Chereads / Pemilik Hati Dinara / Chapter 8 - OLIVIA DAN SARAPAN BERSAMA

Chapter 8 - OLIVIA DAN SARAPAN BERSAMA

Tok...tok...

"Kak Abrar....

Bangun kak...

Terlihat perempuan cantik sedang membangunkan sang kakak yang masih setia bergelung di dalam kamar. Sedari pagi tadi, ia telah memanggil sampai tenggorokan dan tangannya terasa sakit.

Olivia Putri Pranadja, adik dari Abrar Pranadja adalah perempuan tersebut. Olivia adalah cucu perempuan satu - satunya di keluarga Pranadja. Ibunya Olivia dan Abrar adalah satu - satunya perempuan di keluarga tersebut, jadi secara tidak langsung, Olivia sangat dijaga ketat oleh keluarga Pranadja.

Setelah memanggil sang kakak sedari tadi yang belum juga terbangun sampai sekarang akhirnya menyerah dan memutar tubuhnya untuk kembali ke kamarnya, namun ketika baru selangkah berjalan, terdengar bunyi pintu kamar yang terbuka dan menampilkan sosok Abrar yang sudah siap.

"Akhirnya, setelah memakan waktu lama dan menghabiskan suara, akhirnya kakak ku tersayang terbangun dari tidur panjangnya...? Kenapa tidak mengatakan sesuatu dari tadi sih kak kalau sebenarnya sudah bangun? jadi Oliv nggak perlu berdiri lama - lama di depan kamar kakak...!!"

Abrar tersenyum dan mengusap kepala Oliv dengan sayang. " Kakak sudah bangun dari tadi Oliv dan juga kakak sengaja untuk mengerjai Oliv, kan sebentar lagi adik kesayangan kakak ini mau pergi jadi tidak ada salahnya kalau kakak membuatnya ngoceh di pagi hari...? ujar Abrar sambil tersenyum.

"Iish, Kakak...Tapi kan suara aku sudah hab-

Sebelum Oliv menyelesaikan perkataannya, ponsel Abrar berbunyi dan melihat siapa yang menelfon nya. Ketika melihat nama yang tertera di panggilan masuknya, senyum Abrar langsung muncul dan segera masuk kembali ke kamarnya dan menguncinya dari dalam.

Jangan tanya Oliv saat ini. Ekspresi terkejut dan penasaran tercetak sangat jelas di wajah cantiknya. Namun Oliv tidak ambil pusing. Dengan santai ia pun melangkahkan kakinya ke bawah untuk sarapan.

°°°°°

Sedangkan Abrar yang mendapat telefon dari seseorang langsung mengunci kamarnya dan meninggalkan Oliv yang heran dengan sikapnya. Tidak ingin membuat sang penelpon menunggu terlalu lama, Abrar langsung menggeser tombol hijau dan meletakkan ponsel tersebut di telinganya..

"Hallo..."

"Hallo kak, maaf kalau Ara ganggu..."

Ya, si penelpon tersebut adalah Ara. "Tidak apa - apa Ara..? Oh ya..ada apa Ara menelpon...?"

"Ara mau tanya, apa hari ini kita jadi pergi seperti yang kakak bilang kemari?"

Senyum Abrar tercetak sangat lebar. Jantungnya sudah berolahraga pagi hari ini hanya karena mendengar suaranya saja. Bagaimana kalau Abrar bertemu langsung, mungkin dadanya terasa akan meledak saat itu juga.

"Jadi Ara. Apa Ara sudah siap? Kalau sudah kakak jalan sekarang sekalian kita sarapan di luar..."

"Ara sudah siap kakak, untuk sarapan kita sarapan di rumah Ara saja, tidak perlu keluar kalau hanya untuk sarapan.."

Abrar semakin tersenyum dibuatnya. Ara dengan kejutannya membuat Abrar semakin yakin dengan pilihannya.

"Baiklah kalau begitu. Kakak jalan dulu, Bye Ara sampai bertemu di sana..."

Setelah menutup panggilan tersebut, dengan segera Abrar mengambil jacket dan kunci mobil. Dengan langkah lebar, Abrar langsung keluar dari kamar dan berjalan setengah berlari untuk menuruni tangga. Sesampainya di bawah, Abrar melihat kalau Oliv sedang sarapan. Langkah Abrar berhenti saat mendengar suara Oliv yang memanggil namanya.

"Kak Abrar, ayo sarapan..."

Abrar menggeleng ditempat, tidak menghampiri Oliv di ruang makan. "Tidak, kakak hadus segera pergi sekarang dan nanti kalai sudah sampai di bandara hubungi kakak.Kakak pergi dulu.."

Saat Oliv sudah membuka mulut untuk menjawab, matanya menangkap pergerakan Abrar yang berlari keluar seperti mengejar sesuatu. Oliv menggelengkan kepalanya melihat tingkah Abrar. Ia tidak ambil pusing dan melanjutkan lagi sarapannya yang sempat tertunda.

°°°°°

Sedangkan di dapur, terlihat perempuan cantik memakai dress berwarna biru sebatas lutut, sepatu converse berwarna putih dan apron hitam yang menutupi tubuhnya. Rambut yang dicepol keatas dan menyisakan sedikit anak rambut, membuat penampilannya semakin manis untuk dilihat.

Ara sedang memasak sarapan untuk dirinya dan Abrar. Untuk menu sarapan ini, Ara memasak soto ayam bumbu kuning. Ara terbiasa sarapan dengan makanan seperti ini, dan semoga saja Abrar menyukai masakannya.

Setelah dirasa sudah selesai, Ara melepas Apron dan menggantungnya. Dengan tersenyum, Ara melangkahkan kakinya ke depan teras untuk menunggu kedatangan Abrar. Namun tidak disangka, saat Ara membuka pintu, Abrar sudah berdiri dihadapannya.

"Kak Abrar....."

Ara terkejut. Ia kira Abrar lagi dalam perjalanan kemari, namun ternyata kalau Abrar sudah datang dan sedang berdiri tegap tepat didepan wajahnya saat ini.

"Pagi Ara..."suara bass Abrar terdengar di telinga Ara.

"Kakak sudah lama berdiri di sini? Kenapa tidak menelfon Ara kalau kakak sudah sampai, jadi Ara bisa tunggu kakak di depan...?

"Kakak juga baru sampai Ara dan kakak juga baru sebentar berdiri di depan pintu..."

Ara hanya menganggukkan kepalannya mendengar penjelasan Abrar barusan. "Ayo kak masuk, kita sarapan dulu..." Ajak Ara saat mempersilahkan Abrar masuk kedalam.

Ara berjalan duluan dan menuntun Abrar ke meja makan. Saat Abrar sudah duduk, Ara menyiapkan makanan yang ia masak tadi untuk Abrar dan dirinya. Ara merasa malu saat kegiatannya diperhatikan Abrar, namun ia berusaha untuk tidak gugup dan menjaga wajahnya agar tidak merona akibat tatapan hangat Abrar.

"Ayo kak di makan.." Ujarnya saat selesai menyajikan makanan. Abrar mengangguk dan memakan makanannya. Sementara itu, diam - diam Ara memperhatikan Abrar yang memakan makannya dengan lahap. Hati Ara menghangat melihatnya. Tercetak jelas di wajah Abrar kalau ia menikmati sarapan yang Ara sediakan. Lihat saja Ara yang baru setengah memakan makannya, berbeda dengan Abrar yang sudah menghabiskan sarapannya.

"Apa kakak mau tambah lagi....? Kebetulan Ara buat porsinya banyak..." Tawar Ara.

"Apa boleh...?"tanya Abrar

Ara tersenyum dan mengangguk."Tentu boleh kak, Ara malah senang kalau kakak suka masakan Ara..."

Abrar memberikan mangkuk kosongnya ke Ara. Dengan sigap, Ara langsung mengambilnya dan mengisi kembali makanan kedalam mangkuk Abrar

Setelah dirasa cukup, Ara memberikannya kembali ke Abrar. Namun saat Abrar mau memasukan makannya kedalam mulut, Ara menahan tangan Abrar. "Coba kakak masukkan potongan jeruk nipis ini kedalam mangkuk soto kakak dan beri sedikit kecap dan sambal..."

Abrar mencoba mengikuti apa yang dikatakan Ara. Ketika sudah selesai, Abrar langsung mencicipinya. Sontak saja matanya langsung membulat saat merasakan sensi yang berbeda soto ini. Ini bukan pertama kalinya Abrar makan makanan Indonesia, salah satunya adalah soto ini. Biasanya Abrar akan langsung memakannya dan tidak meraciknya. Sering Abrar melihat potongan jeruk nipis, sambal dan juga kecap saat memesan soto, namun ia hiraukan karena Abrar berfikir itu hanya sekedar untuk hiasan. Namun siapa sangka kalau yang ia kira hanya sebagai hiasan ternyata itu adalah bahan pelengkap soto tersebut. Sudah berapa banyak ia melewatkan hal itu, sungguh menyesal karena ia tidak pernah tau sebelumnya. Jadi karena Ara sudah memberi tahu, Abrar tidak akan melewatkan bahan pelengkap itu lagi.

Setelah menghabiskan tiga porsi soto yang d sajikan Ara, kini perutnya sudah kenyang dan Abrar sedang memperhatikan Ara dari kursi yang ia duduki saat sarapan tadi. Matanya menangkap pergerakan Ara yang dengan cekatan membersihkan piring kotor bekas mereka sarapan dan mencucinya. Ketika sudah melihat kalau Ara sudah menyelesaikan tugasnya, Abrar beranjak berdiri menghampiri Ara yang masih setia membelakangi dirinya. Dengan pelan, Abrar memeluk tubuh Ara dari belakang. Abrar bisa merasakan kalau tubuh Ara tegang dan kaku akibat perlakuannya. Abrar tidak memikirkan tindakan Ara untuk sekarang karena saat ini ada hal yang ingin diungkapkannya.Karena sejak tadi Abrar sudah berusaha untuk menahan tubuhnya, namun ia kalah telak dengan keinginannya. Dengan memposisikan kepalanya di telinga Ara, Abrar membisikan sesuatu yang sejak tadi ada difikirkan nya saat masih menikmati sarapan.

" Apa Ara mau menikah dengan kakak kalau kakak melamar Ara...?"