Chereads / Pemilik Hati Dinara / Chapter 10 - FLASHBACK

Chapter 10 - FLASHBACK

Pemandangan yang sangat indah terlihat jelas oleh sepasang mata yang berbeda warna. Warna mata yang semula berwarna hijau dan ungu itu kini ditutupi oleh kontak lensa berwarna coklat. Seakan menutupi keindahan bagi yang ingi melihatnya.Mungkin bagi siapapun yang melihat bola mata beda warna tersebut pasti akan mengaguminya, namun berbeda dengan pemilik warna mata tersebut. Baginya warna mata yang berbeda antara satu dan lainnya membuat ia tidak percaya diri, meskipun di dunia ini banyak yang memiliki kesamaan seperti dirinya. Namun tetap saja itu tidak membuat dirinya berani tampil di muka umum. Menurutnya lebih baik tidak ada yang melihat keanehannya, cukup keluarga nya saja yang tahu.

Tapi hal tersebut sepertinya tidak bisa ia simpan, kerena secara tidak sengaja ada orang lain yang melihat keanehannya, walaupun keanehan tersebut tidak terucap dari bibir orang itu. Contohnya sekarang, secara tidak langsung, orang yang tidak sengaja melihat keanehannya sedang menatapnya secara terang - terangan. Bukan tatapan yang menunjukkan raut wajah yang menjijikkan melainkan tatapan memuja penuh dengan cinta.

Ara ingin menyembunyikan raut wajahnya yang mungkin terlihat seperti kepiting rebus. Bayangkan saja, sedari tadi saat mereka memasuki mobil setelah mengantar Olivia ke bandara, Abrar tidak berhenti menatap dirinya. Hingga saat ini pun Abrar masih menatapinya. Entah apa yang ada di wajahnya sekarang, Ara tidak tahu, tapi yang jelas hatinya cenat - cenut saat ini. Kalau begini terus Ara bisa kena serangan jantung.

"Apa ada yang salah di wajah Ara..?", akhirnya terdengar celetukan dari bibir Ara. Sumpah, Ara sudah tidak kuat di tatapi sedari tadi.

Bukannya menjawab, Abrar malah tersenyum. "Nggak kok Ara, jujur saja kakak masih belum bisa menghilangkan kekaguman tentang Ara...?

Mengerutkan dahi, Ara menatap Abrar yang tersenyum. "Emang apa yang kakak kagumkan dari Ara?perasaan Ara biasa - biasa saja?" Jawabnya

"Bukan gitu, selama ini kakak hanya bisa melihat orang yang mempunyai bola mata yang berbeda dari internet, ternyata sekarang kakak bisa melihat secara langsung. Jadi wajar kan kalau kakak kagum?makanya sedari tadi kakak liat wajah Ara.."

Ara hanya ber oh ria saja. tidak mau menimpali karena jawaban yang diberikan sudah cukup mewakili. setidaknya dari perkataan barusan sedikit bisa membuat hatinya senang."Oh ya kak, saat kakak bilang ke Ara tentang lamaran itu boleh Ara jawab sekarang?" Tanya nya.

Abrar langsung menegapkan tubuhnya. "Boleh, Jadi apa jawaban Ara...?Apa kakak di tolak..?"

Ara tersenyum. "Belum tau, tapi sebelum Ara menjawab. Ara mau kasi tau kakak tentang sesuatu, ini juga menyangkut tentang jawaban Ara nantinya. Jadi Ara harap kakak mau dengar dulu. Mana tau nanti kakak berubah fikiran..."

"Tidak akan, kakak pastikan. tidak akan berubah fikiran. Jadi ayo ceritakan, kakak menunggu.."

°°°°°

Flashback

Januari 2010

Langkah kaki terdengar keras saat sedang menaiki sebuah tangga. Dengan nafas yang memburu, ia terus menaiki tangga hingga akhirnya ia sampai di sebuah ruangan yang ramai.

Dengan menumpukan tangan di kedua lututnya, ia mengambil nafas dengan cepat lalu membuangnya. Dengan pelan ia menegapkan tubuhnya dan matanya langsung memindai keadaan ruangan yang ramai tersebut.

Wajahnya yang semula terlihat kelelahan kini berganti dengan senyuman. Dengan santai ia memasuki ruangan yang berisik dan berjalan menuju sebuah kursi yang kosong, tepat disudut ruangan.

Tangannya bergerak untuk menghapus keringat akibat berlarian tadi, namun sebelum tangannya menyentuh wajahnya, ia merasakan sapuan lembut di sekitar wajahnya. Ia melihat sebuah tangan yang tidak asing di matanya sedang membersihkan tetesan keringat di sekitar wajahnya. Ia masih diam dan membiarkan tangan itu berada di wajahnya hingga akhirnya kegiatan itu berhenti dan mata cantiknya menatap seseorang yang tersenyum padanya.

"Kenapa sampai terlambat lagi Ara?padahal semalam sudah di beri tahu kalau yang masuk hari ini adalah Mr.Rowan...?

Perempuan cantik itu menatap wajah yang masih setia memberikan senyum kepadanya. Seakan enggan untuk menjawab pertanyaan barusan. Yang ada di fikiran Ara saat ini adalah sampai kapan ia bisa menikmati wajah tampan milik pria bernama Bara ini? Kebaikan, ketampanan dan kebijaksanaan yang melekat di diri si Bara? bisakah ia menikmati diri Bara untuk dirinya sendiri? Bisakah Ara egois untuk saat ini? Entah kenapa semenjak kenal dengan Bara sejak kecil hingga sekarang tidak membuat hatinya berdetak dengan cepat. Bisa di katakan Ara ingin ada seseorang yang memiliki hatinya, tapi yang jelas bukan untuk pria yang sedang mengusap wajahnya saat ini. Ara mencoba untuk menjalin hubungan dengan nyaman, namun yang ada hanya sakit hati dan kebohongan. Ara tahu kalau selain dirinya Bara mempunyai kekasih lain, namun ia selalu menutup mata dan telinga, kenapa? karena ia belum melihat dengan matanya sendiri. Selama ini ia hanya mendengar dari bibir orang lain. Selama itu juga Ara selalu di kekang dengan perkataan Bara. Meskipun selama menjalin hubungan Bara selalu naik dan memanjakan dirinya, namun tidak dengan hatinya. Bara termasuk orang yang sangat posesif, selalu mengekang dan membatasi pergaulan nya.Hubungannya dengan Bara pun juga dirahasiakan, teman sekolahnya tidak ada yang tahu, termasuk Ana sahabatnya dari kecil. Meskipun ada rasa bersalah pada Ana, Ara harus merahasiakannya. Hingga suatu hari di hubungan mereka yang kelima, Secara tidak sengaja Ara melihat Bara sedang bergandengan tangan mesra dengan seorang perempuan di sebuah Mall saat menemani Ana berbelanja. Ara merasa hatinya remuk. Sakit yang rasakan nya saat ini sangat tidak adil untuknya. Disaat ia dituntut untuk setia, berbanding terbalik dengan Bara. Dengan mudahnya ia berjalan dengan perempuan lain disaat ia menjalin hubungan dengannya. Kepercayaan dan harapan Ara selama ink terbuang percuma. Ara sudah tidak sanggup lagi.

Sambil menunggu Ana yang sedang membayar belanjaannya, Ara mengambil ponsel dan mengetik sesuatu. Setelah itu ia mematikan ponselnya dan langsung mengajak Ana untuk segera pulang dengan alasan kalau kakeknya menyuruh nya untuk cepat pulang karena ada sesuatu yang mau dibicarakan dengannya.

Selama sisa perjalanan, Ara berusaha mati - matian menahan air mata agar tidak turun dan membuat Ana curiga. Ia selalu menatap keluar jendela dan menjawab pertanyaan Ana dengan jawaban yang seadanya.

Dan sesampainya dirumah, Ara segera masuk kedalam dan mengunci pintu kamarnya. Perasaan yang sedari tadi ditahannya kini membuncah keluar. Kenangan selama lima tahun kini sudah tiada. Menyisakan kekecewaan dan penyesalan. Keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih serius kini sudah kandas. Ara tidak mungkin bisa langsung melupakan kenangan mereka selama lima tahun belakang, meskipun selama menjalin hubungan Ara yang paling banyak dirugikan.

Butuh waktu berhari - hari bagi Ara untuk memperbaiki hatinya yang sakit. Anggap saja untuk saat ini ia menjadi seorang pengecut, tidak berani menghadapi masalah nya. Tapi Ara tidak memikirkan hal itu saat ini. Ia hanya memperbaiki hatinya yang retak, bukan lari dari masalah. Karena Ara tahu suatu saat ia pasti akan menyelesaikan semuanya, tapi bukan sekarang.Hingga suatu Ana memberi tahu kalau ia akan liburan dan mau mengajak Ara untuk pergi bersama. Ara tidak menolak karena ia butuh hiburan sekaligus pengalihan. Tidak ingin menunda waktu lebih lama, Saat itu juga Ara mendaftarkan dirinya disalah satu universitas di Sydney. Bukan ilmu bisnis atau apapun yang diambilnya, tetapi kesukaan nya selama ini. Ara sangat suka masak dan ia mengambil jurusan apa yang menjadi kesenangannya dan untungnya kakek dan nenek nya tidak pernah menuntut apapun kepadanya. Tiga hari kemudian ia pergi bersama dengan Ana untuk liburan sekaligus daftar kuliah.

Hari - hari berikutnya Ara lalui dengan bahagia. Tidak ada perasaan takut atau khawatir. Anggap saja ia balas dendam saat ia masih menjalin hubungan dengan Bara. Saat ia sudah memasuki semester ketiga, kakek nya menyuruhnya pulang dan untungnya ia juga sedang masa liburan semester. Sedangkan tentang Bara, Ara menutup mata dan menulikan telinganya. Ia tidak mau tahu tentang apapun karena sekarang Ia hanya ingin kebebasan.

Flashback off

Ara menyudahi ceritanya sambil menatap Abrar yang sedari tadi diam saat ia bercerita. Tidak menyela dan menjadi pendengar yang baik.

"Jadi, apa perlu Ara jawab sekarang pertanyaan kakak..? Atau kakak sudah berubah fikiran? Jelas Ara.

Abrar mengusap jemari lentik Ara dengan lembut.

"Apa yang Ara ceritakan barusan tidak membuat kakak goyah, malah sebaliknya. Kakak tetap ingin melamar Ara menjadi istri kakak. Tapi perlu Ara tahu, kakak orang yang posesif dan cemburuan. Kakak tidak suka siapapun mengusik apa yang kakak punya. Tapi kakak berjanji tidak akan mengekang Ara dalam hal apapun karena bagi kakak kebahagiaan Ara merupakan hal utama yang harus kakak wujudkan..."