"uhh mereka sangat berisik dan Tei jangan coba-coba beri tahu gua pada mereka." Ia telah mengoceh tanpa henti.
"hmm hmm hmm"
"uhh kau terus meresponku dengan dehaman, beri aku respon lain..." sebuah pohon melengkuk menghentikan Gin yang berjalan dengan kesal.
"huh? Apa yang kau la- ah Tei! Aku lupa masih mengikatmu."
Tei memutar matanya, tubuhnya akhirnya dapat bergerak bebas kembali. "kenapa kau tidak mau mereka tahu?"
"bukankah itu jelas? tentu saja mereka bisa mengancurkan gua ku hanya untuk memasukinya!"
Entah mengapa saat ini Tei bisa membayangkan hal itu terjadi.
Mereka kembali kedalam gua setelah melakukan tanding lari tanpa bantuan kekuatan yang diakhiri ratapan kekalahan Gin. Tentu saja Tei lebih hebat dengan pengalamannya berlari menghindari griv di lorong yang sulit cahaya dan penuh rintangan. Jika ia bertanding di lapangan terbuka tanpa ada hambatan, Gin sudah pasti memenangkannya.
Tei masih saja takjub dengan keindahan gua. Gua memiliki beberapa ruang di dalamnya, salah satunya adalah ruang yang Tei tempati. Gin telah meninggalkannya untuk beristirahat setelah menunjukkannya. Ruang itu tidak besar, tapi segala hal didalamnya nampak artistik. Semua perabotan yang ada nampak dipahat dari bebatuan gua. Terdapat ranjang tidur dipojok bersisian dengan pahatan yang terlihat seperti susunan rak berukiran. Tei juga sedang mengagumi satu pasang bangku dan meja dengan alas beludru menghias dengan baik. Pencahayaan dan udara masuk melalui lubang yang tersegel dengan baik sehingga tidak ada yang dapat melihat atau manyusup kedalamnya. Dinding gua juga terdapat lilin cantik yang memantulkan cahaya ke arah cermin dan beberapa hiasan dinding.
Saat ini Tei bersyukur tidak jadi menolak tinggal di gua dan membuat hunian sendiri dengan tumbuhan.
~
~
"Atha, kau hanya perlu antar kami ke depan gerbang kerjaan." Suara Gin terdengar melembut.
Hari ini pertemuan Shuxac akan diadakan di kastil ibukota kerajaan.
"bagaimana kalian kembali?"
"oh Athaku yang manis, pria ini akan membawa pangeranmu kembali dengan cepat. Tidak usah khawatir." Drac merangkul bahu Agatha yang memiliki rona merah diwajahnya.
"karena kita akan menetap beberapa waktu di Ibukota, hmm..." Gin meletakkan tangannya di dagunya berpikir sejenak sebelum melanjutkan.
"kita bisa meminjam si Pangeran Serius."
"kau benar!" Gin nampak berbinar menyetujui.
"Serius? Apa itu nama orang, Drac? siapa itu?"
"hehe, jika kau bisa menebaknya saat aku kembali, aku akan memberimu hadiah."
"benarkah? tunggu saja, aku akan temukan jawabannya." Locos segera berlari dengan bersemangat.
"kita pergi sekarang. Atha."
Agatha mengangguk pada Gin dan membuka gerbang teleport. Tei tidak pernah berteleportasi sebelumnya, ia sedikit ragu untuk masuk ke dalam lubang hitam itu. Drac sudah lebih dulu menembusnya.
Gin yang kesal menunggu, mendekap dan menariknya menembus gerbang itu.
Ia terkesiap dan langsung mengunci bibir tipisnya rapat, Tei merasa perutnya sedikit teraduk. Matanya terpejam dan tangan mencengkeram erat bajunya.
"Tei, Tei, kau baik-baik saja?" suara Drac membuatnya membuka matanya perlahan, ia merasa sedikit pusing.
"emh, aku baik-baik saja. Terimakasih."
Saat pandangannya mulai normal, ia melihat sepasang mata coklat menatapnya lekat.
"ada apa?"
"kau membuat jubah ku kusut"
"hah?"
Ia menunduk, tangannya yang ia kira di bajunya sedang menggenggam erat jubah Gin. "oh maafkan aku, aku tidak sengaja."
Tei melepasnya dan segera menjauh dari Gin.
"hahahaha. Apa ini pertama kalinya kau berteleportasi?" Drac tertawa geli karena ini pertama kalinya melihat pemburu yang mabuk gerbang teleport.
Tei mengangguk. "bukankah itu sangat jelas."
"kau harus membiasakannya mulai sekarang, kita akan sering berteleport, dan pria tampan ini tidak bisa berada disampingmu terus." Gin mengatakannya dengan serius memegang bahunya.
Tei hanya memutar bola matanya menanggapi.
"ayo masuk." Gin berjalan mendahului memasuki gerbang disambut salam hormat pengawal yang berjaga di kedua sisinya.
Mereka akhirnya sampai di depan pintu kayu kokoh yang tinggi dan lebar bercorakkan lambang kerajaan Balton.
"Tei pastikan untuk tetap di sampingku." Nada Drac terdengar lebih serius dari pada biasanya walau masih dengan cengiran khasnya.
"apa di dalam berbahaya?"
Drac tersenyum hingga matanya membentuk garis melengkung. "bocah di depan kita lah yang harus kau waspadai." Tei mengangguk menyetujui.
Pintu di depan mereka terbuka, sudah terdapat banyak mallen dan fellan di dalam. Sekejap memasuki ruangan itu, Tei cukup terkejut. Walau ia juga sudah diberitahu sebelum berangkat untuk menekan aura kekuatannya. Ia tidak menyangka hanya akan merasakan sedikit aura kekuatan diruangan ini. Dia yakin, terdapat beberapa orang yang berlevel sama dengan Gin.
"selalu datang paling lambat." Suara rendah datang dari seorang pria dengan rambut berwarna bata menyala, senada dengan jubahnya yang berkibar mendekati mereka. Sebenarnya Tei memiliki tinggi yang di atas rata-rata, tapi diantara mereka dia merasa tenggelam. Mallen itu melipat lengannya, ia memiliki aura bangsawan yang terlihat elegan dan keangkuhan yang wajar. Tei merasa semakin memakan hati saat menyadari jika 3 orang di depannya tidak hanya memiliki tubuh yang baik bahkan tampilan mereka di atas rata-rata.
"oho Zura. Kau merindukan ku?"
"tidak." Jawabnya pasti sebelum melanjutkan "Kau masih saja menggunakan kain lap di wajahmu."
Gin mengabaikannya memandang sekeliling. "Apa lebih dari 15 klan?"
Zura mengangguk "20 Klan termasuk kau dan aku."
"waw, apa hadiah kali ini sangat menggiurkan?"
"hai Drac. Ya, aku dengar itu dua kali lipat dari Shuxac sebelumnya." Zura menyadari keberadaan Tei yang berdiri di samping Drac.
"kau merekrut anggota baru?" Zura mendekat ke arahnya. Gerakannya elegan dan bersih, juga suara yang tenang menjadi pelengkap sempurna wajah tampannya.
"salam kenal, Zura, pemimpin klan Chimaera." Ia menunjuk lambang perpaduan singa dan api di dadanya.
"Tei. Kau memang terlihat seperti pemimpin klan." Tei tersenyum membalasnya. Gin yang mendengarnya mengangkat sebelah alisnya.
Zura mengangguk memahami maksud Tei, "terimakasih. Aku belum pernah melihat rambut sepertimu, itu terlihat sangat indah padamu."
Sebelum Tei bisa menjawab ia merasakan bahunya memberat tertindih dua lengan berotot merangkulnya.
"ohoho, kau tidak penasaran dengan levelnya?"
"Tei seorang borazon, bagaimana kau iri kan? hm? hm?"
Tei bahkan tidak ingin merepotkan dirinya untuk melihat kedua wajah di sampingnya.
"anggota baru Hydra yang menawan,"
"dengan level borazon."
Gin dan Drac membuat pukulan kepalan di depan Tei.
"Tei, aku turut berduka untukmu."
"terimakasih."
"Teiii... Harusnya kau mendukung kami."
"oh tidak... Tei ku, apa kau tertarik dengan rambut obor ini?" Drac terlihat kecewa menatapnya.
"Tenanglah Drac, Tei tidak mungkin tertarik dengan pria membosankan seperti dirinya." Gin menepuk-nepuk bahu Drac menenangkan.
Tei dan Zura saling menatap dengan telepati yang tepat untuk mengabaikan dua mallen bodoh di dekat mereka.
"apakah anggotamu tidak datang bersamamu?"
"mereka ada disana." Zura menghela napas menunjuk seorang fellan dan mallen di dekat hidangan suguhan. Fellan itu terlihat sedang mengawal mallen yang memakan apapun yang disentuhnya.
"terlihat mirip..."
"yah, setidaknya adikmu lebih tau cara untuk bersenang-senang." Drac sudah kembali normal.
"oh Zura, bagaimana dengan tifora mu?"
"sangat beruntung kau mendapat cairan kesembuhan. Anak baru itu mematahkan beberapa tulangnya dan menangis tanpa henti."
"tapi kau memiliki 5 tifora yang dapat menggantikan."
"ya, jika aku tidak mengurus Mesimera, itu tidak akan menjadi masalah sama sekali."
"selamat menikmati kehidupan menjadi orang penting." Drac memberinya tepukan prihatin.
"jika, kapten kalian tidak begitu lancang dengan berpura-pura terkena racun siput menular saat penobatan, bukan Harpies yang akan menduduki Vredi saat ini."
"ppfft" Gin dan Drac terbahak mengingatnya. Gin menolak pergi ke acara penobatan dengan menunjukkan jarinya mengeluarkan lendir hitam pada pengawal yang menjemput. Tentu saja itu hanya lendir siput yang dicampur tinta cumi-cumi.
"kerja bagus Gin, terlalu merepotkan mengurus kehidupan banyak orang."
"tentu saja. Aku masih tersedia banyak cara lain untuk mengelabui pengawal itu jika mereka masih datang."
Zura bergeser ke samping Tei sedikit merunduk membisikkan prihatin, "pintu Chimaera akan selalu terbuka untukmu."
"aku sungguh menghargai kebaikanmu." Menjawab tulus.
Pintu berat terbuka kembali, terlihat seorang pria paruh baya dengan janggut putih bersanggar di dagunya. Ia berjalan dengan senyum ramah di wajahnya.
"sang fedor?" Tei berbisik ke arah Drac.
"yap, dia terlihat lebih muda dari seharusnsya kan?"
"selamat datang semuanya. Terimakasih sudah memenuhi undanganku." Suara serak berat memenuhi ruangan.
"aku turut sedih dengan musibah yang terjadi pada beberapa klan, karena itu pasukan khusus telah ditugaskan untuk menyelidiki hal ini. Terimakasih pada para klan yang masih berpartisipasi dalam Shuxac. Baik kalau begitu, pria tua ini tidak akan menahan kalian terlalu lama. 20 macam senjata untuk kalian."
Suara berbisik mulai terdengar saat 20 pengawal yang membawa busur, belati, dan pedang dengan berbagai macam bentuk. Tei mengamati satu per satu. Terdapat pedang yang terlihat sangat kuat dengan gagang berhias zamrud dan kilatan dari besi pedang itu terasa dapat menghunus cepat. Tapi, ia lebih suka dengan yang dihadapan pengawal ke 12, ia memamerkan sebuah belati dengan batu hitam menguatkan ukirannya.
Drac mengungkapkan kekagumannya, "wahh lihat semua itu... Dabria akan sangat senang melihat ini."
"Para pemimpin klan majulah ke depan." Gin dan Zura segera pergi meninggalkan mereka.
Kompetisi shuxac tidak hanya mengandalkan kekuatan tapi juga keberuntungan. Klan dapat memperoleh senjata dari kerajaan untuk membunuh griv. Hal menariknya, senjata ini bukan senjata biasa melainkan dapat berpadu dengan kekuatan bawaan pemburu.
Para pemimpin klan telah mengambil tongkat yang bertuliskan nomor undian senjata.
"Tidak! Aku tidak bisa menerima ini. Fedor aku rasa ini tidak adil, senjata ke 12 ini bahkan terlalu kecil untuk menembus griv level rendah." Pria setengah botak dengan wajah lebar yang terlihat memerah karna menahan amarah.
"nikmati pertunjukkannya." Drac berbisik seakan tau hal ini akan terjadi.
"apa kau tidak puas dengan aturanku, pemimpin klan gophers?" suara terkesiap terdengar dari berbagai penjuru saat ruangan itu terasa ditekan dengan hawa kekuatan yang tinggi. Pemimpin klan Ghosper yang berapi-api sebelumnya, sekarang telah padam dan meringsut.
"Fedor. Bolehkah aku yang menyelesaikan hal ini?"
Tei, Drac dan Zura terlonjak hebat mendengar suara familiar di dekat mereka.
"Pemburu gila. Apa yang kau lakukan?" desisan Zura telah turut mewakili Drac dan Tei.