Tak terasa senin besok SMA Bina Bangsa akan mengadakan Ujian Tengah Semester. Dan tak terasa juga berarti Ify dan kawan-kawan sudah 6 bulan lamanya bersekolah disana.
"KOK KEBANGETEN MEN"
"SAMBAT BLAS RA ONO PERHATIAN"
"JELAS KU BUTUH ATI MU, KU BUTUH AWAKMU"
"KOK KEBANGETAN MEN"
"DUK TAK DUK DUK JESSS"
"LORO ATI IKI"
Dan seperti itu kondisi kelas X-4 siang itu. Seusai istirahat memang kelas mereka tidak belajar, karena gurunya tidak masuk.
Dengan di komandoi Septian, lagu Kartonyono Medot Janji pun mengalun dengan heboh dikelas mereka.
"MBIYEN AKU JEK BETAH, SUWE SUWE WEGAH"
"NURUTI KEKAREPANMU SANSOYO BUBRAH"
"MBIYEN WES TAK WANTI WANTI OJO NGASI LALI"
"TAPI KENYATAANNYA PERGI"
"BRRRRRRRRR"
"KARTONYONO..."
"HEH BUBAR-BUBAR!!!"
"HUUUUUUU GANGGU AJA LO!!"
Semua bersorak menyuraki Bagas yang lagi-lagi mengacaukan konser mereka. "Ada anak osis mau kesini bego"
Dengan malas mereka membubarkan konser dadakan itu dan kembali ke bangku masing-masing. Dan benar saja ada si Ketua Osis yang datang ke kelas mereka.
"Selamat siang!" Sapa Debo si Ketua Osis itu
"Siaaaaaaaaaaang" jawab mereka dengan nada seceria mungkin, padahal sih aslinya males. Hadehhhhh
"Sepertinya kelas ini sudah siap ya jika tampil di pensi nanti?" Tanya Debo yang memang tak sengaja mendengar kerusuhan kelas ini.
Mereka semua mengernyit, apa katanya? Pensi? Mendadak suasana menjadi riuh kembali
"APA KAK? PENSI?"
"ASEKKKKK, JAMING EGENNNNN"
"HEH, DIEM DULU LO SEMUA!!" Sentak Bagas membuat mereka diam seketika
Debo hanya tersenyum kecil "minggu depan kan UAS, jadi seminggu setelah UAS sekolah kita akan mengadakan pensi"
"Jadi, disini ada yang berniat berpartisipasi? Atau mau sekelas aja sekalian?" Tanya Rizky
"Yakali kak sekelas, kita mau pensi bukan mau gebyar BCA" celetuk Septian yang mengundang tawa teman sekelasnya
"Bloon, gebyar BCA katanya Hahahah" sahut Sivia dengan tawa kerasnya
"Yaiya anjir, keramean kalo sekelas mah"
"Yasudah, jadi siapa yang mau berpartisipasi? Nanti bisa datang ke ruang osis aja ya buat daftar" ujar Debo
"Oke, kak!"
"Nanti kita pikirin dulu deh"
"Kalo gitu, kita pamit" tanpa banyak kata lagi Debo dan Rizky keluar dari kelas itu.
Setelah Debo keluar, Bagas bergerak dan berdiri dihadapan teman-teman sekelasnya itu. "Jadi siapa nih yang mau?" Tanyanya
"Kelas kita harus keren nanti pas pensi" celetuk Nova
"Jadi, Septian, Patton, dan Sion kalian didiskualifikasi tanpa pertimbangan" ujar Aren
Septian mendelik sebal "kok gitu sih anjir!" Protesnya tak terima
"Yang ada nanti lo bertiga malah dangdutan"sahut Sivia
"Bukannya pensi, nanti bener-bener malah jadi acara D'academy" ujar Agni
Septian, Sion dan Patton mengangguk mengiyakan, mereka pikir sih iya nanti yang ada mereka malah ngajak dangdutan satu sekolahan. Kan rencananya kelas mereka tuh harus keren gitu diantara kelas Sepuluh yang lainnya.
"Yaudah gue mundur langsung deh" ujar Sion kalem
"Jadi, siapa nih?" Tanya Patton
Mereka diam sambil berpikir, siapa sekiranya teman sekelas mereka yang cocok buat tampil?
Ify yang daritadi hanya diam mendengus geli melihat wajah teman-temannya itu yang mendadak serius.
"GUE TAUUUU" Seru Shilla membuat semuanya menoleh kearah gadis itu
"Siapa?" Tanya Bagas
"Si Ify aja" tunjuk Shilla pada Ify
Ify mendelik tak terima "Heh kok gue!"
"Iya Fy, lo aja dah" sahut Olin
Ify mendengus sebal "lo semua yang sering konser-konseran kenapa jadi gue yang ditunjuk?"
"Karena lo yang agak normal kalo nyanyi" ujar Aren
Apa katanya? Agak normal? Jadi Ify juga sedikit gila gitu? Hadehhhh. Emang sih temen-temennya itu kadang agak kacau kalau nyanyi, tapi suara mereka bagus-bagus kok.
"GAK MAU YA, ENAK AJA!" Tolak Ify
"Ayolah Fy, lo kan jago Piano, jago gitar apalagi sih?" Rengek Bagas yang diangguki oleh yang lainnya dengan tatapan memelas.
"Tuh si Shilla sama si Agni juga sama jago gitar, si Via bagus tuh suaranya" elak Ify yang masih tak mau jika dirinya yang harus tampil "kenapa gak anak cowoknya aja sih elah?"
"Kalo anak cowoknya malah kacau nanti, Fy. Kayak gak tahu anak kelas kita aja gimana" ujar Siti
Ify terdiam sejenak lalu menatap satu-persatu wajah teman-temannya yang seolah menaruh harapan besar pada dirinya, cringe banget gak sih? "Oke, gue mau"
"YEEEEEEEEE"
"TAPI...."
"Kok ada tapi nya sih Fy?"
Ify langsung menatap kearah Shilla, Sivia dan Agni "gue gak mau sendiri, gue mau tuh mereka bertiga juga ikut"
"SETUJUU"
"FIX, ELO BER4 JADI BLACKPINK AJA"
"Heh kok blackpink?" Tanya Nova mendengar celetukan Lintar
"Pas kan ber4" sahut Lintar kalem
"Keputusan udah Final" kata Bagas
"Gaya lu Final-Final dikira juri" sahut Sivia
"Halah pokoknya lo ber4 yang tampil" ujar Bagas
"Tenang, nanti kita bikin spanduk buat lo berempat"
"Yaudah hayuu lanjut konser lagi aja"
"GASKEUNNNN"
Dan mereka kembali lagi melanjutkan konser tadi yang sempat terjeda.
***
Rio, Cakka, Gabriel dan Alvin tengah bersantai di rooftop dengan 4 botol teh botol sosro dan 4 permen milkita sebagai pelengkapnya.
Mereka biar dikata trouble maker sekolah, tapi mereka masih tahu aturan untuk tidak merokok didalam area sekolahan, jadi sebagai gantinya mereka malah mengemut permen milkita.
"WOYY!!"
Spontan ke-4nya menoleh kearah tangga, disana ada Dayat yang tengah berkecak pinggang sambil mengatur nafasnya akibat berlarian ditangga. "Gue cariin disini ternyata" Dayat berjalan kearah mereka ber-4
"Ada apaan, Day?" Tanya Cakka
"Kalian disuruh ke ruang Osis sama si Debo"
"Ngapain sih elah? Kita lagi anteng nih gak bikin ulah" ujar Gabriel
"Suruh dia sendiri aja manggil kita kesini!" Ujar Rio ketus "punya kaki malah nyuruh orang lain"
"Mau ngapain sih emang?" Tanya Alvin
"Mau bahas pensi kali, gue denger-denger kan Band kalian yang jadi pengisi utama" jelas Dayat yang memang tak sengaja mendengar berita itu dari anak Osis
"Tumben pake Band kita? Baru diakui apa gimana nih?" Tanya Rio masih dengan nada ketusnya, dia tuh emang agak sensi kalau berurusan sama si Ketua Osis itu.
"Udahlah samperin aja banyak tanya amat lo semua njirr" ujar Dayat, memang hanya dia yang berani berkata seperti itu pada Panglima Tempurnya Bina Bangsa
"Mager anjir udah pewe" sahut Cakka
"Ayo anjir, gak merhagai gue banget lo pada. Cape nih gue" protes Dayat
Satu lagi, tingkah mereka emang terkadang bar-bar tapi gak tegaan kalau sama orang terdekatnya. Dengan langkah malas-malasan mereka berjalan mengikuti Dayat menuju ruang Osis
"To the point aja ngapain lo manggil kita kesini?" Tanya Rio setelah memasuki ruang Osis
Debo sejenak menatap mereka berempat, karena Dayat sudah pergi lebih dulu. Sebenarnya Debo agak ngeri sih kalau harus berhadapan sama mereka berempat ini, mungkin gak hanya Debo yang lainnya juga gitu kali ya? Aura mereka tuh emang aura bosgeng gitu.
"Em, gini. Pihak sekolah minta kalian jadi pengisi utama pensi" ujar Debo hati-hati
"Tumben, biasanya ngundang dari luar" sahut Gabriel sarkas.
Debo meringis, kalau saja mereka berempat ini tahu kalau yang minta pihak sekolah ngundang Band dari luar itu ide Debo, bakal habis gak ya kira-kira? Padahal pensi sebelumnya pihak sekolah memang selalu menyarankan Bandnya Rio Cs ini. Selain karena mereka murid Bina Bangsa, Band yang bernama The Orion ini juga sudah cukup terkenal dimana-mana, mereka juga terkadang manggung diacara-acara entah itu acara amal atau hanya acara anak muda, dan mengisi di Cafe milik keluarga Cakka juga.
"Pensi tahun ini mereka pengen kalian tampil"
"Itu doang?" Tanya Rio
Debo hanya mengangguk singkat "Iya"
"Yaudah" setelah itu Rio berlalu begitu saja diikuti oleh ketiga sahabatnya itu.
Debo menghela nafas lega, ia kira akan terjadi adegan bujuk-membujuk yang membuat dirinya memohon pada ke-empat orang tadi.
"Kita mau bawain berapa lagu?" Tanya Gabriel setelah mereka duduk bersantai lagi di rooftop
"Gue mau bawain lagu buat si Ify deh" celetuk Rio tiba-tiba
"YEEEEEEE BUCIN JUGA NIH COWOK!!" Seru Cakka heboh sendiri sedangkan Alvin dan Gabriel hanya tertawa kecil.
"Atau gini aja, kita sebagai pengisi utama pasti bakal beberapa kali nyanyi dong?" Tanya Gabriel yang hanya diangguki oleh yang lain "gimana kalo 1 lagu khusus lo Yo, buat si Ify, 1 lagu lagi si Cakka karena gue yakin dia pasti ngebucin di panggung, 1 lagu lagi gue sama si Alvin yang ambil alih, dan 1 lagu terakhir baru kita bawain berempat, gimana?" Tanya Gabriel lagi meminta pendapat
"CAKEP!!"
Mereka jadi tak sabar akan seperti apa pensi nanti, karena untuk pertama kalinya mereka akan tampil dihadapan gadis pujaan mereka. Ah mungkin terkecuali Cakka, karena Agni selalu ada ketika Cakka manggung.
***
Mario kedelai hitam
Ikut gue ke rumah yuk, Fy?
Ify mengernyit heran, tumben Rio ngajak ke rumahnya biasanya juga ngajakin jajan seblak, atau enggak beli boba.
Ify mengetik balasan, mungkin mengiyakan ajakan Rio untuk kerumahnya tak ada salahnya kan?.
"Gue gak sabar liat The Orion" celetuk Shilla
Seperti biasa Ify, Shilla, Sivia dan Agni tengah bersantai dibawah pohon mangga taman belakang. Ify yang tengah bersandar pada batang pohon sambil memejamkan mata, Agni tengah liat-liat Music video di youtube, Shilla tengah sibuk mengocek cup cappucino cincaunya dan Sivia tengah berusaha mengambil mangga-mangga yang matang untuk ia bawa pulang.
"Asli sih, gue denger suara berat Kak Alvin aja udah meleleh apalagi denger dia nyanyi" sahut Sivia yang masih tetap berusaha meraih mangga
Ngomong-ngomong soal Alvin dan Sivia, katanya mereka belum jadian sih tapi Alvin emang udah sering manggil Sayang gitu. Mungkin menurut Alvin dan Sivia status gak terlalu penting kali ya?
"Gue emang udah biasa liat Kak Cakka nyanyi, tapi jujur aja sih tiap liat dia manggung gue selalu berasa jatuh cinta lagi" ujar Agni membuat Ify membuka matanya ikut mendengarkan obrolan para sahabatnya itu.
"Ternyata si Agni bisa bucin juga" sahut Shilla "eh tapi gue bener-bener penasaran liat mereka langsung make mata kepala gue sendiri"
"The Orion siapa sih anjir?" Tanya Ify yang akhirnya bersuara
Agni, Shilla dan Sivia menatap Ify dengan tatapan tak percaya. Serius si Ify gak tahu? "Fy, serius gak tau?" Tanya Shilla
Ify melengos "kalo gue tau gak bakal tuh gue nanya"
Agni berdecak "lo selama ini sering jalan sama Kak Rio tapi lo gak tau?"
"Kenapa jadi nyambung ke si malika?"
Sivia menghela nafas lelah, ia lupa kalau sahabatnya yang satu ini emang kelewat cuek "dia anggota The Orion Fy. Sama ketiga temennya itu"
"Astaga Fy, parah ini anak. Segitu gak tau nya lo tentang Kak Rio? Padahal lo orang terdekatnya tuh selain ketiga temennya itu"
Ify terdiam kaku, apa iya hanya dirinya yang tidak tahu sama sekali tentang Rio? Padahal Rio selalu tahu apapun tentang Ify. Ify jadi merasa jahat seketika, merasa bersalah pada Rio. Selama hampir 6 bulan ini memang mereka dekat, itupun karena sering berburu kuliner.
Shilla mendekat kearah Ify dan menepuk bahunya pelan "Tau gak sih? Tanpa lo sadari, lo sama Kak Rio tuh udah saling terikat satu sama lain. Meskipun lo selalu ngelak dan nyangkal gak ada perasaan apapun sama dia, coba lo pahami diri lo sendiri, rasain perasaan tiap lo deket sama dia. Gue yakin lo pasti nemuin jawabannya"
"Udah yuk, balik aja" ajak Sivia
Mereka beranjak dari sana bersama-sama, masih tetap The Orion yang menjadi topik utama pembahasan mereka, terkecuali Ify yang sepertinya sedang merenung mencoba memahami perkataan Shilla tadi.
.
.
.
Ify benar-benar menerima ajakan Rio untuk ke rumahnya. Saat ini Ify tengah duduk disofa ruang tamu kediaman keluarga Haling itu menunggu Rio yang entah pergi kemana, karena tadi dia pamit untuk pergi keluar sebentar.
Ify beranjak dari duduknya, melihat foto-foto yang terpajang didinding ruangan megah itu. Ada satu bingkai foto yang paling besar diantara bingkai foto yang lainnya, bingkai foto itu berisi foto Rio, Ray dan kedua orang tuanya itu. Ify melihat kearah foto Rio,difoto itu Rio tersenyum begitu lebar memperlihatkan gingsul kecilnya.
Ify menoleh ketika mendengar suara langkah kaki, Rio tengah berjalan kearahnya dengan kedua tangannya yang menenteng kantung belanjaan yang berisi snack.
"Lo abis belanja bulanan?" Tanya Ify
"Enggak, sengaja beliin buat lo biar betah disini"
Ify hanya mendengus malas, lalu melihat apa saja yang Rio beli "gila, gue gak serakus ini ya Malika!!"
Rio hanya terkekeh geli "gak apa-apa biar ini pipi makin gembul" ujarnya sambil mencubit pipi Ify gemas tapi tak lama karena tangannya sudah ditepis oleh gadis itu.
"Gue pinjem dapur lo ya!!"
Rio mengangguk kecil lalu mengikuti Ify yang mulai melangkahkan kakinya kearah dapur "mau masak?"
"Hm, mau bikin stuff roti. Kali-kali lo makan makanan yang sehat jangan seblak mulu"
Rio hanya diam memperhatikan Ify yang mulai beraksi dengan beberapa bahan makanan yang sempat ia beli tadi. Sesekali Rio tersenyum sendiri melihat Ify yang terkadang seperti orang bingung sambil sesekali mengingat bahan apa yang harusnya digunakan.
Tak butuh waktu lama, Ify menyelesaikan acara masak-memasaknya. Menyusun Roti diwadah sampai selesai "Beress!!!"
Rio bangkit dari duduknya dan mendekat kearah Ify "gue pengen nyobain dong"
"Nanti, tunggu dingin dulu" Ify memasukkan stuff rotinya itu dalam kulkas agar dingin.
"Lama gak?"
Ify mendengus "ya pokoknya tunggu sampai dingin aja dulu"
Rio akhirnya melengos pasrah, terus mereka ngapain dong? Asli sih Rio lagi gabut-gabutnya sekarang tuh, bingung mau ngapain.
"Kak?"
Rio menoleh melihat kearah Ify yang entah kenapa dimata Rio seperti gugup seolah ingin bertanya sesuatu "kenapa? Mau tanya-tanya ya?"
"Kalo boleh sih"
"Yaudah sok tanya, mau nanya apa?" Rio memperhatikan Ify dengan kedua tangannya menangkup pipinya.
"Em, rumah lo emang tiap hari sesepi ini?" Tanya Ify hati-hati "orang tua lo kok gak pernah keliatan"
Rio mengehela nafasnya kasar lalu beranjak meninggalkan Ify dan berjalan menaiki tangga kearah kamarnya. Ify yang ditinggal begitu saja jadi diam mematung "gue salah ngomong ya?" Gumamnya sambil menatap punggung Rio
Emang dasar ya, secuek-cueknya Ify kadang gadis itu juga merasa penasaran. Salah satunya pada suasana rumah megah keluarga Haling ini, atmospher sepinya terasa sangat nyata.
Ify bangkit dari duduknya dan berjalan kearah kamar Rio menyusul pemuda itu, sepertinya Ify harus meminta maaf karena mencampuri urusan pribadinya.
"Kak!!" Panggil Ify
"Masuk aja Fy, gak apa-apa" teriak Rio dari dalam.
Dengan pelan Ify membuka pintu kamar Rio, Ify menatap kamar Rio dengan teliti ternyata ada Piano dan alat-alat rekaman didalamnya, seingatnya saat dulu Ify mengobati Rio tidak ada? Atau memang Ify nya yang tidak sadar? Ify berjalan mendekat kearah Rio yang sedang duduk di balkon kamarnya dengan sebatang rokok ditangannya.
Ify melangkahkan kakinya dengan cepat dan membuang rokok Rio begitu saja "bisa gak sih lo gak ngerokok? Kalo pertanyaan gue tadi nyinggung lo, gue minta maaf. Tapi tolong jangan ngelampiasinnya ke hal semacam ini" ujarnya hati-hati tapi tersirat kekhawatiran didalamnya.
Rio menghela nafasnya pelan, lalu menepuk kursi disebelahnya menyuruh Ify duduk. Ify menurut dan duduk tepat disamping pemuda yang tengah menatap lurus kedepan.
"Gue minta maaf ya, Kak"
Rio menoleh lalu tersenyum tipis "gak apa-apa. Kalo lo emang pengen tahu gue kasih tau"
"Gak apa-apa, Kak. Kalo lo gak enak ceritanya lo gak perlu maksain diri"
Rio menatap Ify sepenuhnya "Fy, gue boleh gak jadiin lo tempat keluh kesah gue, gak tahu kenapa rasanya gue nyaman aja kalo ceritain semua hal sama lo. Boleh?" Tanya Rio pelan dengan suranya yang tiba-tiba melembut.
Ify mengerjapkan matanya mendengar suara Rio, tidak menyangka kalau Rio punya suara yang bisa selembut itu. Tapi, mendengar pertanyaan Rio, Ify mendadak diam. Apa ini saatnya dia bisa mengenal Rio lebih jauh?
"Gak boleh ya?"
Ify menggeleng pelan, lalu tersenyum "Boleh. Lo boleh ceritain apapun itu ke gue, entah itu bahagia atau kabar tak mengenakkan sekalipun gue pasti dengerin. Gue emang belum tentu bisa ngasih lo solusi, tapi kalo lo butuh temen cerita, gue pastiin ada"
Rio tersenyum lebar lalu menghela nafas lega. "Makasih, Fy" Ify hanya menepuk bahu Rio pelan "masalah rumah gue yang sepi emang selalu gini Fy, entah itu hari biasa atau weekend sekalipun"
Ify hanya menatap Rio yang mulai bercerita, membiarkan laki-laki itu menumpahkan segala resahnya.
"Bokap gue sekarang lagi di Kalimantan, udah sebulan dia gak balik karena sibuk ngurusin proyeknya disana. Nyokap? Dia juga sama sibuknya ngurus cabang bokap yang nyebar dimana-mana. Gue emang gak masalah ditinggal-tinggal kayak gini walaupun dalam hati gue emang pengen sedikit aja diperhatiin atau minimal kayak lo yang bisa makan malem bareng. Tapi, gue gak tega sama Ray. Dia masih kecil dan masih butuh banget perhatian apalagi perhatian nyokap, dia selalu cerita kalo dia juga pengen kaya Deva yang selalu diperhatiin Mamanya"
Ify tak menyangka, Rio yang tengil dan sengak disekolah ternyata sosok yang kesepian jika berada dirumah. Tapi, dalam hati Ify merasa bangga pada Rio yang tidak melakukan hal aneh ketika merasa tidak diperhatikan orang tuanya seperti kebanyakan orang yang malah melakukan negatif.
"Gue rasanya pengen ngelakuin hal aneh, seenggaknya biar orang tua gue merhatiin gue walau sedikit. Tapi, gue punya Ray, gue gak mau dia liat tingkah gue yang seharusnya jadi sosok panutan bagi dia"
"Dan lo tahu?" Rio menoleh kearah Ify "setelah ketemu lo, jujur hidup gue sekarang gak terlalu kesepian. Dengan lo yang mau gue ajak kulineran atau sekedar jajan seblak aja itu udah buat gue ngerasa seneng dan merasa punya temen"
"Kak Cakka, Alvin sama Kak Gabriel?" Tanya Ify
"Lo sama mereka bertiga punya posisi yang beda, Fy" jawabnya pelan.
Ify mengernyit heran "Beda gimana?" Tanyanya bingung.
Rio tidak menjawab malah melangkahkan kakinya pada Grand Piano disudut kamarnya dan mulai memainkannya. Mendengar alunan piano yang Rio mainkan jiwa seni Ify merasa terbangkitkan, Ify ikut duduk disamping Rio dan memainkan piano itu berdua bersama Rio.
"Anjir mendadak romantis gini sih, emang dasar si Ify bisa banget bikin gue lemah"
Nada dari lagu Sempurna milik Andra and The Backbone itu mengalun dengan sangat epic nya.
Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
Kau membuat diriku akan s'lalu memujamu
Ify tertegun mendengar suara Rio yang benar-benar sangat lembut ditelinganya. Kenapa suara laki-laki tengil ini begitu menyejukkan ditelinganya
Disetiap langkahku
Kukan s'lalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu
Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semuaa
Hanya bersamamu ku akan bisa
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna, Sempurna...
Ify jadi teringat ucapan Shilla tadi, ia baru sadar ternyata jantungnya berpacu dengan begitu hebatnya. Menimbulkan euphoria menyenangkan dalam hatinya. Perasaan apa ini? Kenapa begitu menyenangkan sekaligus menenangkan?
Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata dan hapus semua sesalku
Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna, Sempurna...
Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Kau adalah darahku (darahhku)
Kau adalah jantungku (jantungku)
Kau adalah hidupku (hidupku)
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sayangku, kau begitu
Sempurna, Sempurna...
Rio mengakhiri nyanyiannya dengan sangat sempurna seperti judul lagunya. Ify menoleh kearah Rio yang juga tengah menatapnya dengan lembut.
"Fy, gue bener-bener sayang sama lo"
Deg, tak tahu apalagi yang terjadi, yang jelas Ify tenggelam dalam pelukan hangat Rio.