Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Kini Ify dan Agni sedang duduk dipinggir lapang menunggu Shilla dan Sivia yang tengah membeli minum. Tidak seperti siswa lainnya yang ingin segera pulang, mereka malah memilih berlama-lama disekolah.
Tak lama Shilla dan Sivia datang membawa 4 gelas Cappucino cincau "pesanan datang!" Shilla membagikan kepada 2 temannya itu.
"Eh Ag, gue mau nanya dah!" Celetuk Sivia tiba-tiba
"Paan?"
"Gue perhatiin lo deket banget sama Kak Cakka" ujar Sivia yang membuat Agni tersedak
"Lo ada apa-apa ya?" Tanya Shilla curiga
"Tiati lo gue denger-denger Kak Cakka itu udah punya cewek. Tapi, emang gak ada yang tahu sih ceweknya siapa" Agni melirik Sivia yang bercerita barusan.
"Gosip mulu lo berdua!" Ujar Ify yang sejak tadi hanya menyimak
"Ya lagian, si Agni kek ada something gitu sama Kak Cakka"
Agni menghela nafasnya, lalu menatap ke-3 temannya itu terlebih Shilla dan Sivia yang menatap dirinya ingin tahu "dia cowok gue!"
"Uhukk..uhukkk" kini giliran Shilla dan Sivia yang tersedak, sedangkan Ify melongo.
"Serius?" Tanya Shilla memastikan
Agni mengangguk kecil "hmmm"
"Sejak kapan?" Tanya Sivia
"2 tahun lalu" jawab Agni enteng
"Hah!!" Kompak ketiganya menatap Agni tak percaya
"Gak percaya kan lo semua?" Mereka hanya mengangguk "sama gue juga kagak"
"Pantesan ya Kak Cakka cuek bener sama cewek-cewek disini. Tau nya udah punya gandengan" ujar Sivia, Agni hanya tersenyum tipis
"Sayang!" Ke-4 nya menoleh dan mendapati Cakka yang sedang melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar pada Agni.
Cakka menghampiri Agni "yuk pulang!"
Agni menatap ke-3 temannya "gaes gue duluan yak!" Ke-3 mengangguk kompak
Cakka langsung sumringah lalu merangkul Agni dan mengecup pelipisnya sekilas.
"Si Agni hebat bener dapetin cowok seganteng Kak Cakka" celetuk Shilla menatap kepergian Agni dan Cakka.
"Udah sono lo berdua pulang!" Usir Ify pada Duo S
Sivia mendelik "dih ngusir!"
"Gue mau ke lapang Futsal Indoor" ujar Ify
"Mau ngapain sih lo?" Tanya Shilla kepo
"Gue nungguin si Alvin, dah sana lo berdua"
"Lo pasti ada hubungan apa-apa juga nih, perasaan pulang sama dia mulu!" Ujar Sivia penuh curiga
Ify menoyor kening Sivia "gausah mikir aneh-aneh, dia sepupu gue!" Ify melangkah pergi meninggalkan Sivia dan Shilla yang kembali melongo.
Lama-lama rasanya Ify ingin menamai keduanya temannya itu Duo Melongo, dikit-dikit melongo, apa-apa melongo.
Kini Ify sudah berada di kursi tribun memperhatikan Alvin yang tengah menggocek bola. Ternyata sepupunya itu jago juga main futsal, ia kira hanya jago ngebacot doang. Karena, memang Alvin itu bawel banget aslinya.
"AYAM..AYAM.." Latah Ify saat ada yang menepuk bahunya tiba-tiba.
Ify menoleh dan mendapati Rio tersenyum lebar memperlihatkan gingsulnya dengan penampilan yang mengenakan baju Fustal dan keringat yang mengalir dipelipisnya "mendadak ganteng ini cowok" batin Ify
"Terpesona lo?" Goda Rio yang melihat Ify masih memperhatikan dirinya
Ify buru-buru memalingkan wajahnya "bacot!" Ketus Ify
"Setdah, judes amat neng!" Ify hanya mendelik
"Ngapain sih lo disini?"
"Ya gue mah kasian liat lo sendirian disini"
"Gue gak butuh lo kasianin, udah sana pergi!" Bukannya pergi Rio malah memejamkan matanya, Ify melirik Rio yang duduk disampingnya sambil terpejam itu.
"Lama amat ishh" gerutu Ify sambil memperhatikan Alvin yang masih asyik menggocek bola
"Lo gak tahu, si Alvin kalo maen Futsal lupa waktu" sahut Rio yang kini membuka matanya
"Nyahut mulu lo!" Rio mencibir, ternyata si Ify judesnya melebihi dirinya.
Rio beranjak meninggalkan Ify, Ify hanya melirik memperhatikan Rio yang kembali ke lapangan. Tapi, bukannya kembali bermain bola, laki-laki itu nampak berbicara sesuatu dengan Alvin. Setelah berbicara entah membicarakan apa, Alvin terlihat mengangguk-ngangguk sambil melirik ke arah Ify. Tak lama Rio pergi dan Alvin menghampiri Ify.
"Lama amat sih lo!" Kesal Ify saat Alvin sudah berada dihadapannya
"Lo balik duluan aja dah, Fy!" Ujar Alvin yang membuat Ify makin kesal
"Heh!!" sentak Ify "gue nungguin lo lama-lama, lo malah nyuruh gue balik duluan" omel Ify
Karena kesal Ify langsung pergi meninggalkan Alvin yang menggaruk tengkuknya tidak gatal "marah-marah mulu"
Kini Ify sudah berdiri depan gerbang, barangkali ada angkot atau bus lewat. Karena, mau pesen ojol hpnya mati.
Tin...tin...
Ify menoleh ketika ada suara klakson motor dihadapannya, si pengendara itu membuka helmnya dan ternyata itu Rio
"Lo.."
Rio hanya tersenyum lebar "yuk pulang!"
Ify mengernyit "sejak kapan gue mau pulang bareng lo?" Ketus Ify
"Udah ayo, lo nunggu angkot sampe kapan taon juga kagak bakal ada jam segini mah"
"So tahu bener idup lo!"
"Lah dibilangin" Ify memalingkan wajahnya berusaha acuh "yaudah hati-hati aja, biasanya jam segini preman pada mangkal"
Ify terdiam ditempatnya mendengar ucapan Rio, sampai Rio menyalakan mesin motornya "hmmmm, lo serius?"
"Sama lo mah gue serius.." Ify mendengus
"Tau ah, sana lo pulang!" Rio terkekeh geli, ngambekan bener, pikirnya.
"Mau gak? Kalo gak mau yaudah"
"Gue ikut!" Ujar Ify cepat
"Naik!" Titah Rio. Ify langsung menaiki motor besar milik Rio itu.
Baru beberapa meter motor Rio melaju, didepan mereka kini ada 2 preman yang tengah berdiri ditengah jalan.
Tin...tin...tin..
Ke-2 preman itu menatap Rio dan Ify dengan wajah garangnya.
"HEH!!! Turun lo!" Sentak salah satu preman
Rio membuka helmnya "awas woy! Gue mau lewat!" Teriak Rio tanpa rasa takut. Sedangkan Ify mulai gemetar sambil mencengkram erat jaket milik Rio.
Rio yang merasakan Ify mulai ketakutan "udah lo tenang aja!" Ujar Rio sambil mengelus lutut Ify sejenak.
Kalau saja tidak ada Ify diboncengannya, Rio pasti memilih menerobos ke-2 preman itu, bodoamat mau ketabrak atau engga itu preman. Tapi sekarang? Belum apa-apa juga si Ify udah gemeteran
Rio turun dari motornya dan menghampiri ke-2 preman itu yang sepertinya sudah siap menghabisinya itu.
"Wah nantangin nih bocah!"
"Hajar!!!!"
Ify terduduk lemas diatas motor Rio, apalagi kini ia menyaksikan Rio yang sedang berkelahi dengan kedua preman itu. Seumur-umur Ify belum pernah liat orang berantem secara langsung, liat di film aja Ify sudah meringis apalagi sekarang didepan matanya langsung.
Rio menghajar kedua preman itu dengan helm ditangannya sampai mereka terkulai lemas diaspal "Gak usah manggil gue bocah makanya!"
Setelah melihat kedua preman itu terkulai lemas tak mampu berdiri, Rio kembali menghampiri Ify yang kini tengah terdiam kaku diatas motornya.
"Fy!" Panggil Rio, namun Ify masih terdiam "Ify..!!" Rio menepuk pelan pipi Ify
Ify terkesiap menatap Rio yang kini berada didepannya "hmmm.." sahutnya pelan.
"Lo gapapa?" Tanya Rio khawatir
"Gue takut" cicit Ify pelan
Langsung saja Rio mendekap tubuh mungil Ify menenangkan gadis itu "gue gak pernah liat orang berantem" ujar Ify pelan, Rio hanya mengelus punggung Ify
"Sorry, gue gak tahu" bisik Rio lembut
Rio melepas pelukannya, lalu mengelus puncak kepala Ify sejenak sebelum menaiki kembali motornya "tenang ya, kita pulang!"
Rio melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai didepan rumah megah berwana putih yang tak beda jauh dengan rumah milik keluarga Rio.
"Lo kok tahu rumah gue, kan gue gak ngasih tahu tadi?" Tanya Ify, sejak tadi Rio tidak bertanya alamat padanya. Mau suudzon takut dibawa kemana-mana tapi arahnya sesuai dengan rumahnya.
"Pake mata batin!" Jawab Rio asal.
Ify mencibir, selalu saja Rio tak pernah serius menjawab pertanyaannya. Ify pun turun dari motor Rio "Thank's!"
Rio hanya mengangguk lalu tersenyum "gue balik!" Pamitnya yang diangguki Ify.
Rio melajukan motornya dengan perasaan senang. Setelah sampai didepan rumah megah yang tak jauh berbeda dengan rumah Ify tadi, Rio memarkirkan motornya lalu masuk kedalam rumahnya.
Rio mendudukan dirinya di sofa "lho aden udah pulang?" Rio menoleh dan mendapati Mbok Atih sang Asisten rumah tangganya.
"Mama kemana lagi, Mbok?"
"Nyonya tadi pergi ke Surabaya, den!" Rio mendengus, selalu saja begitu.
Ini yang Rio tak suka, saat ia merasa kesepian ketika berada dirumahnya. Tanpa berucap apapun lagi Rio beranjak pergi kearah kamarnya yang berada di lantai 2.
Sedangkan Mbok Atih hanya menatap prihatin Tuan mudanya itu. Memang sejak kecil Rio sudah sering ditinggal-tinggal untuk urusan bisnis oleh kedua orangtuanya. Bahkan setelah adiknya lahirpun, Rio kira ibunya akan sering berada dirumah untuk mengurus dirinya dan sang adik. Tapi, nyatanya? Malah semakin sibuk.
Rio merebahkan dirinya dikasur king size miliknya sambil menatap langit-langit kamarnya. Tapi, tak lama ia tersenyum mengingat sosok gadis berdagu tirus yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya. Setidaknya sekarang ia punya pengalihan dari perasaan jenuhnya ketika dirumah.
Klikk!!! Rio menoleh ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Terlihat kepala adiknya menyembul dibalik pintu.
"Kak!!" Panggil adiknya pelan
"Masuk Ray!"
Muhammad Raynald Prasetya, atau biasa dipanggil Ray. Adik semata wayangnya Rio "kenapa?" Tanya Rio saat Ray sudah berada disampingnya
"Mama kemana lagi, Kak?" Rio terbangun lalu menatap kearah adiknya itu
"Biasalah.."
Terdengar helaan nafas kasar dari Ray "kapan ya, Kak Mama ada dirumah paling lama sehari aja!" Keluh Ray
Rio menepuk bahu adiknya itu "kita harus belajar mandiri!"
Meskipun Ray sudah menginjak kelas 3 SMP tapi tetap saja perilakunya layaknya anak kecil ketika mencari keberadaan sang Mama.
"Sana makan dulu!" Titah Rio pada Ray
Ray mengangguk lalu beranjak keluar kamar, meninggalkan Rio yang merebahkan kembali dirinya dikasur
Rio meraih hp nya yang berada dikantung celananya. Ia terdiam sejenak lalu tersenyum begitu saja "gue chat si Ify ah!"
***
Setelah diantar Rio tadi, Ify masih merebahkan dirinya diatas kasur. Kejadian saat dirinya dan Rio diserang dua preman tadi masih terbayang dikepalanya.
Tiba-tiba hp Ify bergetar, ia langsung melihatnya dan terdapat chat dari nomor tidak dikenal
+6281387xxxxxx : Hallo Alyssa
Ify mengernyit melihat isi pesan itu, dari mana orang itu tahu namanya? Tak lama ada chat masuk lagi masih dari nomor yang sama
+6281387xxxxxx : Paket akan segera sampai, mohon segera siapkan uang pembayaran.
Ify makin heran, perasaan Ia gak pesan barang apapun "gak jelas banget ini orang" gerutu Ify.
Baru saja akan menyimpan hpnya, hpnya kembali bergetar tapi kali ini bukan chat melainkan panggilan suara dari nomor yang tadi.
Karena penasaran Ify buru-buru mengangkatnya "Hallo Mas, maaf ya saya gak pesan barang apapun!"
Terdengar suara tawa dari sebrang "hahahahahaha"
"Gue kayak kenal ini suara" gumam Ify pelan "HEH, LO SIAPA?" tanya Ify galak
"Masa lo gak kenal suara gue" Ify berdecak sebal, benar saja kan tebakannya. Orang iseng itu si Rio item
"Mau lo apa sih?"
"Ah masa langsung tahu beneran, tebak-tebakan kek bentar!"
"GAK JELAS LO!!" Ify buru-buru mematikan sambungan teleponnya.
Lagi dan lagi telepon Ify kembali berdering, tanpa melihat siapa yang menelepon Ify langsung mengangkatnya "Hallo"
"Luwak white coffee" perasaan Ify gak ikutan kuis
Ify mendengus ketika melihat siapa yang menelepon itu, kenapa sih ini orang? "Lo kalo mau ikut kuis nelepon ke Pesbukers aja sono!!" Amuk Ify kesal
"Lah kirain ini yang angkat Jessica Iskandar"
"Mau lo apa sih? Ganggu aing mulu?"
"Lo buka jastip gak?" Ify melongo, apa-apaan nih? Dia pikir Ify lagi jalan-jalan terus buka jasa titip gitu?
"Ntar gue ke Dubai dulu baru buka Jastip!"
"Lah kebeneran ini gue lagi dubai, duduk bari santai"
"BODO AMAT ANJENG!!!"
Rio hanya tertawa kencang "kakak kelas nih, sopan dong!" Ify hanya mencibir
"GAK PENTING SEKALI ANDA INI!!" tanpa banyak kata lagi Ify langsung mematikan sambungan telepon. Kenapa juga dirinya ladenin orang macem Rio.
Sedangkan dirumah Rio, si empunya sedang tertawa geli "si anjir bikin gue gemes aja!"
Rio terus saja tertawa, tanpa sadar Ray yang sedang mengintip memperhatikan kakaknya itu yang terus saja tertawa sendiri sehabis teleponan tadi.
Sebenarnya Ray agak kaget juga mendapati Rio teleponan sama cewek mana pake ketawa-ketawa segala lagi, biasanya juga garong banget. Kenapa Ray bisa tahu Rio teleponan sama cewek? Ya jelas aja tahu, Rio sendiri yang me- loudspeaker teleponnya.
"Calon-calon bucin tuh!" Ujar Ray sambil berlalu meninggalkan Rio yang masih tertawa geli sendiri.