Chereads / Pemilik Hati Dinara / Chapter 7 - MULAI MEMBUKA

Chapter 7 - MULAI MEMBUKA

Drrtt....

Drrtt....

Suara getar telepon mengusik ketenangan seorang pria yang sedang berada didalam kamarnya. Dengan cepat ia melihat siapa yang menghubunginya, dan disana tertera nama adiknya, Olivia..

"Ada apa oliv....?"

"Kak, besok kau jadikan akan mengantarku ke bandara...?jangan bilang kau lupa dengan janjimu kak" terang suara sang penelpon.

Abrar, pria tersebut benar - benar melupakan janjinya. Besok ia berencana akan pergi dengan Ara ke villa tempat kakek dan neneknya berada.

"Kakak lupa oliv, maafkan kakak. Besok jam berapa kau akan berangkat?" tanya Abrar sambil berjalan ke arah jendela kamar dan membukanya.

"Jam 10 pagi kak,,,aku tidak mau tahu ,pokoknya kakak harus mengantarku kesana, titik dan tidak ada pengecualian..." Omel Oliv.

" Abrar terkekeh mendengar ocehan Oliv. Adiknya itu kalau sudah berbicara pasti selalu panjang dan di akhir kalimat pasti ada kata ancaman.

"Baiklah...baiklah, jangan mulai lagi oliv. besok kakak akan datang, tapi tidak sendiri...." jawabnya lagi

"Kakak pergi dengan siapa? laki - laki atau perempuan?muda atau tua...?"

"Astaga Oliv, satu - satu pertanyaannya. Bagaimana kakak bisa menjawab kalau pertanyaan yang kau ajukan itu beruntun, telinga kakak juga sakit mendengarnya. Kenapa kau heboh sekali saat kakak bilang akan mengajak seseorang?"

"Astaga kakak, aku kan hanya bertanya? Dan tentu saja akj banyak bertanya, karena ini pertama kalinya kau meminta izin denganku saat mengajak seseorang. Bahkan selama ini aku tidak pernah melihat kau berdekatan dengan siapapun, kecuali Jonas..."

Jonas, teman Abrar semasa kecil hingga sekarang. Dulu rumah Jonas disamping rumah Abrar, namun karena suatu hal Jonas akhirnya pindah ke Kanada dan tinggal di sana. Namun 3 Tahun yang lalu Jonas kembali lagi dan tinggal di apartement milik Abrar.

"Kau tau sendiri Oliv siapa Jonas, jadi kakak tidak perlu menjawab pertanyaanmu yang tidak penting itu.."

Terdengar hembusan kesal milik Oliv terdengar di telinga Abrar. Menandakan kalau Oliv sudah naik darah.

"Terserah kakak saja mau pergi dengan siapa, tapi ingat jangan sampai telat untuk mengantarku..."

Tuutt....

Abrar melihat panggilan yang telah mati itu dan menampilkan gambar seorang wanita cantik yang sedang tersenyum kearah kamera sebagai background layar ponselnya

"Aku merindukanmu..."

°°°°

Di sisi lain, di dalam sebuah ruangan indah dengan ranjang ukuran king size terdapat seorang perempuan cantik dengan gaun satin hitam yang indah membalut tubuh indahnya. Sedari tadi senyum di wajahnya tidak pernah luntur. Perasaan bahagia menggelayuti hatinya yang sedang berbunga. Bibirnya bergerak mengucapkan nama sang pria yang menjadi fikiran.

Dirinya sedang berbahagia saat ini. Namun senyum yang sedari tadi setia menghiasi wajahnya mendadak luntur saat melihat getaran di ponselnya terpampang nama seseorang yang membuat hatinya begitu sakit. Fikirannya melayang saat mengingat penghianatan. Sebenarnya ia belum mau menjalin hubungan saat ini, namun dengan keyakinan yang diberikan kepadanya membuat sedikit demi sedikit hatinya luluh. Meskipun saat ini mereka masih tahap berteman dalam konteks yang lebih dekat tetap saja hatinya masih merasa ragu. Ia tidak ingin merasakan sakit untuk kedua kalinya.

Ara masih ingat perkataan Abrar saat mereka berada di cafe tadi. Hatinya sempat meragu, namun Abrar berjanji akan menjaga hatinya.

flashback

"Kakak tidak main - main ketika ingin mengenal diri Ara lebih jauh. Bisa dibilang kalau kakak merasakan sesuatu yang aneh tapi nyaman saat bersama Ara. Saat pertemuan kita yang pertama di acara kemarin membuat kakak semakin yakin dengan keinginan kakak. Kakak ingin hadir dalam kehidupan Ara. Kakak juga tau kalau Ara tidak akan percaya dengan kata - kata kakak barusan, tapi percayalah satu hal kalau kakak ada perasaan untuk Ara...."

Ara masih setia dengan keterdiamannya. Sekaligus memikirkan perkataan Abrar barusan, bukan sekedar perkataan saja, melainkan tersiratnya sebuah janji dari Abrar untuknya. Janji seorang pria kepada wanita yang disukainya. Sontak saja hal itu membuat hati Ara menghangat.

"Apa Ara boleh minta waktu untuk memikirkan perkataan kakak barusan?karena Ara tidak ingin salah langkah dan merasakan sakit yang sama untuk kedua kalinya..."

Abrar terdiam sebentar. "Kalau itu yang Ara inginkan , baiklah. Tapi satu hal yang kakak minta dari Ara, jangan pernah menolak perhatiaan dari kakak karena kakak tulus melakukannya..."

flashback off

Ara tidak ingin merasakan sakit lagi. Percintaannya dulu tidak sesuai dengan harapannya. Dikhianati itu rasanya sangat sakit. Padahal dulu Ara menjalankan hubungan itu tulus dari hatinya yang paling dalam.

Perasaan suka yang dipendam akhirnya terwujud. Dan juga itu pertama kalinya Ara menjalin hubungan. Lima tahun, bukan waktu yang sebentar. Sejak masa sekolah sampai ia masuk kuliah. Tidak ada satu orangpun yang tau hubungannya, karena Ara sangat menjaga privasi tentang kehidupannya, termasuk dari kakek dan neneknya.

Hingga suatu hari kebenaran pun terungkap, dan itupun secara tidak sengaja Ara ketahui. Bermula dari menemani Ana membeli sesuatu, secara tidak sengaja Ara melihat kekasih hatinya sedang bergandengan tangan dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah temannya di flat tempat ia tinggal saat di Sydney. Hati Ara sangat hancur saat itu. Namun Ara berusaha tegar agar Ana tidak melihat kegundahannya. Lalu setelah puas menemani Ana, Ara langsung mengambil ponselnya dan mencari satu nama yang sangat ingin ia hubungi. Setelah menemukannya dengan cepat Ara langsung menekan nomor tersebut.

Mulai dari deringan pertama sampai selesai, telepon tersebut tidak diangkat. Ara mencoba kembali untuk menghubungi. Namun tetap tidak di angkat. Setelah melewati panggilan yang kesekian kalinya akhirnya panggilan tersebut terhubung. Tanpa menunggu,Ara langsung melampiaskan keinginannya kepada seseorang disana.

"Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini, jadi aku ingin mengakhirinya sekarang. Selamat tinggal dan jangan temui aku lagi..."

Setelah berbicara, Ara langsung mematikan panggilan tersebut dan mematikan ponselnya. Ia langsung membuang sim card dan menggantinya dengan nomor baru. Semua akun di media sosialnya ia nonaktifkan hingga waktu yang tidak ditentukan.

Ara ingin menata hidupnya lagi, meskipun ia sudah sangat kecewa namun ia tetap semangat. Ia tidak boleh bersedih hanya karena dikhianati karena baginya hubungan yang gagal merupakan pembelajaran untuk kedepannya. Bukan berarti kebahagiannya terhenti sampai disini karena kebahagiaan yang sesungguhnya sedang menanti diluar sana.

Maka dari itu, Ara meminta waktu kepada Abrar untuk berfikir lebih lanjut. Ara yakin kalau Abrar orang yang bisa dipercaya meskipun mereka baru bertemu, namun entah kenapa hatinya merasa pernah bertemu dengan Abrar sebelumnya, namun entah kapan Ara tidak tahu.

Dua tahun setelah perpisahannya dengan Bara, Ara sudah bisa menata hatinya, meskipun belum tertutup dengan sempurna namun setidaknya hatinya tidak merasakan sakit lagi. Sudah cukup ia meratapi hatinya yang terluka dan sudah saatnya untuk memulai semua dari awal, termasuk menjalin hubungan Dengan Abrar meskipun di awali dengan pertemanan.