Chereads / Pemilik Hati Dinara / Chapter 6 - JALAN BERSAMA

Chapter 6 - JALAN BERSAMA

Esok harinya, Ara sudah bersiap didalam kamarnya. Celana jeans berwarna navi, kaos oblong berwarna peach, jaket levis serta sepatu sneakers putih melengkapi penampilannya. Tidak lupa tas ransel bermerek GUCCI yang selalu di bawanya saat bepergian.

Ara masih tidak menyangka kalau Abrar mengajaknya pergi hari ini. Dan rencananya, hari ini Ara dan Ana akan pergi ke villa milik Ara sekaligus tempat kakek dan neneknya berada, namun semua itu tidak jadi karena Ara lebih memilih pergi bersama Abrar. Untung - untung bisa PDKT langsung dengan cowok ganteng dewasa seperti Abrar.

Ketika sedang menuruni tangga, ponselnya bergetar dan ternyata ada panggilan masuk dari Abrar.

"Hallo,...ada apa kak...?"

"Sebentar lagi kakak sampai di rumah...", Jawab Abrar

"Oke, Ara tunggu ya..."

Setelah mendapat jawaban dari Abrar yang akan segera sampai, Ara berinisiatif akan menunggunya di depan teras rumahnya.

Ketika baru membuka pintu rumah, Mobil Abrar masuk kedalam pekarangan rumahnya dan tidak menunggu lama, mobil Abrar pun berhenti di tepat di depan Ara berdiri..

Abrar pun langsung mematikan mesin dan keluar dari dalam mobil. Sejenak, Abrar terpukau melihat penampilan Ara. Meskipun memakai pakaian santai, Ara terlihat sangat cantik dan memukau. Ditambah dengan wajah yang merona membuat Abrar semakin jatuh hati padanya.

"Ara..." Ucap Abra.

" Kak Abrar..."

"Udah lama nunggunya...?

"Nggak kok kak,Ara juga baru saja siap. Kita langsung jalan aja atau kakak mau duduk dulu? tanya nya

"Langsung pergi saja kalau Ara tidak keberatan.."

"Oh... oke...

Ara pun langsung masuk kedalam mobil yang telah di bukakan oleh Abrar. Setelah Ara masuk, Abrar pun bergegas menutup pintu dan ikut masuk kedalam mobil.

Mobil yang dikendarai Abrar pun keluar dari pekarangan dan menuju jalan raya. Selama perjalanan suasana didalam mobil terasa canggung. Abrar yang merasakan suasana yang terasa berbeda berinisiatif untuk melakukan pembicaraan duluan.

"Ara kuliah dimana..?

Ara yang ditanya menolehkan wajahnya kearah Abrar yang mengendarai mobil dengan tenang. Sekilas Sebelum menjawab, Ara masih sempat untuk menelisik penampilan Abrar hari ini. Abrar memakai kaos polo berwarna hitam, di padankan dengan celana dasar berwarna sama dan sepatu bermerek ADIDAS berwarna putih. Sekilas mereka seperti janjian untuk berpakaian sama seperti ini. Ara hanya bisa tersipu malu bila mengingat hal sepele hanya karena pakaian mereka yang sama.

"Ara kuliah di  William Angliss Institute kak, ambil jurusan Culinary Arts kak karena Ara suka masak.." Ujarnya sambil menampilkan senyum nya yang menawan.

Abrar terhenyak sejenak. Terpana akan senyuman indah milik Ara. Meskipun Abrar pernah melihat senyuman Ara saat mereka bertemu untuk pertama kalinya, kali ini Abrar bisa merasakan kebahagiaan dari senyuman itu. Sepertinya Ara sangat menyukai pembicaraan tentang kuliahnya.

"Kapan masuk kuliah? Bukannya liburan semester sudah hampir habis..?"

Ara terdiam sebentar sebelum menjawab. "Oh, Minggu depan Ara sudah mulai masuk kuliah kak, jadi lusa Ara harus berangkat ke Sydney..."

"Kenapa Lusa, kan bisa berangkat satu hari sebelum masuk kuliah..?"

"Ara ada kegiatan lomba masak bareng teman kak, satu kelompok lima orang, jadi satu hari sebelum masuk kuliah pengumuman siapa yang lolos untuk tahap selanjutnya, sekalian tugas dari dosen juga kak karena Ara sudah semester enam..."

Abrar menganggukkan kepalanya pertanda mengerti. Tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka selama sisa perjalanan. Hingga mobil yang di kendarai Abrar berhenti di sebuah cafe yang cukup ramai mengingat ini hari sabtu, Banyak pasangan muda - mudi yang menghabiskan waktu di sini karena Ara bisa melihat hampir sebagian kursi yang disediakan di cafe ini terisi penuh oleh pengunjung yang datang.

Ketika mereka masuk kedalam cafe, Ara berjalan sambil melihat - lihat suasana dan interior yang disajikan cafe ini. Cafe ini bisa dibilang besar karena setiap sisi cafe ini terlihat banyak mobil dan motor model lama, istilahnya sebagai daya tarik cafe. Khususnya bagi penyuka otomotif, cafe ini bisa menjadi rekomendasi.

Saat sedang melihat - lihat suasana cafe, Ara merasakan kalau tangannya digenggam erat oleh Abrar. Ara yang terkejut atas tindakan Abrar hanya bisa diam karena dadanya kembali berdetak. Saat sedang menenangkan hatinya, Ara melihat Abrar yang berjalan didepannya mengajaknya untuk menaiki tangga hingga mereka sampai dilantai dua cafe tersebut. Sesampainya dilantai dua,Ara melihat kalau suasana disini berbeda. Suasana yang disajikan lebih adem dan sejuk karena banyaknya tanaman hias disini.

"Apa Ara suka dengan suasana cafe ini..?" Ujar Abrar tiba - tiba saat mereka sudah menempati salah satu kursi yang terletak disalah satu sudut ruangan karena di banding di lantai bawah, di lantai ini sudah hampir disesaki oleh pengunjung yang datang ke cafe ini.

"Suka kak, suka banget malahan..." Ujar Ara langsung

"Benarkah, kakak kira Ara tidak suka karena sedari tadi Ara lebih banyak diam..."

Ara tersenyum. Salah kak, bukan karena tidak dengan cafe ini, tetapi karen kakak sedari tadi pegang tangan aku dengan erat...ucap Ara dalam hati.

"Suka kok kak, malahan aku lebih suka kalau disuruh lama - lama di sini, selain suasana nya yang adem dan bikin betah, aku juga suka dengan berbagai bunga, terlebih mawar...

Abrar tersenyum. "Syukurlah kalau Ara suka. Makasih ya..."

Ara mengerutkan dahi. " Kenapa kakak bilang makasih? seharusnya Ara yang bilang makasih karena kakak udah ngajak Ara ketempat ini, karena kakak juga Ara tau tempat untuk nongkrong kalau lagi pergi sama Ana. Makasih loh kak..."

"Bukan gitu Ara, kakak bilang makasih karena kakak tau kalau Ara suka dengan bunga, tau juga apa bunga kesukaan Ara, jadi kalau kakak mau ajak Ara jalan - jalan Ara mau ya, biar kakak tau segala tentang Ara..."

Ara bisa merasa kalau wajahnya merah merona. Sungguh, Abrar sangat bisa membuat hatinya cenat cenut seperti ini. Ara yang tadi sudah bisa beradaptasi dengan Abrar, kini menjadi canggung lagi setelah mendengar perkataan manis barusan.

" Kakak bisa aja gombalnya, Ara kan jadi malu..." ucapnya malu - malu.

"Kakak nggak gombalin Ara, kakak jujur dan serius dengan perkataan kakak barusan. Mengingat keinginan kakak untuk mengajak Ara untuk pergi bersama lagi itu kakak serius. Mungkin kedekatan kita bisa dibilang baru, namun kakak ingin tau diri Ara lebih jauh lagi. Apa Ara mengizinkan kakak untuk mengenal diri Ara lebih dalam lagi karena kakak tidak pernah main-main dalam berbicara, terutama kepada perempuan..."

Blush....Darah diwajah Ara mungkin tersumbat entah kemana. Darah yang ser - seran, jantung yang berdegup kencang dan tangan yang sudah dingin mewakili diri Ara saat ini. Dengan mengumpulkan keberanian dalam merangkai kata - kata untuk menjawab pertanyaan Abrar, Ara menatap wajah tampan Abrar yang sedari tadi menatap wajahnya tanpa henti.

"Kalau kakak ingin tau Ara lebih jauh lagi sah - sah saja kok kak karena kita juga masih dalam tahap pengenalan satu sama lain, tapi Ara takut kalau suatu saat kakak akan terganggu setelah tau kebiasaan buruk Ara nantinya.."

Abrar kembali tersenyum. Dengan gerakan perlahan, Abrar menarik pelan tangan lentik milik Ara dan kembali menggenggamnya dengan erat.

"Kakak ingin Ara mendengar apa yang akan kakak katakan sekarang...", Ara pun mengangguk mengiyakan.

"Kakak tidak main - main ketika ingin mengenal diri Ara lebih jauh. Bisa dibilang kalau kakak merasakan sesuatu yang aneh tapi nyaman saat bersama Ara. Saat pertemuan kita yang pertama di acara kemarin membuat kakak semakin yakin dengan keinginan kakak. Kakak ingin hadir dalam kehidupan Ara. Kakak juga tau kalau Ara tidak akan percaya dengan kata - kata kakak barusan, tapi percayalah satu hal kalau kakak ada perasaan untuk Ara...."