Bel yang tergantung dipintu cafe selalu berbunyi. Menandakan keluar masuknya pengunjung cafe itu.
Malam minggu!
Disaat kebanyakan anak remaja diluar sana menikmati malam minggunya untuk bersantai dan berjalan-jalan bersama pasangannya ataupun kawannya. Sedangkan Imelda menggunakan waktu malam minggunya untuk bekerja.
Dulu! Mungkin dia juga sama dengan remaja-remaja itu,namun sekarang semuanya sudah berbeda. Sekarang tidak ada lagi waktu untuk menikmati itu, karena dia harus bekerja untuk menafkahi hidupnya sendiri.
Lihatlah! Batapa sibuknya gadis itu saat ini. Bulak balik kesana kemari hanya untuk melayani pelanggan yang baru saja datang.
Berhubung ini adalah malam minggu, jadi cafe pun menjadi semakin rame seiringnya malam yang semakin larut.
"Steak satu, burger triple chesse satu, Jus alpukat satu, dan lemon tea satu." Imelda kembali membaca pesanan pelanggan yang kini sedang dilayaninya "Ada lagi?" Tanya Imelda sambil memandang kedua pasangan muda dihadapannya.
"Ada." Kata seorang pelanggan cowok itu yang membuat Imelda dan juga kekasihnya menengok kearahnya. "Boleh minta nomor hp'nya." Lanjutnya yang membuat Imelda melongo seketika.
Tanpa rasa ragu ataupun takut, sicowok itu menyodorkan ponselnya kearah Imelda.
Mata Imelda melirik kearah gadis yang duduk dihadapan laki-laki itu. Rupanya gadis itu tengah menatap kekasihnya dengan tajam.
Imelda tersenyum kaku "Tunggu lima menit pesanan akan segera datang."
Setelah mengataka itu, Imelda melangkahkan kakinya pergi dari sana. Sayup-sayup Imelda mendengar sang gadis itu mengomel ke cowoknya dan itu membuat Imelda bergidik ngeri, sampai-sampai Bak Imas yang sedang menata makanan menyeringit heran ketika melihat Imelda masuk kedalam dapur sambil menggidikan bahunya berkali-kali.
"Kamu teh kenapa mel?" Tanya Bak imas ketika Imelda sudah berdiri disampingnya.
"Gak apa-apa Bak." Jawabanya "Bak boleh minta tolong gak?" Tanya Imelda.
"Minta tolong naon?"
"Embak nanti tolong anterin makanan kemeja nomor 5 yah."
Bak Imas menghentikan kegiatannya lalu membalikan badanya menghadap Imelda "Loh, emang kenapa? Kok kamu gak mau?"
"Risih tau Bak, masa kan cowok yang duduk disana terang-terangan minta nomor hp saya padahal dihadapannya ada pacarnya.".
Bak Imas yang mendengar ucapan Imelda pun tertawa. Sedangkan Imelda menyeringit heran, tak tahu letak kelucuannya dimana.
"Kenapa sih Bak?" Tanya Imelda.
Bak Imas menghentikan tawanya lalu menggelengkan kepalanya "Gak apa-apa kok." Kata Bak Imas "Kalo embak yang anterin pesenan orang itu berarti kamu anterin nih pesenan orang yang duduk dimeja nomor 17." Bak Imas menyodorkan makanan yang tadi ditatanya.
Imelda menatap makanan itu sebentar, lalu setelah itu menganggukkan kepalanya. Gadis itu mengeluarkan buku kecilnya lalu memberikannya kepada Bak Imas dan langsung diterima oleh perempuan itu.
"Itu pesenannya bak." Kata Imelda dan diangguki oleh Bak Imas.
"Yaudah sana, anterin makanan itu. Soalnya orangnya udah nungguin dari tadi."
Imelda menganggukkan kepalanya lalu melangkahkan kakinya. Namun ketika dia akan membuka pintu dapur, gadis itu menghentikan langkahnya lalu kembali membalikan badannya menghadap Bak Imas.
"Bak." Panggil Imelda yang membuat Bak Imas menoleh kearahnya.
"Kenapa Mel?"
"Lina belum balik lagi?" Tanyanya ketika mengingat Lina belum juga pulang kecafe padahal gadis itu sudah pergi dari dua jam yang lalu untuk membeli bahan-bahan makanan.
Bak Imas menggelengkan kepalanya "Belum, kayanya sih dia jalan-jalan dulu tuh sama pacarnya." Kata Bak Imas.
"Dia pergi sendiri?"
"Iyah."
"Emang Kak Adib kemana? Kan biasanya dia yang nemenin kalo mau beli bahan-bahan dapur."
"Lina gak mau, dia mau sendiri." Kata Bak Imas "Emang kenapa sih Mel?"
Imelda menggelengkan kepalanya lalu setelah itu kembali melanjutkan langkahnya. Entahlah! Imelda juga tidak tahu kenapa dirinya tiba-tiba menanyakan Lina.
"Permisi mas, bak, ini makanannya." Kata Imelda lalu meletakan nampan berisiĀ makanan yang dibawanya diatas meja.
Kring
"Whahahah iyah, iyah! Gue juga tau."
Suara bel dan tawa yang menggelegar itu membuat beberapa pasang mata termasuk Imelda menoleh kearah pintu masuk.
Pandangan Imelda tak lepas dari tiga orang laki-laki yang baru saja memasuki cafe lalu menempati kursi tempat yang masih kosong.
"Bak!"
"Ah iyah." Imelda tersentak kaget lalu mengalihkan pandangannya kearah dua manusia berpasangan didepannya.
"Ini pesanan saya kan?" Pengunjung perempuan itu menunjuk piring yang masih dipegang oleh Imelda.
"Ah, iyah." Kata Imelda lalu meletakan makanan itu diatas meja "Maaf saya melamun." Kata Imelda dan diangguki oleh pengunjung itu.
"Selamat menikmati makanannya."
Setelah mengatakan itu, Imelda melangkah pergi dari sana, lalu menghanpiri pengunjung yang baru saja memasuki cafe itu.
"Permisi mau pesan apa?" Tanya Imelda yang membuat tiga orang yang dihadapannya menoleh kearahnya.
Dua dari tiga orang laki-laki menyeringit heran. Matanya menatap Imelda dari atas sampai bawah.
Sedangkan satu orang lagi nampak biasa dan santai. Seolah dia sudah tak terkejut dengan kehadiran Imelda disana.
"Bran, lo kenal Imelda anak kelas kita kan?" Tanya seorang laki-laki dengan jaket hitam tanpa mengalihkan pandangannya dari Imelda.
Brandon menganggukan kepalanya "Kenal banget No." Jawabnya yang juga sama tak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Imelda.
"Kok gue ngerasa, kalo orang didepan kita ini Imelda sigadis jadi-jadian itu yah." Kata Yuno.
Brandon melepas kaca matanya, lalu mengucek-ucek matanya setelah itu kembali memakai kaca matanya.
Brandon menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya "DIA BENERAN IMELDA NO!" Teriaknya sambil menepuk-nepuk pundak Yuno yang duduk disampingnya.
Vega menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia lebih memilih untuk melihat-lihat menu makanan dari pada ikut bergabung dengan kedua temannya yang gesreg.
"WAHHH IYAHHH BRAN! DIA IMELDA!" Teriak Yuno.
Imelda menutup kedua telinganya "Aduhh! Mulut kalian berdua kaya cabe rawit banget sih!" Kesalnya.
Brandon bangkit dari duduknya lalu berdiri dihadapan Imelda. Laki-laki berkacamata itu memandang Imelda dari atas sampai bawah.
Laki-laki itu menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya "Gue baru tau kalo Imelda bisa secantik ini." Celetuknya.
Imelda mendorong wajah Brandon hingga membuat laki-laki itu terduduk lagi "Basi lo!" Kata Imelda.
"Cepet mau mesen apa? Gue disini gak cuma buat layanani kalian doang."
"Spageti carbonara satu, milkhshake mangga satu."
Suara itu berhasil mengalihkan pandangan Imelda, Brandon, dan juga Yuno kearah Vega.
Imelda menganggukkan kepalanya lalu mencatat pesanan milik Vega dibuku kecilnya.
"Ehm! Bran kok tenggorokan gue gatel yah." Kata Yuno sambil memegang tenggorokannya.
"Kenapa No? Digigit semut?"
Yuno memandang Brandon dengan kesal "Bukan! Digigit gajah!" Balasnya dengan asal.
"Ohh!" Seru Brandon dengan mulut terbuka membuka huruf 'O'
Yuno mengepalkan tangannya, ingin sekali dia menendang orang disampingnya itu kepulau Komodo agar bergabung dengan saudaranya yang lain.
Imelda mengulum senyumnya ketika melihat wajah kesal Yuno begitupun dengan Vega.
"Udah cepet mau pesen apa?"
"Samain!" Kata Yuno dengan kesal.
Imelda menganggukkan kepalanya lalu mencatat pesanan Yuno dan setelah itu beralih menatap Brandon.
"Lo!"
"Gue kenapa?"
"Lo pesen apa?"
Brandon nampak berfikir sejenak "Disini yang enak apa?"
"Semuanya enak, kalo gak enak gak akan dijual."
"Yang paling mahal apa?"
Imelda mendengus kesal. Kenapa harus bertele-tele seperti ini sih.
"Lo gak liat ada buku menu!" Imelda menunjuk buku menu yang berada dihadapan Vega "Lo baca aja sendiri disitu apa yang mahal!"
"Gue heran kenapa orang galak kaya lo bisa jadi pelayan restauran ini." Brandon bergidik ngeri lalu mengambil buku menu dan membukanya.
Dia sedikit membaca-baca sebentar "Gue spageti carbonara sama milkshake mangga."
Imelda menggeram kesal, matanya menatap tajam kearah Brandon. Gadis itu meremas pulpen yang ada ditangannya hingga membuat pulpen itu retak dan hancur dalam seketika.
Kini, giliran Yuno yang menahan tawanya ketika melihat wajah merah padam Imelda.
"Kenapa sih?" Tanya Brandon dengan polosnya ketika melihat tatapan tajam Imelda.
"Kenapa orang bego didunia ini harus dilahirkan."
Setelah mengatakan itu, Imelda melangkah pergi dari sana. Berada didekat mereka lama-kelamaan bisa membuat mode singanya aktif kembali.
"Kenapa sih No?" Tanya Brandon kepada Yuno.
Yuno menoyor kepala Brandon "Lah elo cuma mau pesen itu pake bertele-tele. Pake nanya yang paling enak apa lah? Yang paling mahal apa lah? Eh akhirnya mesennya samaan kaya gue dan Vega."
"Loh emang lo sama Vega mesen itu juga?"
"Dari tadi telinga lo dimana sih?" Kata Yuno.
"Disini!" Brandon menyentuh telinganya "Dari semenjak gue lahir telinga gue gak pindah-pindah kok."
Yuno mengacak rambutnya fruatasi "Bodo amat bukan temen gue!" Kata Yuno lalu menjatuhkan kepalanya diatas meja.
Brandon menyeringit heran lalu berlaih menatap Vega "Kenapa sih Ga?"
Vega mengangkat bahunya acuh. Setelah itu dia memfokuskan dirinya keponsel yang berada ditangannya agar Brandon tak lagi bertanya kepadanya.
Sedangkan Brandon memandang kedua temannya dengan bingung. Dia menimbang-nimbang, apakah dirinya salah bicara lagi?