Hari minggu, adalah hari yang pas untuk bermalas-malasan dirumah. Tidur hingga menjelang siang tanpa ada yang menganggu itulah keinginan Imelda.
Namun sayang itu hanya sebuah harapan. Baru saja menunjukan pukul tujuh pagi, dirinya sudah kedatangan tamu tak diundang yang mengganggu tidurnya.
"Ayolah Mel kita keMall" Rengek Ratu untuk kesekian kalinya sambil mengguncang tubuh Imelda yang masih terlentang dikasurnya dengan sebuah selimut menutupi seluruh tubuhnya.
"Ini hari minggu Mel, seharusnya kita gunain buat seneng-seneng jangan buat tidur doang." Kata Galen yang duduk disofa dekat kasur Imelda.
Imelda mendengus kesal lalu membuka selimutnya "Gue gak mau, hari ini gue pengen dirumah aja. Kalian aja sono pergi berdua" Kata Imelda sambil mengibaskan tangannya.
Ratu mengercutkan bibirnya "Ayolah lah Mel. Ratu pengen belanja" Mata Ratu mulai berkaca-kaca.
Imelda menghela nafas panjang "Lo belanjanya sama Galen aja yah, sekalian minta Galen buat bayarin semua belanjaan lo." Kata Imelda mencoba untuk bersabar.
"Gak mau! Ratu pengennya Imel ikut" Ratu menyentak-nyentakan kakinya dilantai.
"Kalo gue ikut nanti gue kesananya sama apa? Galen kan bareng elo"
"Imel kan punya motor. Imel bawa motor aja sendiri, atau enggak minta supir Imel nganterin"
"Gue males bawa motor Ra, terus mang Edo kan stay dikantor papa nungguin Papa"
Galen berdecak sebal "Ck! Gak usah banyak alesan deh. Mending sekarang lo bangun terus mandi"
"Kagak! Gue kagak mau" Teriak Imelda "Gue males bawa motor sendiri, gue males pergi kemana-mana" Lanjutnya.
"Imel." Panggil Ratu dengan suara yang parau dengan air mata yang akan menetes sebentar lagi "Imel jahat gak mau temenin Ratu. Kalo Ratu belanjanya sama Galen gak seru"
Imelda menghela nafas kasar. Sabar, dirinya harus sabar menghadapai gadis didepannya itu.
"Kalo lo gak mau bawa motor sendiri, lo ajak aja Vega. Dia pasti mau tuh"
Imelda mengambil bantal disampingnya lalu melemparkannya kearah Galen dan pas mengenai muka laki-laki itu.
"Bisa gila gue kalo deket-deket dia." Imelda menggidikan bahunya.
"Yaudah, kalo Imel gak mau ikut, Ratu nangis nih." Ancam Ratu sambil memanyunkan bibirnya kedepan sedangkan matanya sudah berkaca-kaca "Dan Ratu mau ngambek sama Imel, gak mau ngomong sama Imel satu bulan bahkan selamanya kalo perlu."
Imelda mendengus kesal, lalu setelah itu dia turun dari kasurnya dan pergi kekamar mandi.
Ratu tersenyum senang lalu mengusap matanya yang akan meneteskan air mata sebentar lagi.
"Luluh juga tuh anak" Gumam Galen.
Belum juga lima menit lamanya Imelda masuk kedalam kamar mandi, kini gadis itu sudah keluar dari dalam sana.
"Lo gak mandi Mel?" Tanya Galen.
"Gak!" Jawab Imel sambil melangkah menuju meja riasnya lalu menuangkan bedak tabur ketelapak tangannya lalu mengusap-usapkan kewajahnya.
"Ihh Imel jorok banget gak mandi." Kata Ratu sambil menutup hidungnya.
Imelda yang sedang menyisir rambutnya mendengus kesal "Kalo mandi nanti lama. Emang lo mau nunggu gue?"
Ratu menyengir kuda lalu menggelengkan kepalanya "Enggak" Jawabnya.
"Lah, lo gak ganti baju?" Tanya Galen ketika melihat Imelda menyemprotkan parfum kebaju yang sedari tadi ia gunakan untuk tidur.
"Males, baju ini aja masih bersih" Jawab Imelda dengan santainya lalu bangkit dari duduknya dan mengambil slim bagnya.
"Lo jadi cewek jorok amat sih. Gak mandi, gak ganti baju. Apa jangan-jangan lo gak cebok juga yah" Kata Galen sambil terkekeh.
Imelda yang sedang memakai tas'nya melotot kearah Galen "Mulut lo yah!" Kesalnya "Gue jahit baru tau rasa"
Galen terkekeh "Lagian elo, katanya cewek tapi kelakuan gak ada anggun-anggunnya"
"Bacot lo!" Kata Imelda.
"Udah yuk cepetan, udah siang nih." Kata Ratu setelah melirik jam pink yang melingkar ditangannya.
Galen menganggukan kepalanya lalu bangkit dari duduknya "Lo mau sama Vega apa bawa motor sendiri?" Goda Galen.
"Lo sekali lagi sebut-sebut nama Vega tak tendang ke Neptunus yah!" Kesal Imelda yang membuat Galen tertawa.
"Yakan siapa tau aja lo mau sama Vega gitu"
"GALEN!" Teriak Imelda.
Ratu mendengus kesal "Kalian kalo ribut terus kapan perginya" Kesal Ratu sambil bangkit dari duduknya dan pergi dari kamar Imelda medahului kedua temannya itu.
"Gara-gara elo tuh Mel." Galen menunjuk Imelda lalu pergi menyusul Ratu.
Sedangkan Imelda mengelus dadany "Gue terus yang disalahin." Kata Imelda lalu dengan malas melangkah keluar kamarnya.
○●○
Sudah dua jam lamanya mereka berkeliling, namun Ratu belum menemukan satupun baju yang diinginkannya.
Sedangkan Imelda sudah mendapatkan satu kemeja berwarna maroon yang kini sudah ada ditangannya dan tinggal membayarnya kekasir.
"Kamu sebenernya mau baju kaya gimana sih Ra?" Tanya Galen yang setia mengekori Ratu dari tadi.
Sedangkan Imelda memilih untuk menunggu sambil duduk dikursi yang berada tak jauh dari posisi Ratu dan Galen sekarang.
Ratu yang sedang memilih-milih baju menggelengkan kepalanya "Gak tau." Jawabnya dengan polos.
Galen mendengus kesal lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sungguh dia tidak mengerti dengan jalan fikiran Ratu, gadis itu yang mengajak berbelanja namun dia juga yang bingung ingin membeli apa.
"Kalo gitu aku tunggu disana sama Imel yah." Kata Galen sambil menunjuk Imelda.
Ratu menoleh kearah Galen lalu menganggukan kepalanya "iyah." Jawanya lalu kembali sibuk memilih baju.
Sebelum pergi Galen mengelus rambut Ratu dulu lalu setelah itu melangkah mendekati Imelda dan duduk disebelah Imelda yang kini sedang memejamkan matanya sambil melipat kedua tangan didepan dada dan menyenderkan tubuhnya ditembok.
"Tidur lo masih kurang?" Tanya Galen.
Imelda sedikit tersentak kaget lalu menoleh kearah Galen. Gadis itu mendengus kesal "Iyalah pake nanya." Sinisnya lalu kembali memejamkan matanya.
Galen terkekeh mendengar nada kesal Imelda "Emang lo semalem tidur jam berapa?"
"Dua!" Ketus Imelda tanpa membuka matanya.
"Gila! Gue aja yang laki gak pernah tidur jam segitu"
"Gue baru tau kalo lo laki" Balas Imelda.
"Sialan!" Kata Galen.
Imelda tersenyum miring "Ratu belum selesai?" Tanyanya.
"Belum."
Imelda membuka matanya lalu menegakan duduknya "Dia nyari baju yang kaya gimana sih? Kaya punya syahrini? Punya nikita mirjani? Punya asyanti? Perasaan udah dua jam keliling gak nemu-nemu juga."
"Katanya dia nyari baju model korea. Kaya baju yang dipake girlbad kesukaannya itu."
"Nyari baju model korea kok diindonesia ya pasti gak ada lah. Nyarinya dikorea'nya sonoh." Kata Imelda "Kesel gue dari tadi muter-muter terus. Udah perut lape lagi." Lanjutnya sambil mengelus perutnya.
Galen tertawa mendengar ucapan Imelda "Ohh jadi lo laper?" Tanyanya.
"Iyalah, pake nanya lagi."
"Pantesan aja dari tadi keliatannya kesel. Gue kira lo cemburu liat gue gandengan tangan sama Ratu."
Sudut bibir sebelah kanan Imelda terangkat "Gue cemburu?" Tanya Imelda sambil menunjuk dirinya sendiri "Jangan harap! Yakali gue suka sama cowok oplasan kelamin kaya lo."
"Wah, emang bener yah. Kalo orang lagi laper nyebelin banget." Kata Galen.
"Galen, Imel!"
Galen dan Imelda menoleh kearah sumber suara. Terlihat Ratu berjalan mendekati mereka dengan senyum senangnya dan sebuah baju berada ditangannya.
"Yang ini bagus gak?" Tanyanya ketika sudah berada dihadapan Galen dan Ratu lalu menunjukan baju yang dibawanya.
"Wahhh! Bagus banget Ra. Lo harus beli nih. Gue liat di youtube ini baju dipake sama Irene Redvalvet." Kata Imelda agar Ratu cepat-cepat mendapatkan baju lalu dirinya bisa memberi asupan utuk cacing-cacing yang sudah mendemo diperutnya.
Galen menahan tawanya mendengar ucapan Imelda. Dia tidak yakin jika Imelda pernah menonton girlband korea.
"Berati embak tadi gak bohong. Soalnya tadi dia juga bilang kalo baju ini tuh mirip sama baju yang dipake Irene Redvalvet." Jawab Ratu dengan mata berbinar "Ratu harus beli ini nih." Lanjutnya.
"Harus itu. Itu cocok banget kalo dipake lo." Balas Imelda.
"Yaudah yuk kita bayar." Ucap Ratu dengan semangat lalu pergi menuju kasir.
Setelah Ratu pergi tawa Galen seketika meledak. Laki-laki itu tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya hingga membuat sebagian pengujung toko menoleh kearah mereka.
"Gila! Gue baru tau seorang Imelda suka nonton korea hahah" Kata Galen disela tawanya.
"Diem, nanti Ratu denger bisa panjang urusannya." Kata Imelda lalu bangkit dari duduknya dan pergi menyusul Ratu yang sedang berdiri didepan meja kasir.
"Udah Ra?" Tanya Imelda.
Ratu menoleh kearah Imelda yang kini berdiri disanpingnya lalu setslah itu menganggukan kepalanya "Udah, itu lagi dibungkus." Jawabnya sambil menujuk embak kasir yang sedang memasukan baju milik Ratu kedalam paper bag.
Imelda menganggukan kepalanya lalu meletakan bajunya diatas meja kasir.
"Tidak ada lagi bak?" Tanya kasir satunya lagi yang bertugas mengecek harga baju yang dipesan.
Imelda menganggukan kepalanya lalu setelah itu mengeluarkan donpetnya dan kartu ATM miliknya dari dalam dompet.
"Semuanya 550.000 rupiah." Ucap sang kasir setelah memeriksa harganya.
Imelda menyodorkan kartu ATM miliknya lalu langsung diterima oleh kasir itu dan menggesekannya dimesin yang sudah tersedia.
Imelda mengerutkan keningnya ketika melihat kasir toko itu menggesekan kartu ATM'nya berkali-kali karena biasanya mereka hanya menggesekan sekali saja.
"Maaf Bak, ini kartunya sudah diblokir." Kata Kasir itu sambil menyodorkan kartu ATM milik Imleda.
"Hah!" Refleks Imelda lalu meraih kartu itu "Embak yang bener?"
"Kenapa Mel?" Tanya Ratu yang membuat Imelda menoleh kearahnya.
"Masa katanya ATM gue diblokir." Jawab Imelda lalu mengeluarkan ATM satunya lagi dan menyerahkannya kepada sang kasir.
Kasir itu kembali mencoba menggesekan kartu ATM milik Imelda yang baru saja diberikan oleh pemiliknya.
"Ini juga sama Bak." Kata Kasir itu sambil menyerahkan ATM milik Imelda.
"Embak yang bener dong, masa ATM saya diblokir." Kesal Imelda karena setau dia saldo didalamnya masih banyak dan siapa yang berani memblokirnya.
"Ada apa?"
Suara itu membuat Imelda dan Ratu membalikan badannya kebelakang.
"Ini, masa ATM gue katanya diblokir. Padahal saldonya masih banyak." Jawab Imelda.
"Lo gimana sih, kok ATM bisa sampe keblokir gitu." Kata Galen sambil merongoh saku celananya lalu mengeluarkan dompetnya "Nih pake ATM gue aja dulu, nanti lo ganti uangnya" Katanya sambil menyerahkan kartu ATM'nya yang baru saja ia keluarkan dari dalam dompet.
"Iyah, pake punya Galen aja dulu. Nanti kita pergi keATM dan cek saldo kamu." Kata Ratu.
Imelda mendengus kesal lalu menerima ATM milik Galen dan menyerahkannya kepada Kasir itu
Setelah selesai kasir itu kembali menyerahkan ATM milik Galen dan paper bag milik Imelda yang berisi baju dan langsung diterima oleh sipemiliknya.
"Terimakasih." Kata Kasir itu.
Imelda menganggukan kepalanya lalu melangkah pergi dari sana bersama Galen dan Ratu.
Gadis itu melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ATM terdekat yang berada diMall itu.
Sedangkan Galen dan Ratu setia mengikuti Imelda walaupun tertinggal dibelakang.
Sesampainya diATM, Imelda langsung memasukan kartu ATM'nya dan benar apa kata kasir tadi.
Kartu ATM miliknya telah diblokir.
Imelda menghela nafas panjang. Siapa yang memblokir kartu ATM miliknya?
Gadis itu mengusap wajahnya gusar. Namun tak lama kemudian sebelit nama terlintas difikirannya.
Imelda terdiam sambil mengepalkan tangannya ketika tahu siapa pelakunya. Tanpa perlu mencari bukti lagi, Imelda sudah menebak siapa orang itu.
"Gimana Mel?"
Imelda menghela nafas panjang lalu membalikan badannya dan menyenderkan tubuhnya dimesin ATM itu.
"ATM gue bener diblokir." Katanya dengan lesu.
"Kok bisa? Siapa yang ngeblokir?" Tanya Ratu.
Imelda tersenyum miring "Tanpa perlu gue kasih tau kalian pasti udah nebak siapa orangnya."
"Papa lo?"
Imelda menganggukan kepalanya "Gue gak tau salah gue apa sama dia. Tapi kayanya papa udah bener-bener gak mau nganggep gue anaknya."
Ratu menatap Imelda prihatin lalu tangannya mengelus pundak Imelda "Kamu yang sabar yah." Ucapnya.
Imelda menganggukan kepalanya "Len, uang lo nanti gue ganti yah. Tapi gue harus cari kerja dulu."
"Kerja?" Tanya Galen "Lo mau kerja?"
Imelda mengangguk "Kalo gue gak kerja, gimana gue bisa penuhin semua kebutuhan gue? Sedangkan Papa udah gak mau ngasih uang kegue."
"Tapi kamu mau kerja apa Mel? Kamu kan masih SMA. Semua perusahaan gak akan ada yang mau nerima anak SMA buat kerja."
"Gue bisa kerja paruh waktu dicafe kan." Jawab Imelda.
"Eh bentar deh." Ucap Galen "Gue baru inget kalo cafe sepupu gue lagi butuhin pegawai buat jadi pelayan. Kayanya gue bisa deh rekomendasiin elo kedia." Kata Galen.
Imelda yang mendengar ucapan Galen pun langsung menegakan badannya "Serius?"
Galen menganggukan kepalanya "Iyah, nanti gue coba ngomong sama dia."
Imelda tersenyum lalu mengangkat kedua jempolnya "Oke."
"Tapi Mel, kalo kamu kerja nanti badan kamu kecapen gimana?" Wajah Ratu terlihat lesu "Kamu gak usah kerja yah, nanti aku bagi deh uang jajan aku ke kamu."
Imelda tersenyum lalu mengelus pundak Ratu "Lo tenang aja. Gue kan kuat." Imelda mengangkat kedua tangannya "Lagian gue gak mau nyusahin lo ataupun Galen. Apa lagi sampe harus numpang hidup sama kalian. Dengan ini, gue kan bisa belajar jadi orang yang mandiri."
Galen tersenyum, Imelda tidak pernah berubah. Gadis itu selalu saja berfikir dewasa.
"Selama ini kamu itu udah mandiri Mel. Dari dulu sampe sekarang semua kamu lakuin sendiri."
"Yaudah, berarti biar gue jadi orang yang lebih mandiri lagi."
"Aku setuju sama Imel. Dengan ini dia bisa jadi orang yang lebih mandiri." Kata Galen "Kalo ada apa-apa dan lo perlu apa-apa, gue sama Ratu bakal selalu ada disamping lo Mel. Jangan sungkan-sungkan buat minta bantuan sama kita."
Senyum dibibir Imelda tidak pernah luntur. Entah harus dengan cara apa lagi dia bersyukur karena memiliki teman seperti Ratu dan Galen yang selalu setia menemaninya.
"Thank's! Gue gak harus dengan cara apa gue berterimakasih sama kalian." Kata Imelda sambil menatap Ratu dan Galen secara bergantian.
"Kita kan sahabat Mel. Fungsinya sahabat apa jika bukan untuk saling membantu sahabatnya yang kesusahan." Kata Ratu.
"Lo harus tau Mel, walaupun orang diluar sana nganggep lo bernadal dan bar-bar. Tapi bagi kita lo tetep Imelda yang baik hati. Lo emang gak pantes buat dikasihani, tapi lo pantes untuk dijaga dan disayangi." Kata Galen.
Imelda tak kuasa untik tidak memeluk kedua temannya. Imelda memeluk Galen dan Ratu secara bersamaan.
"Gue gak tau kalo andikan kalian gak ada dihidup gue. Mungkin dari dulu gue udah milih buat pergi dari dunia ini." Kata Imelda.
Tak terasa air matanya terjatuh begitu saja dari pelupuk matanya "Makasih, makasih, dan makasih karena selalu ada disisi gue saat kondisi gue seburuk apapun."
Ratu mengelus pundak Imelda, begitupu Galen. Ketiganya larut dalam pelukan hangat persahabatan itu.
Semua yang dipelajari dalam ilmu sosiologi sangatlah benar jika manusia bukan makhluk individu dan tak bisa hidup sendiri. Mereka memerlukan teman untuk menemani kehidupannya.
Sahabat sudah seperti keluarga kedua bagi kita. Seburuk apapun perlakuan kita kepada mereka, tapi mereka akan senantiasa menerima semua perlakuan kita dan akan dengan gampangnya mereka melupakan perlakuan buruk itu.