Chereads / Genesis EX - Satou Hen / Chapter 3 - Ch 2

Chapter 3 - Ch 2

Genesis Extended Bab 2 – Awal Konflik

"Satou! Bangunlah!"

Terlihat tubuh Satou sedang digoyang-goyangkan oleh seorang gadis berambut twintail.

"Jangan mati di sini! Kumohon padamu!"

Tak peduli apa yang dikatakannya, Satou tetap tak terbangun.

"Aku takkan membiarkanmu mati di sini karena aku menyukaimu!"

Setelah mendengarkan hal itu dari seorang gadis berambut twintail itu, Satou langsung terbangun dari pingsannya.

"Ukh.. Lagi-lagi mimpi itu?"

Ucap Satou yang mulai membuka mata dan menggelengkan kepalanya yang terasa berat dan menyadari ada sesuatu yang berbeda atau salah menurutnya.

"Akhirnya kamu bangun juga Satou Hideaki!"

Panggil seseorang pada Satou dan membuat pemuda berambut keriting itu mengedipkan matanya dua kali dan terkejut melihat orang yang berada di hadapannya.

"Siapa kau!?"

"Ini aku lho! Orang yang menelponmu! Aku bakal kerepotan kalau kamu tak bangun-bangun juga."

Pemuda berambut keriting itu terdiam dan tercengang sambil mencoba berdiri, melihat jika tempat di sekitarnya adalah lorong dari selokan yang dia gunakan untuk bersembunyi tadi dari kejaran para pasukan tersebut.

"Aku tidak salah mempercayaimu best friend! Aku benar-benar berutang nyawa padamu."

Ucap Satou dengan bangga dan lega sambil berterima kasih pada orang yang menolongnya saat ini, yaitu pria berambut pendek dan berwarna hitam. Namanya adalah Sanada Motohiro dan statusnya saat ini adalah berusaha mencari jalan kabur bersama Satou Hideaki. Detail tambahan: ada kemungkinan orang ini akan menjadi best friend-nya Satou Hideaki.

"Bagaimana keadaanmu? Apakah ada bagian tubuhmu yang terluka kah?"

Tanya Sanada dengan agak cemas sambil melihat Satou dengan baik-baik.

"Benar juga… kalau tidak salah…"

Mendengar pertanyaannya, Satou pun segera mengecek kondisi tubuhnya tersebut dengan seksama, namun dia merasakan hal yang ganjal saat memeriksa tiap bagian tubuhnya saat ini.

"Huh? Eh?"

"Ada apa?"

Dia menjadi terkejut saat mengetahui bahwa tidak ada luka sama sekali di sekujur tubuhnya. Seolah-olah dia tak pernah mendapatkan semua luka tersebut.

"Aneh banget… aku sangat yakin sekali kalau perutku terkena tembakan. Apakah itu cuman mimpi? Tidak mungkin kan…"

"Kalau begitu baguslah kalau dirimu tidak terluka, setelah ini tinggal cari jalan untuk melarikan diri."

"Bagaimana situasinya saat ini?"

Pertanyaan Satou membuat best friend-nya, yaitu Sanada Motohori, menghela napas berat dan menggaruk belakang kepalanya sambil memasang ekspresi yang sulit ditebak oleh Satou. Namun mau tak mau, dia harus menjawabnya.

"Sebenarnya kita dikepung setelah lewat lorong ini. Mereka benar-benar standby di luar."

"Tapi mereka tak mengetahui lokasiku saat ini kan?"

"Kalau kamu tak mengalahkan mereka semua, situasi sekarang akan sangat jauh berbeda."

Perkataannya membuat Satou berpikir jika dia bersama Sanada keluar dari lorong selokan secara bersamaan, maka mereka akan tertangkap basah dan checkmate. Mereka hanya berdua dan tidak mungkin melawan pasukan sebanyak itu yang juga memiliki persenjataan yang lengkap.

"Bentar, mereka hanya mengincarku saja kan Tanaka?"

Mengangguk, Sanada pun menjawab pertanyaan best friend-nya tersebut sambil kedua tangan di pinggangnya dan melirik ke arah jalan keluar dari lorong selokan.

"Yep! Soalnya saat aku memasuki lorong.. mereka tak mempedulikanku."

"Bingo!"

Jawab Satou yang tiba-tiba mendapatkan sebuah ide setelah mendengarkan perkataan dari Sanada tersebut.

"Eh? Kenapa?"

"Sebelum itu apakah kamu punya sesuatu? Mungkin saja berguna untuk pelarian ini?"

Sanada terdiam sebentar dan merogoh tas kecil yang di bawa sembari mencari sesuatu. Setelah mengecek, dia menemukan bom asap dan mengeluarkannya sambil menunjukannya ke Satou.

"Aku hanya memiliki ini, pistolku tertinggal dalam mobil."

"Jadi kamu punya kendaraan ya? Makin bagus kalau begitu."

"Apa yang kau rencanakan Satou?"

Seringai muncul di wajah pemuda berambut keriting itu dan dia menunjukkan ponselnya yang masih menyalakan GPS kepada Sanada.

"Pertama, aku minta bom asap darimu! Kedua, kamu tinggalkan lorong ini lalu tetaplah berada di mobil"

"Lalu bagaimana dengan dirimu?"

"Aku akan mengecoh mereka."

"Itu sangat ceroboh!"

"Tak apa-apa, aku memiliki bom asap!"

"Akan tetapi bom asap hanya bisa dipakai sebentar. Kalaupun kamu berhasil mengecoh mereka, apa yang kau lakukan selanjutnya?"

"Aku akan memberimu lokasi yang aman untuk menjemputku."

"Bukankah aku sudah bilang kalau mereka standby."

"Makanya aku bilang aku akan mengecoh mereka kan?"

Sanada berpikir sebentar saat mendengar ide yang terbilang riskan dan ceroboh dari temannya itu, lalu menghela napas lelah dan menggelengkan kepalanya sambil berkata…

"Kalaupun kamu berhasil mengecohnya, bagaimana caramu menemukan lokasi yang aman untuk menjemputmu?'

"Insting."

"Eh!? Insting!?"

Satou mengangguk dengan percaya diri. Dia ingin bertaruh, bagimua itu tidak masuk akal dirinya bisa menghindari tembakan sniper.

Yang membuatnya bisa bertahan sampai saat ini adalah insting bahaya yang muncul dalam pikirannya.

"Aku mempercayaimu, lalu apakah kamu bisa percaya denganku, best friend?"

Tanya Satou sambil mengelapkan tinju dan menawarkannya ke best friend-nya tersebut dan Sanada menghela nafas untuk kesekian kalinya.

"Apa boleh buat! Ayo kita lakukan best friend!"

Jawab Sanada membalas salam tinjunya Satou.

---

Mencoba menjalakannya sesuai rencana, Satou pun hendak keluar dari lorong selokan yang menjadi tempat sembunyinya untuk sesaat itu. Dia juga melihat Sanada berhasil menuju mobilnya dan memberikan aba-aba pada Satou lewat email dari ponselnya.

Satou mengangguk dan berjalan berjalan keluar dari lorong selokan menuju ke jalan raya.

Seperti yang Sanada bilang, Banyak pasukan yang sudah standby, akan tetapi pasukannya belum menyadari keberadaan Satou.

Kesempatan itulah Satou mencoba mencari lokasi yang aman dengan instingnya, lokasi yang jarang ditempati pasukan tersebut.

"Aku menemukannya!"

Setelah pasukan tersebut berhasil menemukan targetnya, Satou yang mengetahui itu langsung mengabari Sanada untuk menjemputnya ke lokasi aman tersebut.

"Kalian mencari aku kan? Aku di sini lho!"

Setelah berhasil menampilkan dirinya, seperti yang dia duga akan banyak pasukan yang menyerbu mulai menyerbu ke arah pemuda berambut keriting dan hitam bernama Satou tersebut, seolah-olah mereka tidak mau melewatkan kesempatan.

"3…"

Ketika para pasukan tersebut mengeluarkan senjata api dan mulai menembak, Satou dengan kekuatan anehnya langsung berusaha menghindari tembakan dari pengejarnya tersebut.

"2…"

Dan seiring waktu berjalan, pasukan yang berjaga dan datang makin banyak menyerbu ke arah Satou.

"1!"

Saat Satou sedang berlari menghindari kejaran para penyerbunya dan juga tembakan yang ditujukan padanya, dia melihat ada mobil Sanada yang sudah berada di lokasi yang dia tunjukkan, dan mengetahui hal itu Satou langsung melempar bom asap ke arah para pengejarnya.

Berkat itu banyak pasukan yang terkecoh oleh Satou dan membuatnya langsung berlari menuju tempat Sanada. Pemuda berambut hitam pendek bernama Sanada itu langsung menjemput Satou dengan mobilnya, dan berkat itu, akhirnya mereka berdua berhasil melarikan diri.

"Kita berhasil Satou! Aku tidak salah mempercayaimu!"

Ucap Sanada senang.

"Best friend."

Jawab Satou menawarkan salam tinju pada Sanada.

"Bues furendo!"

Jawab Sanada membalas salam tinju pada Satou.

"Kenapa mereka mengejarmu Satou?"

"Aku nggak tahu, kupikir karena mereka berurusan denganmu makanya mengejarku?"

"Tidak kok! Aku hanya mengawasimu saja."

"Eh?"

"Eh?"

"Kamu beneran tidak tahu alasan kenapa mereka menyerangmu?"

"Beneran nggak tahu."

"Benarkah?"

"Beneran."

Mereka berdua terdiam dan suasana menjadi hening seketika, membuat atmosfir canggung di sekitar mereka berdua, sebelum salah satu dari mereka membuka mulut dan berbicara.

"Kamu sus! Jangan-jangan kamu salah satu dari mereka, 'kan?"

"Tidak kok! Kalau aku salah satu dari mereka, maka aku sudah ikutan menyerangmu dari tadi."

"Oke! Seperti yang kuduga kau adalah best friend!"

Tanpa meragukan lagi, Satou Hideaki sudah mengakui Sanada Motohiro menjadi best friend-nya.

---

Hari esoknya pada siang hari.

Setelah berhasil kabur dari kejaran orang aneh yang berusaha membungkam dan membunuhnya Satou diselamatkan oleh orang yang mengaku sebagai best friend-nya tersebut yang bernama Sanada Motohiro dan tugas dari Sanada alah mengawasi individual bernama Satou Hideaki.

Lalu setelah kejadian kemarin, dia pun membawa Satou ketempat atasannya. Saat mereka memasuki kantor di mana atasan Sanada berada, mereka bisa melihat seseorang yang sedang duduk dan memasang wajah dengan agak serius.

"Jadi Sanada kenapa datangnya baru sekarang? Bukankah aku sudah menyuruhmu datang kemarin kan?"

Tanya sang atasan pada Sanada. Namun, bukannnya menjawab, Sanada pun terdiam untuk sejenak, tidak tahu harus memberikan jawaban apa kepada atasannya tersebut, sebelum best friend-nya membisikkan sesuatu padanya.

"Sepertinya atasanmu galak sekali ya Tanaka?"

Kata Satou sambil berbisik pada Sanada. Melihat Satou yang berada di samping Sanada, atasan dari Sanada tersebut menaikkan sebelah alis dan bertanya kembali dengan agak penasaran serta sedikit amarah di nada bicaranya.

"Sanada, kenapa kamu membawa warga sipil ketempat ini? Kamu tahu kalau warga sipil tak boleh tahu masalah kita?"

"Itu karena dia sudah terlibat pasukan Isshin Kira."

Jawab Sanada tanpa ragu-ragu. Untuk seketika, suasana menjadi hening dan atasan dari Sanada tersebut terkejut dan bahkan wajahnya bisa menjelaskan hal itu dengan jelas, serta dia mencoba mncerna apa yang bawahannya katakan.

"Dasar bodoh!!! Bisa-bisanya kamu membuat warga sipil terlibat masalah ini!"

Teriak atasannya kepada Sanada dengan nada marah yang sangat jelas.

Dia adalah seseorang bernama Stephen Smith, memiliki penampilan dewasa serta berambut jabrik berwarna hitam dan jenggot. Statusnya saat ini adalah atasan dari Sanada Motohiro dan detail tambahan adalah dia sangat tegas pada bawahannya.

"Sebenarnya bukan Tanaka yang membuatku terlibat, tapi musuh kalian yang membuatku terlibat masalah ini."

Jawab Satou kepada Stephen Smith yang membuat sang pria dewasa tersebut menaikkan salah satu alisnya dengan kebingungan dan agak penasaran.

"Apa maksudmu? Kenapa warga sipil sepertimu bisa terlibat masalah ini?"

"Yang ingin kubilang mereka mengincar Satou Hideaki juga pak!"

Jawab Sanada dengan nada khawatir pada ucapannya. Hal itu otomatis membuat Stephen menjadi begitu terkejut.

"Apa katamu? Jangan bilang mereka sudah tahu tentang---dan kenapa kamu tak memberi tahu tentang ini kemarin!?"

"Kemarin aku sudah berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan Satou Hideaki dari serangan mereka..."

"Tch! Aku tak menduga hal ini kalau mereka akan mengincar Satou Hideaki. Makanya kalian baru bisa mengabari info ini padaku sekarang kah?"

"Sebenarnya…"

Sanada menceritakan kejadian kemarin setelah dirinya berhasil menyelamatkan Satou.

-Flashback hari kemarin-

Sanada membawa Satou ke tempat yang aman agar terhindar dari serangan pasukan tersebut. Tempat di mana pasukan itu takkan menemukan jejak Satou Hideaki, sehingga butuh waktu sampai pasukan itu menghilang.

Pada sore hari Sanada menyadari kalau pasukan itu sudah tidak standby mengejar Satou lagi.

"Sepertinya kita sudah aman.. dengan begini aku bisa membawamu ke markas!"

Sahut Sanada pada Satou dengan perasaan senang.

"Tunggu! Sebelum kita ke markas atasanmu ada yang perlu kita lakukan."

"Apa itu Satou!?"

"Minum santai di bar!"

"Kenapa harus minum di bar!?"

"Bukankah itu baik demi meringankan stress!? Apalagi kita bisa refreshing lho!"

"Aku kaget kamu masih ada keinginan mabuk-mabukan dikeadaan seperti ini."

"Sudahlah! Ayo kita ke bar dulu! Kita bisa bersenang-senang lho!"

Ajak Satou kepada Sanada yang melihatnya dengan tatapan 'benar-benar tidak dipercaya' itu. Pasalnya karena keadaan mereka yang terbilang hidup dan mati, tapi Satou malah memaksa Sanada untuk ikut dengannya ke bar.

Mereka niatnya ingin sebentar saja di bar tapi karena Satou mabuk, kedua pemuda tersebut harus berada di bar sampai tengah malam lamanya. Sanada terpaksa karena dia tak bisa meninggalkan best friend-nya sendirian dan harus membawanya ke markasnya berada.

"Betapa bodohnya diriku… padahal aku sudah dikhianati tapi diriku masih saja merindukannya."

"Kamu sudah mengatakan itu 3 kali lho! Kalau tahu akhirnya begini, harusnya aku menolak tawaranmu tadi."

"Apakah kau pikir dia akan melepaskan cowoknya, lalu kembali padaku tidak ya?"

Sanada hanya bisa menghela nafas lelah dan menggelengkan kepalanya.

"Tapi ya sudahlah, bisa bersantai seperti ini lalu ada teman yang mendengar curhatku itu sudah cukup! Maaf sudah membuat repot, Tanaka."

"Tidak apa-apa kok… hanya saja akan lebih baik kita udahan minum sekarang. Aku juga ingin memberi tahu info pada atasanku---"

Satou langsung menuangkan sake kegelas untuk Sanada.

"Tenang saja~ akan lebih baik kamu ikut bersantai juga! Minum minum! Letso Puarti!!"

Karena sudah dituangkan minumannya, Sanada jadi tidak enak untuk menolaknya dan dia terpaksa meminum sakenya sampai habis.

"Tambah lagi!!!"

Hanya dengan satu tegukan dari sake, Sanada sudah menjadi mabuk layaknya Satou. Pemuda berambut keriting bernama Satou yang melihat hal ini menyengir senang.

"Dun gif ap! Kenapa kamu menyerah disitu!? Berjuanglah sedikit lagi Satou-saaan!"

"Ai alredi gif ap! Dirinya sudah memilih lelaki lain ketimbang aku~"

"Tidak tidak, Dun gif ap! Pikirkan orang-orang yang telah mendukungmu Satou-san!!"

"Orang yang mendukungku hanya dirimu saja, Tanaka mai bes frendo!"

"Neveru gif yu ap!"

"Neveru guna let yu doun"

Akhirnya mereka berdua malah menyanyi sangat kencang sampai menganggu pelanggan lain yang ada di bar. Karena merasa kesal akan ulah mereka, sang pemilik bar pun mengusir mereka berdua dari bar, lalu pulang ke tempat aman yang disediakan Sanada.

Mereka berdua baru ingat ingin pergi ketempat atasan Sanada pada hari esoknya.

-Flashback hari kemarin end-

"Intinya kalian tidak memberi info padaku karena keasikan mabuk-mabukan!!"

Teriak sang atasan bernama Stephen Smith tersebut pada bawahannya karena marah setelah mendengar alasan kenapa mereka tidak kunjung datang ke markas dengan segera.

"Maafkan aku!!"

Sanada langsung menundukkan kepalanya meminta maaf pada atasannya tersebut.

"Tapi mabok-mabokan itu menyenangkan bukan?"

Tanya Satou yang entah tidak takut atau terlalu bodoh untuk menyadari situasi yang terjadi pada saat ini.

"Benar sih… menyenangkan!"

"Ayo kita mabuk lagi lain kali!"

"Yey!"

Stephen Smith protes lagi

"Jangan terima tawarannya!!!"

---

"Kembali ke topik! Dengan kata lain saat ini Satou diincar oleh pasukan tersebut bukan?"

Tanya Stephen Smith pada bawahannya yang direspon dengan anggukan, memastikan apa yang ditanyakan benar.

"Benar, saya menyarankan kalau Satou berada dekat dengan kita—kita tak tahu mereka mengincar apa dari Satou Hideaki.."

Jawab Sanada yang memberinya konfirmasi.

"Aku sependapat, kalau begitu Satou Hideaki untuk beberapa hari kamu akan tinggal di markas organisasi kita ini."

Kata Stephen Smith sambil menoleh ke Satou yang merasa tidak masalah akan hal tersebut.

"Aku tak masalah sih… tapi apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa Tanaka mengawasiku? Kenapa juga kalian segitu waspada dengan pasukan yang menyerangku? Sebenarnya organisasi kalian ini apa?"

Tanya Satou yang penasaran kepada Stephen Smith. Meski dia terlihat tak tertarik, tapi rasa penasaran ada di dalamnya yang membuatnya bertanya akan hal itu.

"Setelah kamu terlibat sampai sini mana mungkin kita menyembunyikannya ya..."

Stephen Smith menghela nafas sambil mengusap dahinya dan melirik ke Sanada yang mengerti.

"Apa boleh buat pak…"

Sahut Sanada.

"Sebenarnya kita ini yakuza..."

Jawab Stephen Smith dengan nada serius, meski itu terlihat mencurigakan dilihat dari ekspresi yang diperlihatkan oleh Sanada saat ini. Dia hanya tersenyum canggung saja sambil merasakan suasana menjadi hening seketika saat atasannya mengatakan hal itu.

"Kamu masuk yakuza Tanaka!? Seram juga kamu!"

"Y-Ya…"

Jawab Sanada mengangguk-angguk dengan canggung.

"Alasan kami mengawasimu karena kamu selalu bertengkar dengan preman jalanan kan? Kami takut jika kamu suatu saat akan menentang kami."

"Eh!? Alasannya cuman itu? Lalu pasukan yang menyerangku ini siapa? Ada sangkutannya dengan yakuza kan?"

"Kau tahu kan, kalau yakuza itu pasti memiliki musuh kan? Ya seperti itu deh…"

"Yang benar aja!? Hanya karena masalah kalian, aku jadi terlibat?"

"Yakuza itu licik. Mereka akan memakai cara buruk apapun demi meruntuhkan lawannya."

Pemuda berambut keriting itu tak percaya dengan apa yang dia dengar dari Stephen Smith. Dia tak menyangka kalau dirinya akan terlibat suatu masalah dengan yakuza.

Setelah berpikir sejenak, pada akhirnya Satou diputuskan tinggal di markas yakuza yang disarankan oleh Stephen Smith.

"Y-ya! Dengan begitu diputuskan kalau Satou akan tinggal di sini sampai masalahnya selesai."

Sahut Sanada saat sampai di dalam markas sambil menunjukkan di mana ruangan tempat tidur Satou tersebut. Dia juga harus waspada agar tidak memberitahukan detail lainnya pada Satou karena suatu hal.

Setelah berjalan selama beberapa menit, akhirnya mereka berdua telah sampai di ruangan yang akan menjadi kamar Satou selama dia berada di markas yakuza ini.

"Kalau ada apa-apa, panggil saja aku, my best friend!"

Setelah Sanada berkata begitu, dia pun meninggalkan Satou sendirian di dalam kamar barunya tersebut, meski sementara saja.

"Untuk sementara aku tinggal di sini kah? Ini beneran tempat yakuza kah? Mencurigakan sekali tapi ya sudahlah…"

Mencoba menghiraukan hal itu, dia pun langsung berbaring santai di tempat tidur.

----

"Apa benar tidak apa-apa? Tidak mengatakan kebenarannya padanya?"

Tanya Sanada dengan ekspresi cemas pada Stephen Smith.

"Yeah, karena aku sudah janji pada seseorang kalau aku takkan melibatkan masalah ini padanya."

Namun atasannya hanya mengangguk sambil tersenyum kecil dan melirik kea rah kanannya.

----

Suara ketukan terdengar dari pintu kamar Satou. Mendengar suara itu, Satou pun dengan segera membuka pintu kamarnya dan melihat seseorang yang membawa nampan.

"Ini minuman tehnya."

Ucap perempuan twintail sambil membawakan teh.

"Maaf, aku sama sekali tidak memesan teh."

Jawab Satou yang agak kebingungan dengan hal ini.

"Tolong diterima tehnya. Anggap aja ini permintaan maaf dari kami karena telah melibatkanmu---"

"Tidak apa-apa—kalau gitu boleh ganti tehnya jadi sake?"

Dia menanyakan hal itu pada sang gadis berambut twintail. Sepertinya Satou ketagihan minum sake.

"Tidak bisa, sudah aturan bagi kerjaan kami tidak boleh minum sake."

"Eh? Yakuza nggak boleh minum sake? Beneran?"

"Karena itu tolong terima tehnya.."

Daripada menjawab, sang gadis berambut twintail itu kembali menawarkan teh tersebut kepada Satou. Dengan terpaksa, Satou menerima teh dari gadis di depannya.

"Kalau begitu aku pergi dulu!"

Saat gadis tersebut akan meninggalkannya, Satou menahan tangannya.

"Tunggu sebentar…"

"Ada apa?"

"Bukankah lebih baik jika kamu menemaniku minum teh? Atau ngobrol apa gitu?"

"Maaf… aku tak ada waktu untuk itu, karena ada pekerjaan yang harus kukerjakan. Kalau begitu aku permisi dulu."

Satou makin menarik tangan perempuan itu yang membuat perempuan itu menatap pada Satou. Saat dia menatap gadis itu, dia melihat jika rambut twintailnya berwarna kuning. Dia memiliki mata berwarna biru.

Satou yang melihat wajahnya terdiam seketika.

'Apakah sebelumnya aku pernah bertemu dengannya? Kenapa aku... merasa senang bisa bertemu dengannya sekarang?'

Itulah yang dikatakan Satou dalam benak hatinya.

Gadis berambut twintail itu tersenyum pada Satou.

'Walau pun dia tersenyum, senyumannya terlihat menyembunyikan kesedihan yang ada pada dirinya. Dia saat ini hanya mencoba tegar… apakah dia saat ini ada masalah?'

Itu yang dipikirkan Satou saat melihat senyuman dari gadis berambut twintail yang menyuguhkan teh padanya saat ini.

"Kalau kamu sibuk, tidak apa-apa sih. Setidaknya apa aku boleh tahu namamu?"

Satou menanyakannya dengan nada sopan dan mencoba tidak memaksakan gadis di hadapannya saat ini.

"Kayonna Charlee itu namaku. Salam kenal Satou Hideaki."

Setelah memperkenalkan dirinya, Charlee pun meninggalkan Satou Hideaki dan Satou yang kembali ke kamarnya dan menikmati teh hangatnya sambil menggumamkan sesuatu saat saling memperkenalkan diri dengan gadis bernama Kayonna Charlee tersebut.

"Mimpi kah? Apakah yang selalu muncul dalam mimpiku… apakah beneran mimpi?"

Munculah sebuah teka-teki baru untuk Satou Hideaki.

---

Pada suatu malam hari yang lumayan tenang dan di tempat di mana markas dari Isshin Kira berada.

"Lapor! Kami mendapat kabar Satou Hideaki telah diamankan oleh WTM"

Ucap salah satu pasukan yang melapor.

"Tidak apa-apa. Aku akan mengatasi orang itu. Saat ini yang perlu kita lakukan adalah menghancurkan Yumeno Shion."

"Kalau kita ingin menghancurkannya kenapa kita tidak serang markas WTM saja?"

"Kenapa katamu? Soalnya Yumeno Shion akan menjaga Yggdrasil besok. Daripada kita serang markas WTM, bukankah lebih baik kita serang senjata terkuatnya bukan?"

"Setelah senjata terkuatnya hancur, WTM akan kehilangan kekuatannya, begitukah?"

"Itu benar. Di dunia ini hanya orang terkuatlah yang boleh berdiri."

Jawab Isshin Kira menyeringai.

"Kami tidak percaya WTM karena mereka telah menutupi kebenaran ke kita, karena itu kami percaya dengan mengikuti Isshin Kira. Kita akan mendapatkan sebuah kebenaran."

Ucap para pasukan yang saling mengangguk ke satu sama lain dan setuju akan perkataan mereka sendiri.

"Itu benar. Organisasi WTM itu ada untuk melindungi Yggdrasil tapi… apakah sebenarnya Yggdrasil itu? Kenapa Yggdrasil harus dilindungi? Mau sampai kapan kita melembek pada Yggdrasil? Bukankah lebih baik kita hancurkan saja Yggdrasil?"

Jawab Isshin Kira.

"Hancurkan Yggdrasil!"

"Yggdrasil hanya membuat kita melemah!"

"Orang yang menentukan takdir adalah kita sendiri! Bukanlah Yggdrasil!"

Teriak para pasukan yang bersemangat akan perkataan dari Isshin Kira. Hal ini membuatnya tersenyum senang dengan seringainya yang makin melebar saat melihat para pasukan yang menjadi termotivasi olehnya.

Sambil mengangguk, Isshin Kira pun menjawab.

"Jangan lupa. Tujuan kita adalah mengacaukan Yggdrasil dengan begitu kita bisa melihat kenyataan bencana buruk yang akan terjadi."

Para pasukan langsung terdiam.

"Mungkin monster bisa saja lahir. Kalau itu terjadi aku akan menghancurkannya, dengan begitu akulah yang akan menjadi paling terkuat. Uwahahaha!"

Ucap Isshin Kira tersenyum jahat dan suara tawanya yang mengisi satu ruangan sampai bergemah.

---

Pada hari esoknya saat matahari mulai terbit, terlihat para pasukan sedang melakukan rapat strategi. Beberapa wajah yang tidak asing atau sudah diperkenalkan juga ikut terlibat dalam rapat strategi tersebut.

"Sudah saatnya kita selesaikan masalah ini dengan Isshin Kira."

Ucap Stephen Smith dengan nada serius. Yumeno Shion menggangguk setuju dengan ucapannya. Dia merasa konflik berkepanjangan seperti ini malah akan membawa bahaya bukan hanya pada dirinya dan organisasi, namun juga ke warga sipil.

"Yeah. Kali ini Isshin Kira akan kuhentikan sebelum Yggdrasil dihancurkan olehnya."

Jawab Yumeno Shion pada Stephen Smith yang ikutan mengangguk juga.

"Seperti yang kita rencanakan, hari ini kita akan melindungi Yggdrasil dari serangan Isshin Kira!!"

Disisi lain, Satou Hideaki masih tertidur pulas. Dia masih tidak mengetahui kenyataan organisasi WTM, bahkan tidak tahu kalau WTM akan bertempur dengan Isshin Kira.

"Peperangan kah..?"

Ucap Sanada sambil menghela nafas dengan perasaan yang sangat berat. Sekujur tubuhnya tiba-tiba merasa menjadi berat tanpa sebab.

"Jangan dipikirkan. Yang perlu kamu pikirkan adalah membuat Satou Hideaki tidak ikut campur masalah ini…"

Jawab Kayonna Charlee pada rekan kerjanya tersebut yang memasang ekspresi cemas. Sanada terdiam sebentar saat mendengar jawaban dari Charlee tersebut.

"Tapi apakah itu pilihan yang terbaik?"

Tanya Sanada yang kebingungan akan hal itu. Dia tak tahu mana yang terbaik dan tidak baginya.

"Apa boleh buat. Tak ada pilihan selain ini…"

Jawab Kayonna Charlee.

Sanada teringat ucapan Stephen Smith kepadanya.

"Ingat Sanada… tak peduli apapun yang terjadi… lindungi lah Satou... jangan membiarkan Satou mati..."

Itulah perintah Stephen Smith yang selalu Sanada ingat. Tentu saja dia akan melindungi best friend¬-nya tanpa diberikan perintah, namun dia masih tidak setuju akan semua rencana ini dan menyembunyikannya dari Satou.

Namun dia tak punya pilihan lain. Pertempuran WTM dengan Isshin Kira akan terjadi. Mereka adalah penjaga yang bertugas untuk melindungi pohon bernama Yggdrasil dan akan melawan siapapun yang berusaha menghancurkannya, termasuk organisasi dari orang yang bernama Isshin Kira yang juga berniat untuk memakai Yggdrasil sebagai jalannya untuk menjadi orang paling terkuat di muka bumi.