Chereads / Teen Taste / Chapter 15 - Bab 15

Chapter 15 - Bab 15

Sebuah map merah terbanting tepat dihadapan Imelda. Namun gadis itu tetap terlihat santai dan tetap memainkan kuku-kukunya yang baru saja ia warnai tadi.

Sedangkan wanita berkaca mata dengan rambut bersanggul didepannya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Imelda.

"Imelda bisakah kamu hargai saya sedikit!" Kata Bu Susi yang jengah akan sikap Imelda.

Imelda menoleh kearah Bu Susi "Mau berapa? 1 juta? 2 juta? Apa 1 Miliar?" Tanya Imelda.

"Maksud saya kamu hargai keberadaan saya!" Kesal Bu Susi "Apa kamu tidak bisa bersikap sedikit sopan  dengan guru kamu?!"

Imelda menghela nafas panjang lalu menegakkan duduknya "Oke! Jadi apa yang ingin ibu bicarakan dengan saya?" Tanya Imelda "Mohon langsung ke intinya. Karena saya tidak suka berbasa-basi, apa lagi dengan ibu Susi terhormat."

Lagi-lagi Bu Susi dibuat geleng-geleng kepala oleh Imelda. Wanita berumur 38 itu menyodorkan map merah itu ke hadapan Imelda.

"Ibu tidak tau bagai mana lagi menangani kamu." Kata Bu Susi menjeda ucapan berikutnya "Hampir setiap hari guru yang mengajar dikelas kamu melapor jika kamu membolos mata pelajaran."

Imelda memanggut-manggutkan kepalanya dengan mulut melengkung kebawah. Lalu tangannya meraih map itu dan membukanya.

"Sebenarnya mau kamu apa Imelda? Jika saja kamu bukan anak pemilik sekolah, mungkin saya sudah keluarkan kamu sejak lama."

"Lalu apa masalahnya jika saya anak pemilik sekolah?" Tanya Imelda "Jika ibu ingin keluarkan saya, silahkan. Tidak ada yang melarang bukan?"

"Bagai mana bisa? Kamu anak pemilik sekolah ini. Ayah kamu akan marah jika saya mengeluarkan kamu."

Imelda menutup map yang sedang dipegangnya. Lalu setelah itu menoleh kearah Bu Susi.

"Ibu yakin Ayah saya akan marah jika ibu keluarkan saya?" Imelda menaikkan sedikit alis'nya.

"Tentu saja!"

"Kenapa?"

"Karena kamu anaknya."

Imelda tersenyum miring lalu melipat kedua tangannya dan meletakkannya diatas meja "Coba ibu tanya kepada 'Ayah' saya, apakah saya masih anaknya atau bukan." Kata Imelda yang sengaja menekan kata 'Ayah' di kalimat'nya.

Setelah itu, Imelda bangkit dari duduknya "Jika memang ibu ingin mengeluarkan saya, silahkan! Tidak ada yang melarang dan tidak akan yang marah."

Setelah mengatakan itu, Imelda melangkah pergi dari sana. Meninggalkan Bu Susi dengan seribu pertanyaan yang tersimpan di kepalanya.

Sedangkan Imelda, hanya terlihat santai dan seolah-olah tak terjadi apa-apa. Gadis itu merongoh saku bajunya dan mengeluarkan ponsel miliknya lalu menekan nomor seseorang disana.

Setelah itu dia menempelkan ponsel'nya di telinga, menunggu seseorang itu menjawab telfon'nya.

"Halo! Temuin gue dirooftop. Ada yang pengen gue omongin dan gak usah pake lama!"

Tutt

Tanpa menunggu balasan dari lawan bicaranya ditelfon, Imelda sudah memutuskan panggilannya dan berjalan menuju Rooftop.

○●○

"Ada apaan sih? Kok kayanya penting banget?" Tanya seseorang yang baru saja masuk kedalam rooftop lalu menjatuhkan bokongnya disamping Imelda.

Galen meyodorkan satu cup kopi yang dibawanya kearah Imelda dan langsung diterima oleh gadis itu.

Imelda meneguk kopinya lalu setelah itu menegakkan duduknya. Helaan nafas berat terdengar dari gadis itu sebelum akhirnya membuka bicara.

"Ratu."

Galen menyeringit heran "Ratu ada dikelasnya, tadi sebelum gue kekantin juga nengokin dia dan ngajak kekantin. Tapi dia gak mau dan lagi asik sama hp'nya."

Imelda menatap tajam kearah Galen lalu memukul kepala laki-laki itu hingga membuatnya meringis.

"Awww!" Jerit Galen "Lo kenapa sih?" Tanya Galen.

"Gue bukan nanya Ratu lagi apa bego." Kesal Imelda.

"Terus?"

"Gue mau ngomong sesuatu tentang Ratu." Jawab Imelda.

Galen menaikkan satu alisnya "Sesuatu?" Tanya Galen "Apa?"

Imelda mengusap wajahnya dengan gusar "Dia lagi deket sama Angkasa."

"Hah!" Mata Galen membulat, mulutnya terbuka lebar "Ja..jangan bilang Angkasa yang lo maksud itu anak kelas IPS 5."

"Emang ada, anak kelas lain yang namanya Angkasa selain kelas IPS 5?"

Galen nampak berfikir sejenak lalu setelah itu menggelengkan kepalanya "Emang gak ada sih!" Jawabnya.

Imelda mendengus kesal "Emang gak ada bodoh!" Kesalnya.

"Terus emang kenapa kalo Ratu deket sama Angkasa?"

Imelda menatap tak percaya kearah Galen "Lo Gila hah? Lo emang gak tau kabar yang beredar tentang orang itu. Dia itu cowok berengsek Len."

"Oh iyah, teman sekelas gue aja stres gara-gara tuh orang. Katanya sih gara-gara diperawanin sama Angkasa."

"Itu yang gue takutin Len." Kata Imelda dengan sendu "Gue takut Ratu jadi korban Angkasa selanjutnya."

"Lo dulu tau kan temen gue, Bina? Dia hamil gara-gara Angkasa tapi cowok itu gak mau ngakuin kesalahannya."

"Lo udah ngomong sama Ratu?"

"Udah tapi dia tetep gak mau dengerin gue. Lo tau sendiri si Ratu keras kepala orangnya." Kata Imelda lalu menyenderkan tubuhnya dikepala sofa "Gue gak mau Ratu kenapa-napa Len. Gue gak mau sibrengsek itu hancurin masa depan Ratu."

"Kok Ratu bisa sih deket sama cowok kaya Angkasa?"

"Gue gak tau insiden jelasnya gimana. Tapi yang Ratu bilang, Angkasa pernah nolongin dia. Terus dia ngeDM Ratu sampe akhirnya deket kaya gini."

Galen mengangguk-anggukan kepalanya "Ratu juga kenapa coba baru cerita. Biasanya dia kan langsung cerita kalo ada yang ngedeketin dia."

"Itu yang buat gue bingung Len. Gue ngerasa Angkasa ngelarang Ratu buat cerita ke kita kalo mereka lagi deket."

"Terus sekarang kita harus gimana? Apa harus gue suruh Ratu jauhin Angkasa?"

Imelda menganggukkan kepalanya "Coba lo ngomong pelan-pelan sama Ratu. Kan biasanya kalo lo yang ngomong Ratu bakal nurut. Kalo gue yang ngomong nanti takut kelepasan."

Galen memanggut-manggutkan kepalanya "Oke nanti gue ngomong sama dia." Kata Galen lalu menoleh kearah Imelda.

Laki-laki itu tersenyum melihat wajah khawatir Imelda. Lalu tangannya terulur untuk merangkul pundak Imelda dan mengelusnya.

"Gue tahu apa yang lo rasain Mel. Walaupun nanti Ratu gak mau dengerin apa kata gue dan ngelanjutin hubungannya sama Angkasa, kita gak boleh sampe lalai. Kita harus terus pantau dia walaupun dari jauh." Kata Galen.

Imelda menoleh kearah Galen "Gimana? Gue udah gak sebebas dulu Len. Lo tau kan kalo sekarang gue kerja, jadi gue gak bisa setiap waktu jagain dia."

"It's Ok! Harta gue banyak, jadi gue bisa bayar orang buat pantau si Ratu." Galen mengedipkan sebelah matanya ke Imelda.

Imelda terkekeh lalu mendorong wajah Galen hingga membuat laki-laki menjauh darinya.

"Dasar!" Kata Imelda.

"Oh iyah, katanya tadi lo dipanggil sama Bu Susi? Kenapa lagi sih?" Tanya Galen.

"Biasa lah!" Kata Imelda "Guru-guru disini kan tukang ngadu orangnya."

Galen menoyor kepala Imelda "Bukan tukang ngadu, tapi itu emang tugas mereka buat ngelapor kalo ada murid nakal yang gak pernah masuk kelas."

"Sama aja, intinya mah mereka tukang ngadu." Bantah Imelda.

Galen menggeleng-gelengkan kepalanya "Lagian elo gak capek apa kaya gini terus? Lo gak capek dipandang jelek terus sama orang-orang hah?"

Imelda melipat kedua tangannya didada "Gue hidup untuk diri gue sendiri bukan buat orang lain. Dan gue ngelakuin hal yang gue suka bukan yang orang lain suka. Ini hidup gue, diri gue sendiri, jadi mereka gak berhak mengatur-ngatur hidup gue."

Galen terkekeh "Quetos dari mana tuh? Pasti dari instagram yah."

Imelda menoleh kearah Galen "Enak aja. Kreatif dikit kek jadi orang, jangan mentang-mentang gue gak pernah belajar lo kira gue gak kreatif ?" Tanya Imelda "Biar gini-gini gue juga pinter kali." Katanya.

"Pinter kalo gak bodoh yah!" Ejek Galen sambil terkekeh.

Imelda mendengus kesal lalu mengalihkan pandangannya kearah depan. Fikirannya kembali teringat kepada Ratu "Kalo suatu saat terjadi apa-apa dengan Ratu, gue gak akan pernah maafin diri gue sendiri." Kata Imelda.

Galen kembali mengelus pundak Imelda "Gue pastiin suatu itu tidak akan pernah terjadi." Katanya sambil menatap wajah Imelda dari samping.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan diatara mereka. Keduanya sama-sama membisu dan sibuk dengan fikirannya masing-masing.

Imelda yang sibuk memikirkan cara agar Ratu mau menjauh dari Angkasa.

Sedangkan Galen yang sibuk menatap wajah Imelda dari samping tanpa sepengetahuan gadis itu.

Galen tersenyum, ada gelenjar aneh didalam hatinya yang dia tidak tahu apa itu?

Yang jelas, dia suka melihat wajah damai Imelda seperti ini. Gadis itu lebih terlihat manis dan...

Cantik!

Galen terkikik sediri ketika kata itu terlintas dikepalanya. Dia yakin jika mengatakan itu langsung dihadapan Imelda maka dirinya akan dihadiahi ciuman tangan dipipinya.

Imelda menoleh kearah Galen ketika mendengar cekikian laki-laki itu "Kenapa sih?" Tanya Imelda.

Galen menggelengkan kepalanya "Gak apa-apa." Jawabnya lalu bangkit dari duduknya "Ke kantin yuk, gue laper."

Imelda mendongkakkan kepalanya agar dapat melihat wajah Galen "Bukannya tadi lo bilang udah kekantin?"

"Iyah, tapi cuma beli kopi. Soalnya keburu lo telfon sih."

Imelda memanggut-manggutkan kepalanya, lalu setelah itu bangkit dari duduknya dan berjalan beriringan bersama Galen menuju kantin.