Chereads / Putri Tersembunyi Dan Tujuh Bangsawan / Chapter 17 - Bab 17. Ruang Introgasi

Chapter 17 - Bab 17. Ruang Introgasi

"Sudahlah, jangan terlalu lama mengulur waktu. Yang Mulia sudah menunggu, ayo kita bawa dia," kata pengawal lainnya sembari memegang lengan pria itu.

Ara mendengus tak suka mendengar itu. Ia kemudian di seret paksa oleh dua pengawal itu dengan sangat kasar.

"Aku bisa jalan sendiri, kau tidak perlu memperlakukanku seperti ini," ucap Ara namun sayang sekali kedua pengawal itu tidak memperdulikan ucapanya.

Ia diseret keluar hingga keluar dari koridor, memasuki sebuah ruangan dengan penerangan remang-remang. Ara kemudian di bawa ke sebuah kursi yang terbuat dari besi, duduk di sana dengan tangan dan kaki terikat.

Ada banyak kursi kosong di sana dengan bentuk yang sama.

"Kalian keluarlah," perintah Putra Mahkota kepada pengawal yang ada di ruangan itu.

"Baik, Yang Mulia," ucap para pengawal itu bersamaan lalu keluar dari ruangan dan berjaga di depan pintu.

Di dalam ruangan hanya tersisa Ara ada sang putra mahkota. Tidak ada pembicaraan yang terdengar di dalam ruangan, hening. Hingga beberapa saat kemudian Zhang Jiangwu mulai berbicara.

"Semalam, perbatasan kerajaan di serang oleh beberapa orang dari berbagai arah. Mereka menjarah penduduk desa di sekitar tempat itu. Para prajurit berhasil mengatasi hal ini, namun tak seorangpun dari mereka yang tertangkap. Beberapa dari mereka bahkan lolos dan kabur ke wilayah permukiman warga," kata Putra Mahkota panjang lebar.

Ara mengerutkan keningnya mendengar itu, "Apakah kau sedang menceritakan sebuah dongeng kepadaku?" balas Ara, suaranya terdengar sangat santai dan tidak takut apapun.

Tangan Zhang Jiangwu terkepal, "Apakah aku terlihat seperti seseorang yang sedang bercanda? Juga, apakah kau tidak memiliki tata karma?" ucap pria itu kemudian berjalan ke sisi ruangan dan mengambil sebuah cambuk dari sana.

Mendengar itu, Ara terdiam tidak merespon.

"Apakah kau mengabaikanku?" ucap Zhang Jiangwu lagi, dan di saat bersamaan ia mengayunkan cambuk di tangannya ke tubuh wanita itu.

CTAARR…

CTAARR…

Ara mengepalkan kedua tangannya, menahan rasa perih di kulitnya. Tak ada suara apapun yang terdengar lolos dari mulutnya. Membuat salah satu alis putra mahkota terangkat, senyum smirk muncul di bibirnya. Ia menjadi sangat yakin bahwa wanita di hadapannya saat ini adalah salah satu dari penyusup itu.

"Berhenti berpura-pura. Lebih baik kau mengatakan yang sebenarnya, kau membuang waktuku," ucap Zhang Jiangwu lalu berjalan ke depan gadis itu.

"Aku tidak pernah memintamu mengurungku di sini," balas Ara.

Lagi, satu cambukan mendarat di punggungnya. Membuat tatapannya semakin tajam.

"Yang Mulia Putra Mahkota yang terhormat, aku tidak mengerti dengan semua yang Anda katakan, apa maksud Anda? Penyusup? Mengapa membahas hal itu dengan saya? Aku hanyalah seorang budak. Jika Anda ingin menghukumku, maka lakukanlah, namun sebelum itu lepaskan semua teman-temanku. Apakah kamu tidak malu dengan ucapanmu sebelumnya? Atau apakah Putra Mahkota di kerajaan ini memang tidak bisa memegang ucapannya?" kata Ara panjang lebar.

Rahang Zhang Jiangwu mengeras, tangannya terkepal erat menahan amarah. Namun hanya beberapa detik, ia berusaha mengendalikan amarahnya.

"Hahaha…." Zhang Jiangwu tertawa, ia lalu meraih sebuah kursi dan duduk tepat di hadapan gadis itu.

"Siapa namamu?" tanya Zhang Jiangwu, mengangkat dagu Ara menggunakan ujung pegangan cambuk.

"Apakah sekarang kau tertarik kepadaku?" balas Ara.

"Kamu berasal dari kerajaan mana? Kerajaan Amania? Kerajaan Silver, kerajaan Tiando, atau kerajaan Skylos? Akan lebih muda jika kau berkata dengan jujur, Nona. Jangan membuat semuanya menjadi sulit, semua tidak aka nada gunanya," ucap Zhang Jiangwu lalu melipat kedua tangannya tepat di depan dadanya, ia bersandar di kursi.

Ara menghela napas dalam-dalam, "Apakah saat ini kau sedang menuduhku menjadi salah satu komplotan penyusup itu?"

Zhang Jiangwu terkekeh mendengar itu, "Bukankah hal itu memang benar? Sudahlah, aku sudah bersikap sangat baik kepadamu, sebaiknya kau jujur."

"Sayang sekali, aku bukanlah orang seperti yang kau katakan. Aku bukan penyusup, sudah aku katakan sebelumnya, aku hanyalah seorang budak," kata Ara masih dengan pendiriannya.

"Apakah kau akan terus seperti ini? Baiklah, sepertinya kau memang memintaku memperlakukanmu dengan kasar," kata Zhang Jiangwu, ia lalu memanggil seorang.

"Apa perintah Anda yang Mulia?" ucap pria itu.

"Buat dia mengakui semuanya, gunakan cara apapun," perintah Zhang Jiangwu.

"Baik, Yang Mulia," balas pria itu kemudian berjalan ke sisi ruangan, memanaskan dua batang besi yang berbentuk tombak.

Ara yang melihat itu bergidik ngeri, "A-apa yang akan kau lakukan?"

"Bukankah kau yang memintanya, Nona?" balas Zhang Jiangwu, senyum tipis muncul di bibirnya ketika melihat ekspresi ketakutan gadis itu.

Ara terdiam, ia berpikir keras, hingga pria itu telah selesai memanaskan besi di tangannya.

"T-tunggu," ucap Ara menghentikan langkah pria itu.

"Apakah kau ingin mengakuinya, Nona?" balas Zhang Jiangwu.

"I-itu…" ucapan Ara terhenti. "Jauhkan benda itu dulu dariku," tambahnya sembari melihat ke arah besi panas.

Zhang Jiangwu tersenyum tipis, lalu memberi isyarat kepada pria itu untuk menuruti ucapan gadis tersebut.

Ara menghela napas dalam-dalam, mungkin ia bisa menggunakan situasi ini untuk kabur. Ia lalu berdehen pelan, "A-aku bisa membantumu menemukan penyusup lainnya," ucapnya pelan.

Zhang Jiangwu menegakkan punggungnya, "Apa maksudmu?"

"Kau ingin menangkap penyusup-penyusup itu kan? Aku bisa membantumu," jawab Ara.

Mendengar itu, Zhang Jiangwu terdiam. "Jangan membohongiku, Nona. Apakah kau pikir kau bisa membodohiku dan memanfaatkanku untuk kabur dari sini?"

Sebuah jawaban yang sudah Ara duga. "Aku berkata jujur. Untuk apa aku berbohong kepadamu? Lagipula bukankah kau memiliki banyak prajurit? Apakah menurutmu aku bisa kabur darimu?"

Zhang Jiangwu terdiam sejenak, seolah sedang berpikir. "Bagaimana cara agar aku bisa mempercayaimu, Nona?"

"Lihat saja kondisiku sekarang ini. Aku tidak bisa melakukan apapun, satu-satunya cara agar aku bisa membuktikan bahwa aku tidak berbohong adalah membawamu menemui mereka semua," jawab Ara, berusaha meyakinkan. Caranya berbicara seolah-olah ia merupakan bagian dari para penyusup itu.

"Bunuh aku jika aku membohongimu, Yang Mulia," ucapnya lagi. 'itupun jika kau mampu,' batinnya lagi.