Galen melangkahkan kakinya mendekati pintu rumah mewah yang berada di hadapannya setelah memarkirkan mobilnya dihalaman rumah itu.
Tanpa membuang waktu lagi, Galen langsung menekan bel yang berada di dinding dekat pintu ketika dirinya sudah berada dihadapan pintu bercat putih tersebut.
Setelah tiga kali menekan bel rumah itu, akhirnya suara langkah seseorang mulai mendekati pintu hingga sampai akhirnya benda persegi panjang berwarna putih itu terbuka dan menampakkan perempuan paruh baya didalamnya.
"Oh, den Galen toh!" Sapa perempuan itu.
Galen tersenyum lalu menyalimi tangan Bok Inem "Assalamu'alaikum Bok."
"Wa'alaikumssalam den." Jawab Bok Inem "Mau ketemu non Ratu yah?"
Galen menganggukkan kepalanya "Iyah, ada kan Bok?"
"Ada." Jawab Bok Inem lalu membuka lebar pintu itu "Ayo masuk den."
Galen menganggukkan kepalanya, lalu masuk kedalam rumah milik Ratu.
"Aden mau ke kamarnya atau Embok yang mau manggil?" Tanya Bok Inem ketika keduanya sudah berada diruang tamu.
Galen nampak berfikir sejenak "Ratu lagi ngapain?"
"Non Ratu lagi main piano. Bibi barusan juga abis dari sana nganterin cemilan sama susu."
"Galen ke kamarnya aja deh." Kata Galen.
"Yaudah. Den Galen mau minum apa? Susu? Teh? Jus? Kopi? Coklat anget atau apa?"
Galen menggelengkan kepalanya sambil tersenyum "Gak usah Bok, saya kesini cuma sebentar doang kok."
"Beneran?"
Galen mengangguk "Iyah." Jawabnya "Kalo gitu saya ke kamar Ratu dulu yah Bok."
"Iyah, monggo den."
Galen melangkahkan kakinya meninggalkan Bok Inem lalu menuju tangga rumah Ratu dan menaikinya dengan sedikit berlari hingga sampai akhirnya dia menghentikan langkahnya didepan pintu bercat Pink.
Dari antara pintu lainnya, hanya pintu kamar Ratu'lah yang bercat berwarna pink. Sedangkan yang lainnya berwarna putih.
Galen mengangkat tangannya, mengetok pintu kamar gadis itu.
Tok tok tok
"Siapa?" Tanya Ratu dari dalam kamarnya.
"Aku Ra, Galen." Jawab Galen.
"Ohh, masuk aja Len."
Galen sedikit menganggukkan kepalanya, lalu setelah itu memutar kenop pintu yang berada dihadapannya hingga membuat benda itu terbuka lebar.
Gadis yang sedang duduk didepan piano itu menyambut kedatangan Galen dengan senyum manisnya.
"Lagi coba nada baru lagi?" Tanya Galen sambil melangkah mendekati Ratu dan berdiri disamping gadis itu.
Ratu menganggukkan kepalanya "Iyah."
"Terus udah ketemu?"
"Belum." Jawab Ratu sambil menggelengkan kepalanya.
Galen memanggut-manggutkan kepalanya "Udah makan?"
"Udah."
"Minum obat?"
"Udah Galen."
"Bener?"
"Iyah, kalo gak percaya tanya aja sama embok." Kata Ratu sedikit kesal.
Galen terkekeh lalu mengacak rambut Ratu "Iyah percaya kok." Katanya, lalu melangkahkan kakinya mendekati sofa yang berada dikamar Ratu dan menjatuhkan bokongnya disana.
Ratu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Galen lalu menjatuhkan bokongnya disamping Galen.
"Galen kenapa kesini?" Tanya Ratu.
"Ada sesuatu yang pengen aku omongin ke kamu."
"Apa?"
Tanga Galen terulur untuk mengelus puncak kepala Ratu dengan sayang "Imel bilang, kamu lagi deket sama Angkasa iyah?"
Ratu mengangguk "Iyah, emang kenapa?"
"Kamu tau kan kalo Angkasa bukan orang yang bener?"
Lagi-lagi Ratu menganggukkan kepalanya "Iyah aku tau, tapi Angkasa kemarin bilang kalo dia mau berubah demi aku."
"Terus kamu percaya?"
"Percaya kok."
"Kenapa?"
"Karena Angkasa itu sayang sama Ratu. Dan karena dia sayang, dia mau ngerubah sikapnya biar Imelda percaya kalo Angkasa bisa ngejaga Ratu dengan baik dan gak akan nyakitin Ratu lagi."
Galen tersenyum lembut "Ra, jangan terlalu percaya dengan omongan laki-laki. Karena tidak sepenuhnya yang dimongin sama dia itu bener." Kata Galen "Kalo boleh tau, sejak kapan kamu deket sama dia?"
Ratu terdiam, gadis itu mengigit bibir bawahnya "Sa..satu bulan yang lalu."
"Terus kenapa kamu gak cerita sama aku atau pun Imelda?"
"Maaf." Lirih Ratu sambil menundukan kepalanya.
"Kamu dilarang sama Angkasa supaya gak cerita sama aku atau pun Imelda?"
Dengan cepat Ratu mengangkat kepalanya lalu menggeleng "Enggak, Angkasa gak larang Ratu buat cerita."
"Terus?"
Ratu membuang tatapannya kearah lain, dia tidak bernai menatap mata Galen.
"Ratu yang sembunyiin ini semua dari kalian. Angkasa gak ada sangkut pautnya. Karena kalo Ratu cerita, Imelda pasti bakal ngelarang Ratu deket sama Angkasa karena dia benci banget sama Angkasa." Kata Ratu
"Imel ngelarang itu demi kebaikan kamu. Kita gak mau kamu kenapa-napa Ra."
"Ratu tahu Galen." Kata Ratu sambil menoleh kearah Galen "Tapi kalian harus tau, Angkasa gak seburuk yang kalian kira. Coba kalian kenali dia lebih deket, kalian pasti tau gimana dia."
"Angkasa baik, sangat baik. Dia juga penyang orangnya. Selama Ratu deket sama dia, dia gak pernah macem-macem sama Ratu. Dia ngejagain Ratu dengan baik, bahkan..."
Ratu kembali membuang pandangannya kearah lain.
"Lebih baik dari pada Galen jagain Ratu." Lanjutnya "Dia selalu perhatiin Ratu setiap saat. Kalo kalian pengen tahu, Ratu sering jalan sama dia. Tapi Ratu sengaja gak cerita sama kalian, karena apa? Karena Ratu ngerasa kalian sekarang berbeda."
"Beda gimana?" Tanya Galen tak mengerti.
Ratu menghela nafas panjang "Galen sekarang lebih sering sama Imelda bahkan sekarang jarang ngasih kabar ke Ratu dan jarang merhatiin Ratu." Jawab Ratu "Dan Imelda juga sekarang sibuk, dia juga gak pernah perhatiin Ratu lagi. Kalian berdua beda, Ratu ngerasa kalo sekarang Ratu mulai terasingkan oleh kalian."
Galen terdiam. Jadi ini alasan Ratu dekat dengan Angkasa. Karena sekarang dirinya jarang memperhatikannya lagi.
Yah, Galen sadar diri kalo dirinya sekarang jarang memperhatikan Ratu dan lebih dominan bersama Imelda. Padahal dulu, dia lebih dominan bersama Ratu bukan Imelda. Tapi Imelda tak mempermasalahkan itu, Imelda berfikir, mungkin Ratu lebih membutuhkan Galen dari pada dirinya.
Galen menghela nafas panjang lalu menarik Ratu kedalam pelukannya. Tangannya mengelus rambut hitam panjang milik gadis itu.
"Maaf." Kata Galen "Tapi kamu harus tau Ra, walaupun kita jarang perhatiin kamu bukan berarti kita gak sayang sama kamu. Kita sayang, sangat sayang sama kamu." Kata Galen.
"Kamu tahu kan kalo Ratu gak suka diasingin." Lirih Ratu dengan nada yang mulai bergetar.
"I know, tapi kamu juga tau kan kalo Imelda sekarang lagi butuhin aku. Dia kesepian Ra, kamu pasti tau gimana kehidupan Imelda kan."
"Aku juga kesepian, Mama sama Papa sibuk kerja. Sedangkan aku sendirian dirumah."
"Kamu gak sendiri, kamu masih ada Bok Inem. Sedangkan Imelda, dia udah gak punya siapa-siapa. Bi siti dipecat sama Om Angga. Dan Om Angga juga mau pindah keluar negeri." Jawab Galen "Mama sama Papa kamu emang selalu sibuk kerja, tapi mereka melakukan itu semua demi kamu. Biar kamu gak kekurangan dan kesusahan. Mereka pengen kamu hidup dengan layak dan itu tandanya mereka sayang sama kamu. Sedangakan Imelda?"
Galen menjeda ucapan berikutnya. Laki-laki itu mengambil nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan.
"Kamu liat sendiri kan dia sekarang kerja banting tulang buat menuhin semua kebutuhannya. Itu karena Om Angga udah gak menafkahi Imelda lagi. Imelda masih punya orang tau, tapi dia hidup kaya sebatang kara. Dia selalu diasingkan oleh Papanya, gak pernah diperhatiin, apa-apanya selalu sendiri. Sedangkan kamu, kamu masih enak, uang masih dikasih, orang tua masih komplit, perhatian, dan sayang sama kamu. Jadi jangan pernah berfikir kalo kamu sendiri dan udah gak ada yang sayang lagi sama kamu." Kata Galen.
"Maaf." Lirih Ratu disertai isakannya "Maaf kalo selama ini Ratu egois." Kata Ratu.
Galen menganggukkan kepalanya, laki-laki itu menarik kepala Ratu agar menjauh lalu setelah itu dia menghapus air mata Ratu menggunakan ibu jarinya.
Galen tersenyum lalu mencium kening Ratu "Kita semua sayang sama kamu."
Ratu tersenyum lalu kembali memeluk Galen. Setidaknya kini dia sedikit tenang karena Galen telah menjelaskan alasannya mengapa dia sedikit berbeda.
"Jadi, masih mau deket sama Angkasa?" Tanya Galen.
Ratu menjauhkan tubuhnya, membuat pelukannya terlepas. Gadis itu menganggukkan kepalanya.
"Ratu bakal tetap deket sama Angkasa. Ratu pengen angkasa berubah, siapa tau aja Angkasa mau buktiin omongannya."
Galen menghela nafas panjang. Ia kira setelah menjelaskan semuanya Ratu akan berubah fikiran. Namun nyatanya salah, Ratu tetaplah Ratu. Gadis keras kepala dan tidak dapat diatur.