Chereads / Pemilik Hati Dinara / Chapter 17 - MASA PERNIKAHAN dan KECEMBURUAN ABRAR

Chapter 17 - MASA PERNIKAHAN dan KECEMBURUAN ABRAR

Tiga bulan sudah Ara dan Abrar menjalani indahnya pernikahan. Hari - hari yang mereka jalani terasa sangat indah, Saling memiliki akan satu sama lain membuat pernikahan mereka terasa sangat menyenangkan. Selain status yang sudah berubah di antara keduanya, porsi kebersamaan mereka pun semakin banyak dan terasa lebih menyenangkan. Khusus nya untuk Ara. Selain memasak untuk sang suami, Ara juga berkewajiban untuk melayani suami tercintanya. Selain hal itu juga Ara merasa kalau Abrar semakin posessive setiap harinya, apalagi semenjak Abrar melarangnya memakai kontak lensa, para pria kolega suaminya semakin gencar untuk mendekatinya, padahal mereka tahu kalau Ara merupakan istri dari penanam modal untuk usaha mereka dari ambang kebangkrutan. Namun sepertinya kenyataan tersebut tidak menyurutkan keinginan mereka untuk bertemu secara langsung dengan Ara.

Pernah suatu malam saat Abrar mengajaknya ke acara pembukaan perusahaan milik Abrar yang baru, Ara si lecehkan oleh salah seorang pria yang merupakan teman dari orang tua Abrar. Saat itu Ara sedang mengambil minuman, namun pria tersebut mendekatinya secara terang - terangan dengan menyentuh kemaluannya ke bagian belakang tubuh Ara. Abrar yang saat itu berada di dekat Ara sambil mengamati istrinya dari kejauhan menyaksikan secara langsung bagaimana pria tersebut mendekati istrinya dengan tatapan nafsu. Sontak saja Abrar memberi pelajaran kepada pria tersebut dengan meninjunya secara brutal. Ara yang di lecehkan hanya bisa menangis saat melihat kemarahan suaminya tersebut. Dengan keberanian entah dari mana, Ara berusaha memisahkan Abrar agar berhenti dengan di bantu oleh para tamu undangan yang hadir di sana. Sejak saat itu Abrar selalu berada dekat dengan Ara di manapun dan kapan pun.

Seperti saat ini, Ara sedang bersiap untuk pergi kuliah. sudah dua bulan ini Ara kembali masuk kuliah. Dengan penjagaan ketat oleh bodyguard yang di perintahkan Abrar untuk menjaga nya selama di kampus tentunya.

"Sayang, nanti pulangnya kakak jemput, habis itu kita ke rumah mama karena mama bawa oleh - oleh dari Jerman. Entah apa nama kue nya Kakak juga nggak paham Ribet dengan namanya.

Ara terkekeh pelan. Memang ajaib suaminya ini. Pernah tinggal di Jerman tapi malas bilang apa nama kue nya. Entah apa alasannya Ara juga malas untuk tahu. Tapi sejujurnya Ara penasaran juga, namun biarlah itu menjadi urusan suaminya.

"Iya kak. eh... ngomong - ngomong kapan ya kita ke Jerman? Ara pengen banget ke sana. Berharap bisa ketemu Toni Mahfud sih sebenarnya kalau ke sana.."

"Toni Mahfud? sapa tu sayang??"

"Kakak nggak tahu siapa Toni Mahfud?"

Abrar menggeleng."Kakak cari aja di Google.Ntar kalau Ara yang ngomong cemburu kakak kumat..."ujar Ara sambil berkaca, memperbaiki penampilannya sekali lagi. "Ya udah yuk, kita pergi sekarang, nanti Ara telat lagi..."

Abrar mengamati penampilan istrinya yang sangat cantik itu. Meskipun dalam hati Abrar selalu menggerutu saat melihat penampilan istrinya yang memakai pakaian biasa saja, namun daya tariknya sangat kuat, hingga membuat Abrar selalu di landa cemburu yang membuatnya menjadi sangat posesif. Seperti sekarang ini.

Dengan cepat, Abrar menyusul istrinya yang sudah berada di lantai bawah menuju meja makan untuk sarapan sebelum berangkat kuliah. Di saat sudah sampai di meja makan, Abrar langsung duduk di kursi dan menunggu istrinya untuk menyediakan makanan untuknya.

"Sayang, hari ini mata kuliah kamu ada berapa? Tanya Abrar sambil memakan sarapannya

"Cuma satu kak, itupun Ara ragu dosennya masuk atau nggak soalnya dosen yang mengajar hari ini sedang hamil delapan bulan. Sudah jarang masuk juga dalam satu bulan terakhir ini.." Ujar Ara sambil meminum jus jeruk nya.

"Oh gitu. Ya udah kakak tunggu aja di kampus. Kebetulan juga hari ini tidak ada rapa penting jadi Alex bisa mengurus semuanya..."

"Baiklah kalau gitu.." Setelah itu tidak ada pembicaraan di antara mereka.

•••••

Kampus Ara terlihat ramai karena banyak yang lalu lalang mengingat pendaftaran untuk mahasiswa yang akan berkuliah di kampus ini baru di buka satu minggu yang lalu. Jadi di sinilah Ara berada, dengan Abrar yang setia berdiri di sampingnya plus rangkulan posesif di pinggang nya. Mengamati setiap mata yang memandang lapar istrinya.

Disaat sedang mengamati, Pandangan Abrar tertuju pada sosok pria yang sedang bercengkrama dengan seorang perempuan.Kalau di lihat - lihat perempuan tersebut terlihat seperti postur adiknya, Olivia. Untuk menghindari sosok pria tersebut dari istri cantiknya, Abrar mengarahkan Ara ke luar area kampus menuju di mana mobil mereka terparkir.

Dengan sigap, supir sekaligus bodyguard yang mendampingi Abrar dan Ara membukakan pintu untuk majikan mereka. Ketika sudah masuk kedalam mobil, Abrar tetap merangkul pinggang istrinya. Enggan melepaskan.

"Sebenarnya ada apa sih kak? kok kita cepat- cepat pergi, kan Ara belum masuk kuliah?"

Abrar menatap cantik wajah istrinya yang terlihat cemberut. "Tadi kakak lihat Bara sama perempuan, nggak tahu siapa perempuan tersebut. Yang jelas kakak nggak mau lihat Bara lagi. Nanti kakak cari tahu kenapa Bara bisa di sana..." sungut Abrar sambil memainkan jari lentik Ara

Ara hanya bisa mendengar, tidak menyela. Kalau suaminya berbicara seperti ini berarti mode nya lagi naik alias cemburunya lagi high. Untuk itu Ara tidak berani menyela. Hanya bisa mendengar.

Tidak terasa perjalanan mereka sampai di bandara. Dengan sigap Abrar keluar dari dalam mobil, begitu juga dengan Ara yang pintu mobilnya di bukakan oleh salah satu bodyguard yang sudah berada di sana.

"Kenapa kita kesini? bukannya kita mau ke mansion papa kak...?"

"Papa bilang kita kembali ke Indonesia karena ada yang mau di bicarakan, entah apa itu kakak juga tidak tahu..."

Jadi Ara tidak mau berbicara lagi. Dalam keheningan mereka menaiki private jet milik Abrar. Ketika sampai di dalam, Ara berencana untuk ke dapur untuk makan, namun belum lagi kakinya melangkah, jemari nya di genggam erat oleh Abrar.

"Mau kemana..?"

"Mau ke dapur, buat jus jeruk kak.."

"Nggak usah, suruh orang lain saja. Ara temani kakak duduk, perjalanan kita cuma sebentar. Nanti kalau sudah sampai di rumah mama, mau di obrak -abrik pun dapur nya nggak masalah...."

Ara hanya bisa menghembuskan napas pelan. Kalau suaminya sudah seperti ini, mau bergerak pun Ara kesusahan.

"Hmm, ya udah..."

Abrar menarik Ara menuju salah satu kursi di dekat jendela. Ketika sedang mengamati keindahan dari atas, Abrar mengatakan sesuatu yang seketika saja membuat Ara kaget.

"Olivia hamil..."

"Hah...? Hamil? Anak siapa? bagaimana bisa...?"

Abrar menatap wajah cantik istrinya.

"Kakak juga nggak tahu bagaimana bisa Olivia hamil, namun saat kakak mengetahui siapa pria yang menghamili Oliv, kakak sangat marah..."

"Memang siapa yang menghamili Olivia kak...?

Abrar menarik napas panjang dan membuangnya. Matanya menatap lurus kedepan dengan rahang yang menegang.

"Bara..."