Hari ini, sikap menyeleneh Imelda kembali muncul. Dari semenjak datang kesekolah hingga hari mulai siang gadis itu tak beranjak sedikit pun dari tempat duduk lusuh yang berada diatas rooftop sekolahnya itu.
Dari semalam hingga siang ini, awan hitam masih saja menggumpal. Namun, siang ini awan sedang membuat pertahanan baru hingga airnya tak kembali jatuh seperti semalam.
Sama seperti Imelda, susana hatinya belum bisa ia perbaiki dan rasa sakit masih saja terasa dihatinya. Namun saat ini dia sedang berusaha agar cairan bening tak kembali turun dari pelupuk matanya.
Tring
Suara yang berasal dari dalam saku baju seragamnya berhasil membuat lamunan Imelda buyar.
Gadis itu menegakan duduknya, lalu merongoh saku bajunya dan mengeluarkan ponselnya dari sana.
Satu notifikasi baru saja masuk dan tanpa membuang waktu lagi Imelda langsung membukanya.
Galen
Mel lo dimana?
Roftoop
Kata Ratu lo gak masuk dari jam pertama
Iyah, gue males masuk kelas?
Kenapa? Lo lagi ada masalah? Cerita Mel, jangan dirasain sendirian. Disini masih ada gue sama Ratu yang siap kalo lo mau berbagi rasa sakit lo.
Lo tenang aja gue gak apa-apa. Bagi gue rasa sakit sudah menjadi teman gue sejak lama. So, gue gak masalah jika harus selalu merasakan ini.
Jangan kemana-mana, gue susul lo!
Gak usah, nanti Ratu ikut. Diatas rooftop dingin nanti Ratu kambuh lagi.
Ratu gak ada, dia lagi ada kelas binaan.
Imelda menghela nafas panjang lalu mematikan ponselnya tanpa berniat membalas pesan dari Galen.
Imelda menyenderkan tubuhnya disofa dan memejamkan matanya. Lalu tak lama kemudian ia mendengar pintu Rooftop dibuka oleh seseorang yang Imelda yakini adalah Galen.
"Betah banget lo disini"
Imelda membuka matanya lalu pandangannya tertuju kepada laki-laki yang berdiri didepan dengan posisi memunggunginya sebelum akhirnya membalikan badannya dan duduk disebelah Imelda.
"Lo udah makan?"
Imelda menggelengkan kepalanya "Gue gak laper"
Galen menghela nafas panjang "Jangan gitu Mel, lo harus makan. Kalo lo gak makan nanti sakit"
Imelda tersenyum miring "Gak masalah kalo gue sakit. Lagian juga, papa pasti seneng kalo gue sakit apa lagi kalo gue mati"
Mendengar perkataan Imelda membuat Galen gemas sendiri dan akhirnya menginjak kaki perempuan itu.
"Awww" Imelda mejerit sambil memegangi kakinya ketika Galen menginjak kakinya "Lo gila!" Imelda melototkan matanya kearah Galen.
Galen menyentil kening Imelda "Lo yang gila" Katanya.
Kini tangan Imelda beralih mengelus keningnya "Setelah ini lo bakal apain gue? Gue laporin ke KDPT baru tau rasa"
Galen mengerutkan keningnya "Apa KDPT?"
"Kekerasan Dalam PerTemanan" Jawab Imelda.
"Emang ada?"
"Ada" Ketusnya "Tapi nanti gue yang bukin kalo gue jadi presiden"
Galen terdiam lalu tak lama kemudian tawanya pecah.
"Hahahaha, elo jadi presiden?" Galen menunjuk Imelda lalu kembali tertawa sambil memegangi perutnya.
Imelda mendengus kesal, lalu tak lama kemudian tawa Galen terhenti. Laki-laki itu mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air.
"Bangun Mel, bangun! Jangan mimpi terus. Sekolah bolos aja belaga mau jadi presiden." Ledek Galen "Kalo lo jadi Presiden yang ada negara ini kacau balau" Lanjutnya lalu menyenderkan tubuhnya dikepala sofa.
Imelda mendelik kesal kearah Galen "Awas aja kalo nanti gue jadi presiden. Lo orang pertama yang bakal gue pindahin dari indonesia kemesir biar lo ketemu sama kembaran lo itu"
Galen menegakan duduknya "Siapa?"
"Unta lah masa kaktus" Jawab Imelda dengan sinis.
"Lo samain gue sama Unta?"
Imelda menoleh kearah Galen "Iyah" Jawabnya.
Galen menatap Imelda tajam dan dibalas tatapan tajam pula oleh Imelda. Lalu tak lama kemudian...
"Haha! Galen geliii"
"Rasainn. Suruh siapa lo sama-samain gue sama unta yang jelas-jelas lebih gantengan gue"
"Galen geli hahah"
Galen semakin gencar menggelitiki pinggang Imelda hingga membuat gadis itu meliukan badannya kesana kemari untuk menghindari tangan Galen.
"Rasainnn"
"Galenn hahaha"
Imelda bangkit dari duduknya lalu berlari memutari sofa dan terjadilah aksi kejar-kejaran antara kedunya.
Imelda tiada hentinya tertawa dan tawa itu lah yang disukai oleh Galen. Karena dengan melihat tawa Imelda dia akan merasa berguna menjadi seorang teman.
Seketika Imelda melupakan masalahnya dan terus bercanda ria bersama Galen.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan kedua dari pintu rooftop yang sedikit terbuka.
Sudah sepuluh menit lamanya dia berdiri disana. Hingga sampai akhirnya dia menutup pintu itu dan melangkah pergi dari sana.
Namun baru saja menginjak tangga kedua dan akan menuruni tangga rooftop, seseorang muncul dari arah yang berlawanan.
"Eh, hay Vega" Ratu melambaikan tangannya sambil tersenyum kearah Vega dan hanya dibalas senyum tipis oleh laki-laki itu.
Yah, orang itu adalah Vega. Niatnya yang akan mengganggu Imelda dia urungkan ketika melihat ada Galen disana.
"Vega abis dari rooftop yah?"
"Iyah"
Ratu memanggut-manggutkan kepalanya "Galen ada disana kan?"
"Ada"
"Yaudah, kalo gitu Ratu kesana dulu yah, dadah" Ratu melambaikan tangannya kearah Vega lalu berjalan melewati teman kelasnya itu.
Sedangkan Galen kembali melanjutkan langkahnya menuruni tangga.
Mulut Ratu bersenandung kecil ketika menaiki tangga, hingga pada saat dia membuka pintu rooftop mulutnya berhenti bersenandung dan tatapannya lurus kedepan.
Disana, Imelda dan Galen tengah duduk berdua dipembatas rooftop dengan Imelda yang menyenderkan kepalanya dipundak Galen.
Keduanya tidak menyadari keberadaan Ratu disana. Namun dengan samar-samar Ratu dapat mendengar percakapan keduanya.
"Jangan sedih lagi Mel, gue ngerasa jadi temen gak berguna kalo liat lo sedih" Kata Galen "Tetap senyum dan tertawa seperti tadi"
"Gua bakal lakuin hal itu selagi gue bisa Len" Kata Imelda lalu mengangkat kepalanya menjauh dari pundak Galen.
Ratu tersenyum lalu melangkahkan kakinya memasuki rooftop dan mendekati keduanya.
"Hayy" Sapa Ratu yang membuat kedua orang yang berada dihadapannya menengok kearahnya.
"Hay, sini! Duduk disini" Imelda menggeser duduknya dan menepuk-nepuk tempat sebelahnya agar Ratu bisa duduk ditengah-tengah antara dirinya dan Galen.
Ratu menganggukan kepalanya lalu duduk ditempat yang sudah disediakan oleh Imelda.
"Udah selesai?" Tanya Galen sambil mengelus rambut hitam milik Ratu.
Ratu menganggukan kepalanya sambil tersenyum "Udah." Jawabnya lalu beralih menatap Imelda "Imelda kenapa gak masuk kelas? Ratu sendirian tau" Ratu mengercutkan bibirnya.
"Sorry yah, gue lagi males soalnya" Jawab Imelda.
"Imel lagi ada masalah?"
Imelda terdiam lalu tatapan tak sengaja bertemu dengan mata Galen yang kini sedang menatapnya juga.
Lalu setelah itu Imelda menganggukan kepalanya "Biasa lah" jawabnya.
"Sama om Angga"
Lagi-lagi Imelda menganggukan kepalanya karena memang itu adalah kenyataannya.
"Kamu kapan sih baikan sama Om Angga? Biar kamu gak sedih terus"
Imelda tersenyum kecut lalu membuang pandangannya kearah lain.
"Gue juga gak tau kapan dan gue juga pengen banget baikan lagi sama Papa" Kata Imelda "Tapi, dengan sikap Papa yang gak pernah anggep gue anak membuat gue merasa hal itu gak mungkin" Lanjutnya.
Ratu menoleh kearah Galen. Laki-laki itu tersenyum kearah Ratu lalu mengelus punggungnya.
"Dan gue juga bisa paham kok kenapa Papa gitu kegue, karena emang wajar Papa bersikap seperti itu" Kata Imelda "Ini semua salah gue, gue pantes buat nerimanya" Kata Imelda.
Tangan Ratu terulur untuk mengelus pundah Imelda "Kamu yang sabar yah, Ratu yakin suatu saat nanti Om Angga pasti berubah"
Imelda menoleh kearah Ratu lalu tersenyum "Aminn" Ucapnya.
"Oh iyah, tadi aku liat Vega ditangga dan dia mau turun. Emang tadi dia abis dari sini?" Tanya Ratu ketika mengingat bahwa dia bertemu dengan Vega.
"Vega?" Gumam Galen yang membuat Ratu dan Imelda menoleh kearah laki-laki itu.
Ratu menganggukan kepalanya "Iyah Vega, ketos kita plus teman sekelas aku sama Imel"
"Perasaan dari tadi aku cuma berdua sama Imel disini dan gak ada orang lain" Kata Galen.
Imelda berdecak sebal "Ck! Paling dia mau gangguin gue. Gak ada tujuan lain dia mah hidupnya selain gangguin gue" Kata Imelda.
"Emang dia sering kesini nemuin lo?" Tanya Galen.
"Bukan sering, bahkan setiap hari dia nemuin gue dan ikut capur sama kehidupan gue" Imelda memutar bola matanya jengah.
"Wajar lah Mel, dia kan tetangga kamu. Itu tandanya dia perhatian sama kamu" Jawab Ratu dengan polosnya.
Imelda bergidik jijik "Amit-amit gue diperhatiin sama orang kaya dia. Nyebelin tau orangnya"
"Gue heran sama lo. Lo kan tetanggaan sama Vega dan rumah lo depan-depanan sama rumah Vega, tapi kenapa dari dulu sampe sekarang lo gak pernah akur sama dia. Apa kalian pernah menjalin kasih namun kandas ditengah jalan" Kata Galen.
"Enak aja kalo ngomong" Jawab Imelda tak terima yang membuat Galen dan Ratu terkekeh "Denger yah, dia tuh orangnya nyebelin banget. Dulu pas waktu kecil dia sering banget nyumputin mainan gue terus pas gue udah nangis baru dikasihin" Kata Imelda.
"Jangan kesel-kesel Mel, nanti lo jodoh lagi sama dia" Kata Galen sambil terkekeh.
"Mulut lo yah!" Kesal Imelda.
"Udah gak usah berantem" Lerai Ratu "Menurut aku sih Mel, kenapa kamu gak baikan aja sama dia biar kamu punya temen kalo dirumah"
Imelda mendengus kesal "Gue gak butuh temen kaya dia, temen gue cukup kalian aja." Kata Imelda.
Galen menggeleng-gelengkan kepalanya. Bukan hal gampang bagi mereka untuk membujuk Imelda.
"Kekantin yuk gue laper" Kata Galen sambil bangkit dari duduknya lalu melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya "Sekalian Sholat dzuhur" Lanjutnya.
Imelda dan Ratu menganggukan kepalanya. Lalu setelah itu Galen mengulurkan kedua tangannya kearah Ratu dan Imelda untuk membantu kedua gadis itu berdiri.
Keduanya langsung menerima uluran tangan Galen lalu setelah itu bangkit dari duduknya dan melangkah pergi dari rooftop.