"Apakah aku memiliki kuasa untuk menipu kalian? Aku hanyalah seorang gadis lemah, keberanian seperti apa yang aku miliki untuk melakukan hal seperti itu? Aku sudah tertangkap oleh kalian, aku tidak mau menjadi satu-satunya korban, jadi bukankah lebih baik jika aku menunjukkan tempat persembunyian teman-temanku?"
"Kau mengkhianati teman-temanmu," kata Yue Ahn lagi.
Ara tersenyum getir, "Anggap saja seperti itu, Tuan," balas Ara.
Mendengar itu, Yue Ahn tersenyum getir. "Sepertinya kamu bukan orang baik."
"Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku adalah orang baik, Tuan. Jangan berpikir apapun tentangku," balas Ara acuh tak acuh.
Yue Ahn tertawa.
"Boleh aku bertanya sesuatu kepadamu?" tanya Yue Ahn menoleh ke arah Ara sekilas.
"Tanyakan saja, tidak ada yang akan melarangmu," balas Ara.
"Mengapa kau bisa berada dalam kumpulan budak-budak itu di lapangan berburu? Apakah kau tidak pernah mendengar sebelumnya tentang pesta berburu?" tanya Yue Ahn, mulai menyelidiki gadis itu.
"Aku bebas melakukan apapun, Tuan. Lagipula, aku bukan berasal dari kerajaan ini. Aku tidak tahu apapun, aku hanya bertindak sesuai dengan kemauanku," balas Ara, wanita itu memainkan kakinya di tanah.
Mendengar itu, Yue Ahn terkekeh. "Lalu, kenapa kau tidak bersama temanmu saat itu? Apakah jangan-jangan kau mencoba membodohi kami?"
Refleks Ara menoleh ke arah pria itu. "Terserah Anda, Tuan. Pikirkan apapun yang Anda inginkan."
"Kalau begitu, coba katakan. Kenapa kau terpisah dari teman-temanmu?" tanya Yue Ahn, suaranya sangat lembut namun sorot matanya terlihat begitu tajam.
Ara terdiam, ia tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa.
"Hei, apa yang kalian berdua bicarakan? Sepertinya sangat serius," tiba-tiba Feng Ming datang dan mendekati mereka.
Melihat itu, Ara menoleh dan melihat ke arah lain.
"Tidak ada, aku hanya menanyakan beberapa hal kepadanya," kaya Yue Ahn sembari mengedipkan salah satu matanya kepada Feng Ming.
"Hari sudah mulai gelap, apakah menurutmu Putra Mahkota akan tetap melanjutkan perjalanan ini?" tanya Feng Ming, duduk pada sebuah batu yang berada di dekat Yue Ahn.
"Aku tidak tahu. Aku akan mengikutinya kemanapun ia pergi," balas Yue Ahn. "Lagipula aku bosan di rumah, melakukan perjalanan seperti ini, bukankah ini mengasyikkan?" tambahnya lagi. Ia lalu berdiri dari posisinya, terlihat ingin beranjak pergi.
"Yue Ahn, Apakah kau sakit?" Feng Ming bertanya.
Seketika Yue Ahn menoleh, "Aku baik-baik saja. Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Sangat jarang kau ingin melakukan hal seperti ini, biasanya kau hanya akan tinggal di rumahmu dan…"
"Aku bosan," ucap Yue Ahn menginterupsi ucapan pria itu.
"Aku ingin ke sana, sepertinya mereka sedang menangkap ikan," tambahnya lagi sembari menunjuk ke arah teman-temannya yang lain.
"Tunggu aku," kata Feng Ming ikut berdiri, dan meninggalkan Ara tanpa sepatah katapun.
Melihat dua pria itu berjalan menjauh darinya, Ara menghela napas dalam-dalam. Jika saja pria yang bernama Yue Ahn itu tinggal lebih lama bersamanya, mungkin Yue Ahn akan mencurigainya, atau hal terburuknya adalah mungkin ia akan ketahuan.
Sementara di sisi lain, ketika Bai Jun selesai membawa kudanya minum di tepi sungai. Pria itu menghampiri Zhang Jiangwu.
"Yang Mulia, apakah kita akan tetap melanjutkan perjalanan ini?" tanya Bai Jun, ikut duduk di atas batu besar tepat di sebelah putra mahkota.
"Erm, kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya Zhang Jiangwu.
"Aku hanya ingin tahu, Yang Mulia. Sebab saat ini sudah malam, melakukan perjalanan di tengah hutan pada malam hari akan sangat berbahaya."
"Para perampok dan bandit biasanya akan aktif bergerak di malam hari, Yang Mulia. Aku khawatir mereka akan menyerang kita, apalagi saat ini kita hanya mengenakan pakaian biasa. Saranku, sebaiknya kita istirahat di sini mala mini, dan melanjutkan perjalanan besok pagi," kata Bai Jun.
"Apakah kau takut?" balas Zhang Jiangwu.
"Tidak, aku tidak takut, Yang Mulia. Aku hanya mengkhawatirkan dirimu," ucap Bai Jun.
Zhang Jiangwu terdiam mendengar itu. Diantara semua teman-temannya, Bai Jun lah yang sangat dekat dengannya. Ia kemudian menoleh dan melihat semua prajurit dan orang-orang yang ikut bersamanya.
Beberapa dari mereka terlihat mandi di sungai, beberapa terlihat memandikan kuda mereka, beberapa dari mereka terlihat menangkap ikan, sedangkan sisanya hanya duduk beristirahat di atas batu seperti yang ia lakukan.
"Baiklah, katakan kepada yang lain. Kita akan istirahat malam ini di sini," ucapnya setelah terdiam beberapa menit.
"Baik, Yang Mulia," balas Bai Jun lalu melompat turun.
Ara yang duduk tidak jauh dari putra mahkota kini menyunggingkan senyum samar. Ia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur.
Jika tidak, maka ia hanya akan menemui satu akhir. Yaitu kematian.