Chereads / Pemilik Hati Dinara / Chapter 5 - DATANG DAN BERTEMU

Chapter 5 - DATANG DAN BERTEMU

Setelah pulang dari acara berdesak - desakan di mall hingga mengakibatkan pergelangan tangannya lebam, Ara hanya berdiam diri sambil merenungi nasibnya hari ini. Dikatakan sial tidak, dibilang beruntung mungkin iya.

Lebam di pergelangan tangannya sudah diobati saat sudah sampai di rumahnya. Ana sendiri saat ini sudah pulang kerumahnya setelah mengantar pulang dirinya. Untungnya saat kepulangannya tadi, kakek dan nenek nya sedang tidak berada di rumah.

Setelah membersihkan diri, Ara langsung memberi salep pereda nyeri pada tangannya, dan untungnya lebam pada pergelangan tangannya tidak terlalu parah. Ketika sedang mengusap pelan tangannya ke bagian yang lebam, fikiran nya melayang saat tangan nya yang sakit disentuh dan diusap dengan lembut oleh Abrar.

Saat permukaan tangan Ara yang lembut bersentuhan dengan tangan Abrar, entah kenapa tubuhnya seperti terkena sengatan listrik dalam volume rendah. Sengatan tersebut mengalir langsung kearah jantungnya berada hingga menghasilkan detak yang sangat cepat.

Ara merasakan kehangatan menyusup kedalam hatinya saat Abrar melakukan hal itu padanya, berbeda saat ia masih menjalin hubungan dengan kekasihnya dulu.

"Huh...", kenapa aku jadi seperti ini hanya karena perlakuan kecil dari seorang pria yang belum aku kenal? padahal aku sudah pernah mengalaminya saat masih bersama Bara dulu? tapi kenapa dengan kak Abrar aku merasakan hal yang berbeda ya?apa ada yang salah dengan cara perlakuan mereka padaku?" ah, sudahlah..pusing sendiri aku mikirnya..

sungut Ara sendiri.

Saat masih merutuki diri di dalam kamarnya sendirian, ocehannya langsung terhenti saat terdengar bunyi nada di ponselnya. Ketika melihat Siapa yang menelpon nya, Ara melihat nomor yang tidak dikenal. Awalnya Ara ragu untuk menjawabnya, namun rasa penasarannya melebihi keraguannya, jadi dengan lambat namun pasti Ara menggeser ke arah warna hijau di ponselnya untuk mengangkat telepon tersebut.

"Halo...."

Ara berdiam diri, menunggu jawaban, Masih belum ada suara muncul dari sang penelpon.

Ara melihat kearah ponselnya, panggilannya masih terhubung. Jadi Ara akan bertanya lagi kepada penelpon tersebut sebelum ia mematikan panggilannya kalau masih belum ada jawaban...

"Halo...." ujarnya sekali lagi

Ketika Ara mau mematikan panggilan telepon tersebut, akhirnya terdengar suara berat yang memanggilnya dari seberang sana.

"Ara..."

°°°°°°

"Ara..."

Tubuh Ara membantu. Deg - degan sekaligus kaget. Suara berat ini, Ara tahu siapa pemiliknya. Abrar..

Ya, Abrar yang menelpon nya saat ini. Ara diam, belum merespon apapun, hingga telinganya kembali menangkap suara seseorang yang kembali memanggil namanya untuk kedua kalinya..

"Apa benar ini Ara...?

Kalimat itu berhasil memecahkan keterdiamannya. Dengan mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, Ara menjawab panggilan tersebut..

"Ya, benar ini Ara...? Apa ini kak Abrar...

Hening...belum ada jawaban dari sana, hingga suara berat tersebut kembali terdengar.

"Ya, benar ini kak Abrar."

Keduanya membisu. Anggap saja keterdiaman mereka berdua mewakili perasaan yang berkecamuk saat ini.

"Apa tangan nya sudah di obati...?"

"Sudah kak..", Jawab Ara sambil memegang dadanya yang berdetak cepat.

"Kakak ada di depan rumah Ara sekarang, bisa tolong dibuka pintunya..?

Dan boom...Ara langsung langsung terlonjak dari duduk santainya. Tanpa babibu, Ara langsung merapikan diri dan melihat penampilannya di kaca besar dalam kamarnya. Ketika merasa sudah rapi, Ara langsung menuruni tangga dari lantai dua tempat dimana kamarnya berada dengan berlari kecil.

Ketika sudah sampai didepan pintu besar rumahnya, Ara kembali mengelus pelan dadanya yang kembali berdetak sekaligus menormalkan nafasnya yang berderu.

Tangannya yang gemetar memegang gagang pintu dan memutar kunci nya dengan perlahan. Dengan lambat, Ara membuka pintu dengan lebar dan benar saja, seorang pria tegap dan tampan berdiri dengan pakaian yang sama saat mereka bertemu di mall tadi. Abrar Pranadja.

" Hai, Ara...,kita bertemu lagi untuk kesekian kalinya..."

Ucapan Abrar dan senyumannya membuat tubuh Ara tegang. Senyum yang membuat dada Ara terasa sakit akibat detakkannya yang sangat kencang. Senyuman yang akan selalu Ara ingat di fikirannya. Senyuman yang tidak akan pernah Ara lupakan. Dan Ara akan selalu mengingat pertemuan mereka yang ketiga dimana Ara bisa melihat senyuman manis milik Abrar diwajahnya yang tampan.

Anggap saja Ara lebay dan melebih - lebihkan. Namun begitulah kenyataannya. Ara pernah melihat senyuman pria lain, namun entah kenapa saat Ara melihat senyuman Abrar, perasaan aneh menyusup ke hatinya. Namun bukan dengan porsi sedikit, tetapi dengan porsi yang banyak. Ara ingin berlama - lama menikmati senyuman yang tercetak di wajah Abrar. Mungkin kalau Ara kembali mengingat senyuman itu, wajahnya akan selalu merona. Mungkin inilah yang dikatakan dengan jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Ara...", namanya dipanggil lagi untuk kesekian kalinya dan untungnya Ara langsung tersadar dan mempersilahkan Abrar masuk ke dalam rumah.

"Apa Ara sendirian di rumah? Tuan Albert juga tidak kelihatan.." ujar Abrar ketika sudah duduk diruang tamu. Ara yang ditanya pun menatap Abrar yang duduk di depannya.

"Ah,...kakek? Kak Abrar kesini cari kakek? kebetulan kakek lagi di villa sama nenek karen ada urusan. Mungkin dua minggu kedepan mereka tidak ada dirumah. Apa perlu Ara telepon kakek dan bilang kalau kak Abrar sekarang ada di rumah mencari kakek..?

Ara merasa sedikit sedih saat berkata barusan. Ara kira Abrar datang ke rumah untuk bertemu dengan dirinya, namun prasangka itu langsung lenyap saat mendengar jawaban Abrar yang mengejutkan.

"Tidak Ara, kakak kesini untuk bertemu dengan Ara, bukan dengan tuan Albert..."

Dan meledak...

Dada Ara membuncah karena diisi dengan kesenangan akan perasaan bahagia. Ternyata Abrar ingin bertemu dengannya. Jadi Abrar kemari karena khawatir dengannya? kalau iya bisa - bisa Ara tidak bisa tidur semalaman..

"Kakak kemari karena khawatir dengan keadaan Ara.."

Boom lagi. Jawaban Abrar sesuai dengan apa yang difikirkan nya.

"Ara sudah tidak apa - apa kak, kalau itu yang kakak khawatirkan..."

Senyum Abrar kembali muncul, namun kali ini ada yang beda dengan senyum nya. Entahlah..Ara melihat kalau senyum itu menandakan kelegaan. Mungkin saja seperti itu. Sudahlah

" Ara..."

"Ya..."

"Apa besok ada acara...?"

Belum juga reda senam jantungnya, Ara kembali dihadiahkan dengan gerakan senam jantung lain yang diberikan Abrar kepadanya..

Ara menggeleng. Menunggu kalimat selanjutnya.

"Apa besok kakak bisa mengajak Ara untuk pergi jalan berdua, anggap saja untuk menambah jalinan kedekatan antara kita berdua, kalau Ara tidak keberatan..."

Kalau Abrar mengira Ara akan menolak, tentu saja tidak. Ara sendiri saja punya fikiran untuk bisa dekat dengan Abrar. Kan tadi di atas sudah dikatakan kalau Ara jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi untuk sekarang Ara hanya bisa menyimpannya dalam hati karena ia masih ingin menjaga hatinya lebih lama.

"Tentu kak...", singkat, jelas dan padat.

Abrar tersenyum mendengar jawaban Ara. Singkat namun mewakili semuanya.

Setelah mendapat jawaban langsung dari bibir Ara, Abrar merasa lebih sedikit berani untuk mendekati Ara lebih lanjut. Selangkah demi selangkah akan Abrar lakukan agar bisa berdekatan dengan Ara.

Ya, kalau kalian mengira Abrar datang kerumah Ara untuk bertemu dengannya, jawabannya adalah benar. Padahal sudah jelas saat mereka masih berada di mall tempat Ara dan Abrar bertemu, Abrar mengatakan kalau besok ia akan kerumah Ara. Namun pada akhirnya, bukan besok ia akan datang tetapi di hari yang sama dengan pakaian yang sama pula.

Stalker, mungkin julukan itu sangat cocok untuk disematkan kepadanya.Kenapa? Karena seorang Abrat Pranadja jatuh cinta pada seorang perempuan bernama Dinara.