Panji Yulino Argeta adalah sepupu Galen dan sekaligus bos Imelda. Diumurnya yang terbilang masih sangat muda, laki-laki itu sudah mendirikan cafe sendiri.
Satu fakta yang baru Imelda ketahui tentang bos barunya itu. Ternyata semenjak Panji berumur 12 tahun, laki-laki itu tinggal diprancis bersama kedua orang tuanya. Dan sekarang, dia memilih pulang ke indonesia dan berkuliah dinegara asalnya itu.
Hari ini, adalah hari dimana Imelda memulai pekerjaannya sebagai pelayan dicafe milik Panji.
Walaupun gajinya tak seberapa, namun itu masih cukup untuk memenuhi kebutuhan Imelda sehari-hari.
Seperti yang dikatakan Panji kemarin, bahwa laki-laki bergigi sunggil itu telah mengetahui kehidupan Imelda dan tentunya dari Galen sepupunya yang bermulut ember itu.
Berbicara tentang Galen, Imelda tidak tahu apa yang sedang dilakukan laki-laki itu semenjak pulang sekolah dicaffe milik Panji. Yang Imelda tahu laki-laki itu tak beranjak dari tempat duduknya yang berada dimeja nomor 05 sambil sesekali melirik kearah Imelda yang sedang bulak-balik melayani pelanggan cafe.
Imelda yang jengah akan sikap Galen pun berjalan mendekati laki-laki itu setelah mengantarkan pesanan salah satu pengunjung cafe.
Dia menjatuhkan bokongnya dikursi yang berada dihadapan Galen, hingga membuat laki-laki yang berada dihadapannya yang semula fokus dengan ponselnya kini mengalihkan pandangannya kepadanya.
"Lo ngapain sih dari tadi disini?" Tanya Imelda.
"Duduk, emang lo fikir gue lagi apa? Buang air?"
Imelda mendengus kesal "Maksud gue, lo gak pulang? Perasaan dari tadi duduk terus disini."
"Emang kenapa? Gak boleh? Ini kan caffe milik sepupu gue."
Imelda berdecak sebal "Ck! Terserah lo deh. Cape gue ngeladenin lo." Kata Imelda dan menjatuhkan kepalanya diatas meja dengan kedua tangan yang dilipat dia jadikan sebagai bantalnya.
Galen terkekeh "Capek Mel?"
"Enak!" Jawab Imelda dengan ketus.
"Kalo capek istirahat aja dulu, nanti gue yang bilang sama bang Panji."
Imelda mengangkat kepalanya lalu memandang Galen tajam "Lo mau bikin gue dibenci sama pegawai lain karena istirahat seenaknya dan sipesialkan sama Mas Panji."
"Ya lo kan temen gue, jadi gak masalah."
"Len, walaupun gue temen lo, gue harus tetap profesional. Sekalipun nih cafe misalnya milik lo gue akan tetap profesional. Gue akui ini emang berat bagi gue, karena bisanya gue cuma diem diri dirumah, eh sekarang gue harus kerja keras kaya gini. Tapi gue yakin, lama-kelamaan gue pasti terbiasa dengan ini."
Galen tersenyum, entah mengapa melihat Imelda menggunakan seragam kerjanya membuat gadis itu terlihat imut. Apa lagi kini Imelda menggelung rambutnya dan ada sebuah pita yang melingar dikepalanya.
"Kalo gue yang punya cafe, gue gak akan jadiin lo sebagai pelayan." Kata Galen "Gue bakal jadiin lo manajer cafe ini biar lo gak perlu capek bulak-balik layanin pelanggan."
Imelda terdiam, lalu memandang Galen tanpa ekspresi "Kalo lo punya cafe, yang ada cafe lo bangkrut gara-gara uang hasil penjualannya lo gunain buat foya-foya."
Galen menyengir kuda lalu menggaruk belakang kepalanya "Iya juga yah." Ucapnya.
Imelda mendengus kesal lalu memutar bola matanya malas. Orang boros seperti Galen ingin mempunyai usaha sendiri? Belum apa-apa yang ada usahanya sudah bangkrut terlebih dahulu.
Suara denting bel cafe yang menandakan ada pelanggan memasuki cafe itu membuat Imelda berserta Galen mengalihkan pandangannya kearah pintu masuk.
Imelda mengerutkan keningnya ketika melihat orang yang baru saja memasuki cafe itu.
"Mel itu bukannya Vega yah." Ucap Galen.
Imelda menoleh kearah Galen lalu setelah itu menganggukan kepalanya "Iyah, kenapa?"
"Itu dia sama siapa? Kok bawa cewek."
Yah benar, orang yang baru saja memasuki cafe itu adalah Vega dengan membawa seorang gadis disampingnya. Keduanya masih-sama menggunakan seragam sekolah, hanya saja Vega menggunakan jaket bomber miliknya.
Imelda mengangkat bahunya acuh "Mana gue tau." Jawabnya.
"Eh itu Divia bukan sih? Yang katanya wakil osisnya Vega. Kalo gak salah sih, dia anak kelas 12 Mipa 1." Kata Galen setelah mengingat siapa gadis yang kini duduk berhadapan dengan Vega itu.
"Iya kali." Jawab Imelda dengan cuek.
Galen mengalihkan pandangannya kearah Imelda lalu tersenyum penuh arti kearah gadis itu.
"Lo gak cemburu Mel?"
Imelda menatap Galen tajam "Gue cemburu sama anak anoa itu?" Tanya Imelda lalu tersenyum miring "Jangan harap." Lanjutnya.
"Masa sih?" Tanya Galen "Paling juga nanti pas pulang lo uring-uringan gak jelas karena liat Vega sama cewek lain." Goda Galen sambil menaik turunkan alisnya.
"Apaan sih, lo fikir gue suka sama dia?"
"Yakan siapa tau aja." Jawab Galen lalu kembali menatap Vega "Liat deh Mel, si Vega ketawa sama Divia. Wah gue baru liat si Vega yang dingin itu ketawa lebar banget sama cewek." Kata Galen yang membuat Imelda tergoda untuk melihat kearah dua makhluk itu.
Apa yang dikatakan Galen benar, kini Vega sedang tertawa dengan Divia yang merupakan partnernya diosis. Jujur, Imelda saja baru pertama kali melihat Vega tertawa seperti itu. Apa lagi dengan seorang cewek dan mereka terlihat sangat dekat.
"Mereka keliatannya akrab banget yah."
Imelda mendengus kesal lalu bangkit dari duduknya "Gue mau layanin mereka dulu."
Setelah mengatakan itu, Imelda beranjak pergi lalu menghampiri meja yang ditempati oleh Vega dan Divia.
Vega dan Divia sedikit terkejut dengan kedatangan Imleda. Apa lagi ketika melihat gadis itu memakai seragam pegawai yang biasa digunakan oleh pegawai cafe disana.
Sedangkan Imelda hanya biasa saja dan memasang muka super datarnya.
"Lo Imelda kan temen sekelas Vega?" Tanya Divia sambil menunjuk Imelda lalu menatap Vega.
"Mungkin." Jawab Imeldan dengan cuek.
"Lo kerja disini?" Tanya Divia lagi.
Sedangkan Vega hanya diam sambil melihat-lihat menu makanan yang berada dibuku menu. Padahal telinganya menyimak pembicaraan kedua gadis itu.
"Menurut lo?" Tanya balik Imelda.
"Mocaccino hot satu, sama nasi goreng kambing satu." Kata Vega tanpa menoleh kearah Imelda.
Imelda mengambil buku kecil serta pulpen yang berada disaku celmek yang dia gunanakan. Setelah itu dia menuliskan pesanan milik Vega disana.
"Lo mau apa Div?" Tanya Vega sambil melihat kearah Divia.
Divia membuka buku menunya lalu membacanya sebentar "Gue mau milkshake strawberry satu sama spageti carbonara satu."
Imelda kembali menulis dibuku menunya "Cuma itu?" Tanyanya.
"Ya!" Jawab Vega dengan datar.
Imelda menarik sudut bibir sebelah kanannya lalu memasukan buku serta pulpennya kedalam saku lagi. Namun ketika dia akan melangkah pergi, suara Vega menghentikan kegiatannya.
"Tunggu!" Kata Vega yang membuat Imelda kembali menoleh kearahnya.
"Apa?"
"Gue gak jadi pesen mocaccino hot, gue pesen mocaccino ice." Kata Vega.
Imelda berdecih sebal lalu kembali mengeluarkan buku dan pulpennya. Setelah itu mengubah pesanan milik Vega.
Setelah selesai dia kembali memasukan buku dan pulpennya kedalam saku celmeknya lagi.
"Udah kan?" Tanya Imelda dan diangguki oleh Vega.
Setelah itu Imelda melangkah pergi dari hadapan Vega dan Divia lalu menuju kedapur untuk mengambil pesanan keduanya.
Tanpa ada yang mengetahui, Vega tersenyum tipis. Gadis itu terlihat sangat imut dengan penampilannya saat ini.