Chereads / Pemilik Hati Dinara / Chapter 12 - SYDNEY WITH HIM

Chapter 12 - SYDNEY WITH HIM

"Ara terima kakak.."

°°°°°

Deg...

Abrar terdiam.Mencerna perkataan barusan. Diterima? Beneran? serius?

"Jangan bercanda Ara? kakak serius..."

Ara menghembuskan nafas pelan." Apa wajah Ara terlihat sedang bercanda sekarang?ini menyangkut masalah hati loh kak, tidak bisa di tunda - tunda. Semakin cepat semakin bagus" tambahnya.

Abrar menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang terlihat sepi. Dengan menghadap Ara di duduk di sampingnya, Abrar menarik tangan Ara untuk digenggamnya.

"Kakak tanya sekali lagi? Ara benar serius dengan jawaban barusan? Ini bukan bulan April loh Ara? tanya nya lagi.

Ara menggenggam balik tangan Abrar."Ara serius kak. Ara tidak pernah main - main menyangkut perasaan. Sejujurnya Ara takut untuk mencoba menjalin hubungan, namun tidak mungkin Ara mengabaikan perasaan seseorang disaat Ara pun juga punya perasaan terhadap orang tersebut. Jadi kakak dengar baik - baik perkataan Ara, Ara menarik nafas perlahan dan menghembuskannya. Matanya menatap Abrar yang masih setia menatapnya sedari tadi.

"Ara terima kakak jadi pacar Ara ataupun calon istri kakak, tapi dengan satu hal. Tidak ada kebohongan dan saling terbuka satu sama lain karena Ara tidak menyukainya. Apa kakak bisa mengabulkan permintaan Ara..?"

Abrar tersenyum. Manik hazel nya masih setia menatap Ara yang saat ini sudah menjadi pujaan hatinya.

"Apapun yang Ara minta selama itu untuk kebaikan hubungan kita pasti akan kakak kabulkan. Tapi Ara harus tau, kakak pernah bilang kan kalau kakak orang yang posesif, tidak sangat posesif terhadap apapun yang kakak miliki, termasuk kekasih dan kakak orang yang cemburuan. Kakak tidak suka kalau ada yang mengusik kepunyaan kakak dan juga kakak sangat protektif terhadap kekasih kakak meskipun ini pertama kalinya kakak menjalin hubungan. Jadi kakak harap Ara tidak keberatan dan merasa terkekang menjalin hubungan dengan kakak. kakak memang orang yang seperti ini dan kakak harap Ara bisa mengerti dengan perilaku kakak selama kita menjalin hubungan." jelasnya panjang lebar.

Ara terdiam sebentar. Namun tidak lama kemudian ia tersenyum dan mencondongkan tubuhnya ke arah Abrar dan memeluknya erat.

"Ara terima kakak apa adanya dan Ara harap kakak juga terima Ara apa adanya..."

Abrar membalas pelukan Ara. Mereka saling tersenyum meskipun tidak terlihat satu sama lain, yang jelas perasaan mereka berdua sedang berbahagia atas resminya hubungan mereka.

Ara mengurai pelukan mereka. Ara menatap wajah tampan Abrar dan juga sebaliknya.

"Ayo kita ke bandara sekarang kakak, nanti keburu telat..."Ujarnya.

"Ayo..."

Perjalanan mereka di lanjutkan dengan Canda tawa dan saling bicara untuk mengenal satu sama lain. Terlebih Ara, hatinya merasa sangat bahagia. Meskipun mereka baru kenal satu sama lain entah kenapa dirinya merasa sangat aman saat bersama dengan Abrar berbeda dengan yang dulu. Ara tidak mengerti kenapa bisa seperti itu, yang penting untuk saat ini ia bahagia, sangat bahagia.

°°°°°°

Airport Mascot Sydney, Australia terlihat lengang karena jadwal penerbangan yang ramai biasanya terlihat menjelang pergantian tahun, masih beberapa bulan ke depan.

Ara dan Abrar terlihat sedang bergandengan tangan sambil tersenyum setelah menempuh perjalanan sekitar 6 jam 50 menit atau 3.445 km dari Indonesia menuju Sydney, Australia.

Sejujurnya Ara tidak menyangka kalau Abrar ikut menemaninya. Ia kira Abrar hanya mengantarnya sampai Bandara saja, tapi ternyata Abrar sengaja tidak memberi tahu nya. Itupun dengan dalih untuk melihat tempat tinggal Ara selama menempuh kuliah di Sydney, Australia.Alasan.

Ara yang tidak ingin banyak cerita mengiyakan saja apa yang Abrar inginkan mengingat hari ini sebelum menempuh perjalan ke sini, mereka baru saja menjalin hubungan secara resmi alias pacaran,belum dalam mode lamaran. Itu konteks yang berbeda. Ara sengaja meminta waktu untuk beradaptasi terhadap hubungan mereka yang terbilang masih sangat baru. Abrar juga sepertinya tidak keberatan dengan hal itu, tapi ia menginginkan proses pacaran selama 5 bulan lalu langsung melamar dan selang beberapa bulan kemudian langsung menikah.

Ara pun menyanggupinya, toh sebentar lagi ia juga akan selesai menamatkan kuliahnya.

"Jadi kita ke mana kak?tanya Ara sambil menaiki mobil yang telah di siapkan Abrar selama mereka di Sydney. Kalau di pikir, sebenarnya tidak perlu menyiapkan mobil secara Ara sangat hapal Negara Australia ini mengingat ia dan teman nya sering berkeliling saat libur semester. Tapi mengingat kalau kekasih hatinya a.k.a calon suami belum jadi Ara menginginkan sesuatu tentang keselamatannya di Negara orang lain yang ia tempati mau tidak mau Ara harus bisa terbiasa dengan hal macam ini.

"Kita langsung ke Apartment milik kakak..."

"Oh...baiklah..."

Selama sisa perjalanan, Ara melihat pemandangan yang sudah ia rindukan semenjak libur semester. Namun semua keindahan pemandangan itu teralihkan saat Ara menyadari kalau Ia belum memberi tahu Ana kalau sekarang ia berada di Sydney. Ara memang sengaja tidak memberi tahu Ana, bisa - bisa ia di introgasi oleh Ana. Di tambah lagi sekarang ia sudah menjadi kekasih orang. Tambah ribet urusannya.

Untuk sekarang, Ara tidak mau memberi tahu apapun tentang Ana, biarlah menjadi kejutan.

Ara mengambil ponselnya dari dalam tas dan mengirim pesan ke Ana kalau sekarang ia di Sydney, sekaligus meminta maaf karena tidak bisa menemani Ana untuk bertemu dengan kekasihnya. Rencananya hari ini Ara dan Ana akan pergi bersama ke sebuah tempat, Di sana juga Ana berencana akan mengenalkan Ara dengan teman kekasihnya. Sebenarnya Ara sudah menolak akan hal itu, namun tetap saja Ara tidak bisa kalau tidak mengabulkan permintaan Ana. Ana sudah seperti saudara baginya.

Abrar yang sedari tadi bekerja dengan melihat E-Mail dari sekretarisnya Alexander, secara tidak sengaja matanya menangkap sebuah senyuman dari bibir mungil kekasih miliknya saat melihat ponsel miliknya. Abrar yang tipe cemburuan mendekatkan tubuhnya sedikit ke arah sang kekasih.

Matanya melihat sebuah room chat Ara dengan temannya yang bernama Ana. Abrar yang penasaran langsung saja bertanya kepada Ara yang masih asyik dengan chat nya.

"Sayang..." Panggil Abrar

Ara yang merasa di panggil menolehkan wajahnya ke arah Abrar. Matanya sontak membola saat melihat jarak dirinya dengan Abrar yang terlihat menempel.

"Chat sama sapa sih yang, serius amat sampe senyum - senyum sendiri dari tadi..."

Ara yang di tanya hanya terkekeh melihat kecurigaan kekasihnya.

"Lagi chat sama Ana kakak, dia marah karena Ara nggak kasi tau dia kalau sekarang Ara lagi di Sydney .."

"Kenapa marah? kan emang jadwal Ara berangkat kan..? tanya Abrar heran.

"Ara emang nggak kasi tau dia. Sebenarnya bukan itu juga sih masalahnya. Hari ini tuh rencananya Ara mau temenin Ana ketemuan sama pacarnya sekaligus mau kenalin Ara ke teman pacarnya. Biar kalau ngedate bisa barengan gitu.Tapi ya mau gimana lagi, Ara udah di Sydney jadi gak bisa temenin Ana.." jelasnya.

Seketika Abrar merasa hatinya panas. Mendengar kekasihnya akan di kenalkan dengan pria lain membuat insting posessive dan cemburunya seketika mulai muncul.Perasaan tidak rela menggerogoti hatinya. Rasanya ia ingin marah namun tidak tau bagaimana caranya.

Ara yang melihat perubahan kekasihnya tersenyum. Dengan mengangkat sebelah tangannya, jemari lentiknya mengusap lembut wajah tampan Abrar.

"Sayang aku gak usah khawatir juga gak usah cemburuan. Meskipun Ana gak tau kalau Ara udah punya pacar, seandainya juga Ara masih di Indo pasti Ara bakal nolak untuk temenin Ana..."

"Kenapa nolak? kan Ana teman sayang...?"

"Mau tau kenapa Ara nolak...?

"Kenapa...?

Ara memajukan wajahnya ke telinga Abrar sambil berbisik..

"Karena Ara sudah punya calon suami..."

°°°°°