Bel pulang sekolah telah berbunyi dan membuat satu pesatu siswa sisiwi keluar dari kelas setelah seharian menghadapai materi-materi yang membuat kepalanya terasa pusing.
Imelda yang hari ini sedang tersambet setan rajin pun mengikuti mata pelajarannya dengan full dan saat ini gadis itu sedang memberes-bereskan bukunya dan memasukannya kedalam tas.
"Mel belum?"
Imelda menengokan kepalanya kesamping, lalu menggelengkan kepalanya kearah Ratu yang kini sedang menggunkan tasnya.
Yah, setelah tiga hari berada dirumah sakit dan meliburkan diri dari kegiatan sekolah, hari ini Ratu kembali menjalankan rutintasnya setelah memastikan bahwa dirinya sudah benar-benar sembuh.
"Hayy girls!"
Suara itu membuat Ratu mengalihkan pandangannya kearah pintu dan tersenyum kepada laki-laki yang saat ini sedang melangkah mendekatinya dan Imelda.
"Halo Galen" Jawab Ratu.
Galen tersenyum lalu mengelus puncak kepala Ratu ketika dirinya sudah berada dihadapan gadis itu.
"Ra, lo liat buku Kimia gue gak?" Tanya Imelda, sedangkan tangannya masuk kedalam kolong mejanya mengacak-ngacak dan mengeluarkan apa saja yang berada didalamnya dan berharap menemukan benda yang dicarinya. Namun nihil, dia tidak menemukannya sama sekali.
"Loh, bukannya kamu taro dikolong meja tadi" Jawab Ratu.
"Iyah tapi gak ada"
"Tumben lo nyariin buku. Biasanya cuek aja" Cibir Galen.
"Masalahnya tuh buku ada sesuatu yang pentingnya" Kata Imelda sambil mengacak rambutnya.
"Apa?"
Imelda terdiam, lalu menoleh kearah Galen "Ya nilai gue lah."
Galen mamanggut-manggutkan kepalanya mengerti "Gue baru tau kalo lo care juga sama nilai"
"Coba kamu inget-inget lagi, siapa tau salah naro"
"Gak ada" Jawab Imelda sedikit frustasi.
"Yaudah sih lo tinggal ganti buku lo terus kalo nilai kan udah ada dibuku catetan gurunya" Kata Galen memberi saran.
"Iyah Mel, nanti aku bantu ngomong sama gurunya"
Imelda menghela nafas kasar lalu menganggukan kepalanya. Setelah itu dia menggunkan tasnya dan pergi keluar kelas bersama Galen dan Ratu.
"Kamu pulang sama siapa Ra?" Tanya Galen tanpa menghentikan langkahnya.
"Tadinya sih sama Mang Maman, tapi tadi Mama ngabarin katanya mang Maman gak bisa jemput soalnya harus ganterin Papa kebandara"
"Terus kamu pulangnya sama apa?"
"Gampang, nanti aku naik taxi online aja" Jawab Ratu sambil tersenyum.
"Kamu pulang sama aku aja"
Ratu menghentikan langkahnya hingga membuat Galen menghentikan langkahnya juga. Sedangkan Imelda tetap lanjut berjalan karena gadis itu sedang fokus dengan ponselnya.
Galen yang gemas dengan Imelda pun menarik kerah baju belakang seragam Imelda hingga membuat Imelda terhanyun kebelang.
"Apaan sih loh!" Kesal Imelda sambil menggidikan bahunya agar Galen melepaskan tangannya.
"Ya lagian lo fokus banget sama hape lo. Chatingan sama siapa sih?"
"Kepo!" Ketus Imleda.
"Ratu mau pulang sama gue, lo bisa kan pulang sendiri?" Tanya Galen.
Imelda mengerutkan keningnya "Emang Ratu gak dijemput?"
"Enggak mang Maman gak bisa jemput, soalnya lagi nganter om Iwan kebandara"
"Gak usah Len, kamu anterin Imelda aja, aku naik taxi online aja"
Galen menggelengkan kepalanya "Gak! Aku gak ijinin kamu naik taxi online itu bahaya. Biar Imelda ada yang naik taxi soalnya kalo sama dia gak ada yang berani macem-macem"
Imelda mendengus kesal "Serah!" Ucapnya lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan Galen dan Ratu.
"Galen aku gak enak sama Imelda. Kan biasanya dia yang pulang bareng kamu" Kata Ratu.
"Udah gak apa-apa. Imelda pasti ngerti kok" Kata Galen "Yuk keparkiran"
Ratu menganggukan kepalanya lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran.
Sesampainya diparkian, mereka langsung menuju kemotor Galen yang terparkir.
Sebelum naik keatas motor, Galen memakainya jaket miliknya kepada Ratu karena gadis itu tak membawa jaket.
Ratu tersenyum, lalu merentangkan kedua tangannya, membiarkan Galen memakaikan jaket miliknya.
"Makasih" Ucap Ratu sambil tersenyum ketika Galen selesai memakaikan jaketnya.
Galen tersenyum lalu mengacak puncak kepala Ratu "Sama-sama"
Setelah itu Galen menaiki motornya dan disusul oleh Ratu yang naik dijok belakangnya dan melingkarkan tangannya dipinggang Galen lalu menyenderkan kepalanya dibahu lebar laki-laki itu.
Galen menyalakan motornya lalu melajukannya. Namun, laki-laki itu menghentikan motornya digerbang sekolah ketika melihat seorang gadis berdiri disana.
"Jomblo yah neng?" Goda Galen setelah membuka kaca helm full facenya.
Imelda memandang Galen sinis "Bacot!"
"Wih galaknya" Kata Galen sambil terkekeh.
"Mel, maaf yah" Kata Ratu.
Imelda mengalihkan pandangannya kearah Ratu yang terududuk dijok belakang motor ninja Galen.
Gadis itu menganggukan kepalanya sambil tersenyum "Gak apa-apa Ra, selow aja. Lagian bener yang dibilang Galen, kalo naik taxi online bahaya. Sekarang kan lagi musim perampokan dan pelecehan seksual tukang taxi online. Kalo lo pulang sama Galen kan Aman"
Ratu menganggukan kepalanya. Memang benar apa yang dibilang oleh Imelda. Berita yang ditayangkan diTV'nya hampir semuanya bersisi tentang permpokan dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh supir taxi online.
"Tapi kamu gimana?"
"Gak usah fikirin Imelda, dia tau cara ngejaga diri" Jawab Galen.
Imelda menganggukan kepalanya "Lo gak usah khawatir. Gue kan bisa bela diri" Imelda mengangkat tangannya sambil terkekeh.
Ratu ikut terkekeh, dia hampir lupa jika sahabatnya itu jago dalam bela diri "Yaudah, kamu juga harus hati-hati yah. Kalo udah sampe rumah kabarin aku"
"Siap sayang" Imelda mengangkat tangannya lalu meletakan dikepalanya hingga membentuk sebuah hormat.
"Jijik gue! Ternyata jiwa lo beneran udah cowok yah" Galen bergidik ngeri sambil menyalakan mesin motornya.
Imelda dan Ratu terkekeh "Abisnya kalo suka sama laki-laki bikin sakit hati doang" Kata Imelda.
"Emang lo pernah suka sama cowok?" Ledek Galen.
"Heh, kerangge itali. Lo fikir gue apaan hah? Gue juga masih normal kali gak seperti apa yang lo bilang" Imelda berkecak pinggang.
"Loh bukannya lo itu..." Galen mengantung ucapannya "CEWEK HOMO HAHAHA" Lanjut Galen lalu melajukan motornya sebelum Imelda menyumpal mulutnya dengan sepatu.
Imelda menggeram kesal, ia bersumpah semoga sahabatnya itu terselandung ditengah jalan.
"Biadab emang" Gumamnya lalu melangkahkan kakinya pergi dari gerbang sekolahnya.
Gadis itu memutuskan untuk pulang berjalan kaki. Bukan karena ia tidak bisa memesan ojek atau taxi online, bukan juga karena ia takut dengan isu-isu yang beredar tentang supir taxi online itu. Imelda hanya sedang ingin berjalan kaki, menikmati angin sore yang berhembus kencang karena sudah beberapa hari ini langit selalu merajuk namun tak sampai menangis. Imelda juga tak tahu kenapa, yang jelas langit membuat pertahanan yang sangat kuat dan tak membiarkan airnya jantuh untuk saat ini.
Imelda menghentikan langkahnya lalu mendongkakan kepalanya dan tersenyum kecil sambil menatap langit yang mendung. Jika langit membuat pertahanan yang kuat agar airnya tak jatuh, maka dia juga harus membuat pertahanan yang lebih kuat dari pada langit agar dirinya tetap tegar menghadapi segalanya. Imelda selalu berdoa agar dirinya selalu diberi kekuatan untuk menghadapi cobaan yang selalu datang kepadanya. Namun, jika ia sudah benar-benar tak kuat, maka ia akan menjadi seperti langit juga. Dia akan membiarkan dirinya menangis layaknya langit yang menurunkan hujan, lalu jika sudah merasa lebih baik dia akan mengentikannya dan membuat dinding baru lagi untuk menahan semua rasa sakitnya.
Imelda harus ingat bahwa dirinya masih punya Galen dan Ratu, orang yang akan selalu ada untuknya. Dan langit juga masih memiliki Matahari, bulan, dan ribuan bintang yang akan menemaninya. Sebut saja jika Galen sebagai matahari yang selalu membuatnya panas namun tanpa dia dihidupnya, maka kehidupannya akan gelap dan tak berwarna. Sedangkan Ratu sebagai bulan, karena gadis itu selalu membawa kedamaina dan ketenangan dalam hidup Imelda. Senyuman, tawa dan tatapan mata Ratu selalu bisa membuat hati Imelda tenang dan damai. Sedangkan bintang?
Dulu! Imelda sempat mempunyai bintang, namun seketika bintang itu lenyap layaknya tertutup awan hitam yang menggumpal hingga membuat kehidupan Imelda begitu sepi dan tak seindah saat dia memiliki bintang itu. Tapi dia berharap, suatu saat nanti ada seseorang yang bisa menggantikan bintangnya itu.
Tinn tinn
Suara klakson mobil yang berasal dari belakang tubuh Imelda berhasil membuyarkan lamunan gadis itu.
Imelda mendengus kesal, lalu membalikan badannya.
Dihadapannya sudah ada mobil sport putih mengkilat. Saking mengkilatnya, hingga pantulan diri Imelda terlihat jelas bodi mobil itu.
Kaca mobil itu dibuka dari dalam, hingga pada saat kaca itu sudah turun sepenuhnya langsung menampakan seorang laki-laki dengan kaca mata hitam bertenggar dihidungnya yang mancung.
Imelda berdecih sebal. Apa orang yang duduk didalam mobil itu adalah keturunan kian santang yang bisa menjadi tujuh dan berada dimana-mana? Jika ia, pantas saja laki-laki itu selalu berada dimana-mana disaat dimanapun posisi Imelda berada.
Karena malas berdu bacot yang hanya akan membuat mulutnya sakit, Imelda memilih untuk melanjutkan langkahnya mengabaikan orang itu dan menganggap orang itu layaknya baketri yang apa bila jika dilihat dengan mata telajanjang tidak akan terlihat. Bedanya hanya saja baketri dapat dilihat dengan mikroskop, sedangkan laki-laki itu hanya dapat dilihat dengan sedotan.
Tinn tinn
Imelda terlonjak kaget lalu menggeram kesal. Gadis itu membalikan badannya dengan spontan.
"Turun lo!" Imelda menggebrag bodi bagain depan mobil itu.
Pintu mobil terbuka lalu turun seorang laki-laki dengan gaya coolnya dari dalam sana.
Laki-laki menurunkan kaca matanya namun tak sampai melepaskan. Mulutnya kumat-kamit mengunyah permen karet kesukaannya.
"Lo seneng banget cari masalah sama gue? Gak disekolah gak diluar. Mau lo apa sih hah!" Kesal Imelda sambil berkecak pinggang.
Laki-laki itu tak menjawab, dia malah membuka pintu mobilnya lalu mengambil sesuatu dari dalam mobilnya.
Setelah itu dia melemparkan sebuah benda berbentuk persegi panjang kearah Imelda.
Karena laki-laki itu melemparkan tanpa memberi aba-aba apapun dan Imelda yang belum siap menerima lemparan itu, hingga membuat benda itu terjatuh ketrotoar.
"Lo gak usah kege-eran. Gue cuma mau ngasihin itu" Jawab Vega.
Imelda membungkukan badannya, lalu mengbil benda itu dan mengangkatnya.
Itu adalah buku miliknya yang tadi dia cari.
Imelda mengalihkan pandangannya kearah Vega, lalu menatap laki-laki itu tajam.
"Lo nyolong buku gue hah!" Bentak Imelda.
"Lo fikir gue miskin" Jawan Vega dengan santainya "Gue nemuin itu dibawah kolong meja lo tadi"
Setelah mengatakan itu Vega kembali masuk kedalam mobilnya, lalu melajukannya meninggalkan Imelda yang masih melongo ditempatnya.
Bagai mana tidak, perasaan sebelum pulang tadi dia sudah mengecek kolong mejanya, namun tak menemukan buku itu disana.
Lalu! Mengapa Vega bilang dia menemukan ini dikolong mejanya?
Yah Imelda tau bahwa laki-laki itu pulang terlambat karena harus mengurus keperluan osis dikarenakan sebentar lagi dirinya akan melepaskan jabatan. Dan otomatis, setelah rapat osisnya selsai dia harus ke kelas mengambil tasnya.
Imelda meremas buku yang berada ditangannya lalu membalikan badannya menatap mobil Vega yang sudah menjauh.
Dia yakin ada yang tidak beres dengan ini. Karena jelas-jelas tadi dia tidak menemukan buku ini dikolong mejanya padahal dia sudah mencarinya.