasanya para gadis yang datang selalu memaksa ingin masuk, tapi ini? Kok ragu-ragu gitu "Gak apa-apa, Neng. Ayo kalo gitu bapak anter!" Ify mengangguk lalu mendorong motornya memasuki halaman rumah Rio.
"Emm tapi, gak ngerepotin kan Pak?" Tanya Ify tidak enak.
"Enggak kok, Neng. Takutnya nanti neng dimarahin si aden"
Ify mengernyit "kok dimarahin Pak?"
"Iya Neng, biasanya kalo ada cewek-cewek yang dateng kesini, si Aden suka marah-marah" cerita Pak satpam.
"Emang Rio suka marah-marah gitu, Pak? Galak banget ya?"
"Sebenernya sih si Aden tuh baik neng, cuma kalo si Aden gak suka, ya dia bakal marah-marah. Buas banget, Neng" ujar Pak satpam sambil memelankan suaranya diakhir kalimatnya.
Ify terus mendengarkan cerita Pak satpam yang ternyata bernama Pak Mugi itu. Sampai mereka tiba didalam rumah, ternyata isinya dominan dengan warna monokrom. Mereka berdua melangkahkan kakinya menuju kamar Rio yang berada dilantai 2.
"Nah si Aden didalem. Neng masuk aja" titah Pak Mugi saat mereka sampai didepan kamar Rio.
"Bapak gak ikut masuk?"
Pak Mugi menggeleng "Enggak, Neng. Bapak tunggu disini aja. Kalo si Aden marah-marah, Neng langsung keluar aja"
Ify mengangguk pelan "jangan ditutup pintunya, Pak" Pak Mugi mengangguk.
Ify pelan-pelan membuka pintu kamar Rio, terlihat Rio yang sedang meringkuk sambil memegang batu es untuk mengompres lebam-lebam yang ada diwajahnya.
Ify mendekat kearah Rio "sstttttt" Ify menoel-noel lengan Rio "Woy!" Panggilnya pelan
Rio menggeliat karena merasa terusik "Astaga!!" Rio terlonjak kaget ketika membuka matanya
Rio bangun dan langsung menatap gadis didepannya ini "beneran lo kan ini?" Rio membalikkan tubuh Ify, memutarnya untuk memastikan.
"HEHH!!" Sentak Ify "lo pikir gue gasing diputer-puter" bukannya apa-apa, masalahnya kepala Ify jadi pusing karena tubunya diputer-puter.
Pak Mugi yang mendengar suara sentakan Ify langsung menyembulkan kepalanya yang membuat Rio melongo "Pak ngapain sih?"
"Si Neng nya gak Aden marahin kan?" Tanya Pak Mugi dengan cengiran khasnya
"Ini pacar Rio, Pak. Gak mungkin juga Rio marahin" Ify melotot tajam mendengar ucapan Rio.
"Hoalahhh ternyata pacarnya, kenapa gak bilang atuh Neng"
"Lho bukan, Pak!!" Elak Ify
"Ah si Neng, yaudah kalo gitu Bapak kedepan lagi, Den. Mari Neng!" Pak Mugi langsung saja pergi dari hadapan mereka.
Ify tiba-tiba melempar Rio dengan bingkisan indomaret yang ia bawa tadi "Aduhhhhhhh" ringis Rio, bukannya lemah. Si Ify ngelempar pas kena wajahnya banget "LO NGAPAIN SIH MAIN LEMPAR-LEMPAR AJA?" Ujar Rio sewot
"ITU BUAT OMONGAN ASAL LO!!" Sahut Ify sewot
"HEH OMONGAN ADALAH DO'A" jawab Rio tak kalah sewot
Ify kembali melempar paper bag yang berisi jaket itu kembali ke wajah "TUH BUAT LO POKOKNYA"
Kali ini tidak ada perlawanan dari Rio, Ify memperhatikan Rio yang kini tengah terduduk sambil memejamkan matanya menahan sakit.
Ify merasa tidak tega, ia menghampiri Rio dan berjongkok dihadapan laki-laki yang tengah meringis itu "lo gak apa-apa?" Tanya Ify pelan
Rio kembali meringis, kali ini rasanya benar-benar sakit seluruh badannya, sekaligus pening dikepalanya "Gue gak boong, asli pusing banget ini kepala" keluh Rio
Dengan hati-hati Ify membantu Rio berdiri dan kembali duduk diatas ranjangnya "makanya kalo sakit gak usah gegayaan"
Rio menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjangnya sambil mengernyit "Gegayaan apaan sih Fy?"
"TUHKAN MASIH AJA BISA JAWAB!!" ujar Ify galak membuat Rio langsung terdiam.
"Kenapa jadi galakan si Ify?"
"Lo ngapain kesini, btw?" Tany Rio
Ify bangkit dan mengambil paper bag berisi jaket Rio yang ia lempar tadi "gue mau balikin jaket lo"
"Padahal simpen aja, biar lo inget gue terus"
Ify berdecih sebal "inget umur aja lo sana!!"
Rio mendelik sambil mengusap luka-luka diwajahnya. Ify memperhatikannya dari samping, terlihat luka-luka yang membuat Ify meringis. Memar serta darah yang mengering, jelas sekali kalau belum dibersihkan.
"Coba awasin tangan lo!!" Ify menyingkirkan tangan Rio, dan menyentuh memar-memar itu dengan pelan "belom dibersihin?"
"Siapa juga yang mau bersihin? Adek gue gak bisa"
"P3K dimana?" Rio menoleh "biar gue yang bersihin. Nelangsa banget lo"
Rio mendengus, masih sempet aja ini cewek menghujat dirinya "di dapur" ujar Rio pelan
Ify beranjak dan pergi ke dapur. Sepeninggal Ify, Rio tersenyum tipis. Perasaannya tiba-tiba menghangat seketika, merasa senang diperhatikan seperti ini apalagi oleh seseorang yang ia suka. Ya walaupun tampang Ify seperti ikhlas tak ikhlas begitu.
"Kak!!" Rio menoleh dan mendapati Ray dan Deva yang sepertinya baru pulang sekolah.
"Buset Kak, itu muka kaya bekas sidik jari aja ungu-ungu gitu" ujar Deva membuat Rio mendelik tajam, sedangkan Ray malah tertawa-tawa.
"Bukan bekasnya, Dep. Tapi, emang stempelnya aja dia templokin" imbuh Ray sambil terkekeh geli.
Rio mendengus "lo berdua bukannya bantu obatin malah ngeledek" omel Rio
"Cita-cita gue jadi lawyer Kak bukan Dokter" sahut Deva asal
"Gue juga mau jadi Drummer bukan suster" sahut Ray tak kalah asal.
Terdengar suara langkah mendekat, benar saja itu Ify yang membawa obat merah dan sebaskom air hangat "sini gue obatin" ujar Ify tak sadar bahwa ada 2 tuyul yang memperhatikan, terlebih lagi ada sepasang mata yang melongo melihatnya.
"Lah Kak Ify" Ify menoleh dan mendapati adiknya berdiri disana.
"Lah, Dev. Ngapain lo disini?"
"Harusnya gue yang nanya, Kakak ngapain? Gue sih biasa kesini, nih temen gue Ray" jelas Deva sambil merangkul Ray
Ray tersenyum lebar "Hai, Kak. Gue Ray"
Ify balas tersenyum manis membuat Rio terpana "Gue Ify"
"Ah, ka Ify ini pasti cewek yang sering bikin Kak Rio ketawa-ketawa sendiri nih" ujar Ray spontan membuat Rio melotot tajam
Ify menoleh kearah Rio "Kakak lo emang udah gila, makanya ketawa sendiri"
"Jadi lo pacarnya Kak Rio?" Tanya Deva
"Dih!!"
Rio mendelik mendengar percakapan mereka "lo jadi ngobatin gue gak sih?" Omel Rio
"Dih, ngomel mulu lo, tiati tuh urat putus" sahut Ify sambil mendekati Rio dan mulai membasuh luka Rio dengan air hangat yang ia bawa.
"Tiati Kak, Kak Rio garong banget" ujar Ray usil
"Kalem Ray, Kak Ify juga garong" Ify hanya mendengus mendengarnya, padahal sih rasanya pengen guyur adeknya itu.
Ray dan Deva saling lirik sambil tersenyum jahil "JANGAN JANGAN MEREKA.....KUCING GARONG" ledek keduanya sambil berlari keluar diiringi tawa keras.
"Noh denger, kucing garong!!" Ketus Ify sambil tetap mengobati Rio
Rio tersenyum geli, tapi tak lama ia jadi tertegun mendapati wajah Ify yang sedekat ini "cantik!!" Batinnya
"Lo abis ngapain sih? Jangan mentang-mentang badboy kerjaannya babak belur mulu" omel Ify
"Cosplay jadi joker" sahut Rio asal "EHHHH SAKIT WOY" teriak Rio karena lukanya Ify tekan.
"CEMEN, MAKANYA GAK USAH WAR!!!"
Si Ify ini kenapa sih sensi 24/7 banget bawaannya kalo sama Rio "Namanya juga laki"
Ify megoleskan obat merah pada baret diwajah Rio lalu ia tutup dengan plester "Dah beres!"
Rio bangkit dan menatap dirinya dicermin "buset udah kek korban KDRT aja gue" gumam Rio sambil melirik Ify yang sedang membereskan obat-obat tadi.
"Gue naro ini dulu" Ify pergi keluar
Tak lama gadis itu kembali "Tuh gue bawa ciki buat lo!" Ify memberikan plastik indomaret yang ia bawa tadi pada Rio
Rio menerimanya, ia tersenyum senang ketika mengetahui isinya "tau darimana lo gue suka Chitato?"
"Muka lo kentang sih!!" Sahut Ify asal
Makin lama rasanya omongan Ify tuh makin pedes aja menurut Rio, kayaknya virus garongnya si Rio nular deh.
"Kak!" Ify dan Rio menoleh mendapati Ray dan Deva tengah menatap mereka dengan tatapan melas.
"Kenapa?" Tanya Rio
"Beli makanan dong, gue laper" keluh Ray dengan nelangsanya
"Lah kan ada Mbok Atih"
"Mbok Atih kan pulang kampung dari kemaren"
"Lah iya?"
"Udasi, buru Kak!! Dari malem gue belum makan"
"Yaudah bentar!"
Baru saja Rio ingin memesan makanan lewat apk gojek yang sempat ia download kemarin atas rekomendasi si Ify itu. Tiba-tiba Deva memberhentikan kegiatannya "Mending Kak Ify aja yang masak" celetuk Deva membuat Rio dan Ray menatap kearah Ify yang tengah melongo
"Dih, jadi ke gue sih!!" Protes Ify tak setuju "gue mau balik"
"Ayolah Kak, kasian tahu Ray sama Kak Rio" ujar Deva
Ify menoleh kearah Ray lalu kembali melihat kearah adiknya. Ify menghela nafas sejenak "Ok!!" Bukan karena Rio, tapi karena Deva dan Ray.
"YEEEAYYYY!!" Sorak Deva senang, sedangkan Ray tersenyum lebar "Makasih Kak" Ify tersenyum.
Rio yang daritadi diam hanya memperhatikan jadi tersenyum tipis, lalu mengikuti ketiganya yang sudah pergi dari kamarnya menuju dapur.
Untung saja Ify pandai memasak, jadi setelah melihat bahan yang ada, Ify memilih memasak nasi goreng.
Tak butuh waktu lama untuk Ify menyelesaikan masakannya "Nih, makan lo semua!!" Ujar Ify sambil menyimpan sepiring besar nasi goreng itu diatas meja.
"Lo gak ikut makan, Kak?" Tanya Ray ketika melihat Ify akan beranjak
Ify menggeleng "gak Ray, Kakak mau balik aja"
"Lah masa balik sih Kak, nanti aja bareng gue" ujar Deva sambil mengunyah
"Lo kesini pake apaan?"
"Pake sepeda" sahut Deva kalem
"Yaudah pake sepeda aja!" Ify pun beranjak melangkahkan kakinya menuju kamar Rio lagi
"Katanya balik, kok malah keatas lagi?" Ify lama-lama kesel jadinya, ini adeknya bawel banget sih.
"Gue mau ngambil tas" ujar Ify sambil berlalu
Rio yang daritadi hanya menyimak pun ikut beranjak, sebenarnya dia tuh daritadi pengen ikut nyahut, tapi takut diomelin.
"Mau kemana Kak?" Tanya Ray melihat Rio yang mengikuti Ify
Rio menoleh "mau nyusulin calon bini"
"Ray, kayaknya kita bakal besanan deh" ujar Deva sambil memperhatikan Rio yang mengikuti kakak galaknya itu.
"Untuk mewujudkan harapan itu, kita harus buat Kak Ify suka sama Kakak gue"
Deva mengangguk-anggukan kepalanya tanda sangat setuju "gue liat chemistry mereka tuh kuat!"
Deva dan Ray melanjutkan makannua sambil berkomentar layaknya juri. Sedangkan Rio kini tengah mengikuti Ify, ketika Ify masuk kedalam kamar miliknya, Rio hanya menunggu diluar.
Ify yang baru keluar terlonjak kaget mendapati Rio berada depan pintu "lo ngapain disini?"
"Ngikutin lo!" Sahut Rio kalem
"Dasar penguntit!!" Ketus Ify sambil berjalan melewati Rio
"Em.. Fy!!!" Panggil Rio sambil mengikuti Ify
"Hmmmm" Ify hanya berdehem sambil terus berjalan menuruni anak tangga.
"Liat gue dong!!" Pinta Rio
"Mau apa sih lo!!"
"Makanya liat dulu!!"
Ify menghembuskan nafasnya kasar, lalu memutar tubuhnya menoleh kearah Rio "UDAH!!!"
Rio menatap Ify dalam "Thank's ya!!" Ujar Rio tulus dan Ify juga bisa merasakan itu terlihat dari matanya dan senyum tipisnya.
"Oke!!" Ify kembali menuruni anak tangga dan Rio tetap mengikutinya sampai teras depan. "Gue balik!!" Pamitnya pada Rio
Rio bergerak berjalan hingga tubuhnya berada didepan Ify "Tolong sampai rumah dengan selamat!" Ujar Rio sambil menepuk pelan puncak kepala Ify
Ify tertegun dibuatnya, padahal Ify terbiasa mendapat perlakuan itu dari Alvin dan Papanya, kenapa saat ini rasanya berbeda? Padahal sama-sama menepuk puncak kepalanya.
Dan apa lagi ini? Ify merasakan pipinya memanas. Huhu semoga saja pipinya tidak memerah bagaikan tomat deh.