Chereads / Keturunan Musuh / Chapter 11 - Ibukota Balton

Chapter 11 - Ibukota Balton

Mereka berjalan menyusuri jalanan ibukota saat matahari telah terbenam. Terdapat banyak kedai dan aneka dagangan telah tertata menjalar di kedua sisi. Walau dia sudah keluar dari dungeon beberapa minggu, ia belum pernah pergi ke pusat perdagangan. Saat bersama Luxia, mereka sering pergi ke Dupe dan makan hasil perburuan atau apapun yang diberi Luxia.

"bagaimana kau mengubah rambutmu?"

"itu rambut aslinya."

Gin tersenyum lebar dengan rambut berakar hitam berpadu abu-abu menghiasi kepala wajah liarnya.

"bagaimana? Kau suka penampilanku yang seperti ini? kau tidak perlu mengucapkannya, aku tahu aku terlihat sangat tampan."

Tei tidak dapat menyangkal. Jika orang yang sedang memotong makanan tidak sengaja melihatnya, mereka dapat menjadikan jarinya korban. "apa penutup wajah dapat membuatmu tidak dikenal?"

"sangat pintar." Gin memberi seringaian menyampirkan tangannya ke bahu Tei "bukankah menyenangkan berjalan bebas seperti ini? Ingatlah ini salah satu kehormatan bagimu untuk berjalan bersamaku dan melihat rambut asliku. Hanya Drac dan Atha yang pernah melihatku seperti ini."

Tei hanya menatapnya datar tidak merasa bangga mendengar ucapanya.

"itu dia." Drac segera berbelok memasuki sebuah bangunan 2 tingkat dibuntuti Tei dan Gin.

Tei melewati tirai dan lorong hingga akhirnya mendapati banyak orang berkumpul di satu ruang luas. Pencahayaannya temaram di temani alunan nyanyian dan beberapa alat musik dari pojok ruangan. Terdapat banyak area duduk bersekat menyebar mengelilingi area tengah yang dijadikan lahan untuk saling menggoyangkan tubuh dan bersentuhan. Aroma ruangan ini dapat memberikan efek nyaman. Hal yang membuat Tei sedikit bergidik, dia tidak dapat menghitung berapa banyak fellan dan mallen berkeliling dengan kekurangan bahan pakaian di tubuhnya.

"dimana kita?"

"ini adalah salah satu tempat terbaik yang ada." Gin menyeringai.

"kalian kembali!" suara girang wanita menghampiri mereka, hampir separuh dadanya menyembul keluar menyapa siapapun.

"hai Mula. Kau merindukanku?"

Dia tertawa malu-malu menyembunyikan setengah wajah di balik telapaknya. "terdapat sekat dengan pemandangan baik yang kosong, ikuti aku"

"Terimakasih, kau sangat baik." Gin memberikan senyum terbaiknya membuat wanita itu memekik bahagia. Beberapa pasang mata juga telah terpaku ke arah mereka dan membuat gerakan-gerakan menggoda. Tei tidak tahu apa yang mereka lakukan dan hanya melihat tanpa ekspresi.

"Apa kalian ingin memesan sesuatu?"

"berikan kami 2 gelas Roka dan 1 sari buah untuk mallen disini."

Roka merupakan sari buah yang dibuat dengan beberapa energi cla yang dapat memberi rasa hangat dan meningkatkan semangat.

"oh itu pilihan yang sesuai dengan penampilannya, dia terlihat sangat manis."

"kau benar, dia juga menggemaskan."

"baiklah, aku akan segera kembali." Dia mengedipkan matanya sebelum menghilang di keramaian.

"apa yang kita lakukan disini?"

"Teiku yang manis, kakak ini akan mengajarkan mu cara bersenang-senang." Drac tersenyum ke arahnya.

"coba saja kau tidak langsung pingsan setelah menyisip Roka, ini akan lebih menyenangkan."

Gin sudah pernah memberinya Roka beberapa hari lalu. Tidak. Kata yang sesuai adalah 'menipu'. Gin menukar minumannya. Keesokan harinya setelah sadar ia mengeluarkan semua makan malam sebelumnya. Tei hanya dapat menahan semua hawa nafsu untuk membalasnya, ia mempertimbangkan semua hal yang di dapatnya saat ini adalah berkat Gin.

"minuman itu bahkan tidak terasa enak, apa yang menyenangkan?"

Drac berdiri dan meninggalkan mereka menuju area tengah yang ramai.

"oh kau harus terus perhatikan Drac."

Tei menuruti Gin dan tetap memperhatikan Drac, mengabaikan wanita sebelumnya yang telah mengantarkan minuman mereka kembali. Drac sedang berbaur mengikuti alunan musik, tidak lama seorang fellan mendekatinya dengan senyum cerah. Mereka berdiri berdekatan sebelum akhirnya Tei tersedak melihat mereka saling mempadukan bibir. Tei segera mengalihkan pandangan, merasa tidak baik untuk terus melihatnya. Tei menegak minumannya dengan cepat.

Gin menepuk pucuk kepalanya. "itu yang disebut ciuman."

Tei terdiam, ia memperoleh terlalu banyak informasi saat ini. (informasi baru Tei: ciuman dapat dilakukan pada siapapun dan dapat dilakukan bersamaan)

"Apa Drac menyukai fellan itu?"

"huh? Apa maksudmu?"

"kau bilang, kita dapat mencium orang yang kita sukai."

Tei bingung mendapati Gin tertawa terbahak mendengar jawabannya.

"ohh Tei kau benar-benar seperti air gunung, aku merasa bersemangat mencemarimu saat ini." Gin berdeham sebelum melanjutkan. "yah, Drac mungkin menyukai penampilan fellan itu"

Ia mengkerut berpikir, "jadi, maksudmu jika aku menyukai penampilan Zura, aku dapat menciumnya seperti Drac?"

Gin menyemburkan minumannya membuat Tei ikut terkejut. Gin segera menoleh mencengkram kedua lengannya dengan wajah was-was, "TIDAK. Tidak, tidak Tei. Kau tidak bisa. Buang jauh-jauh pikiran itu. Apa yang kau sukai darinya!?"

"itu hanya permisalan."

"jangan buat permisalan lain! kau sudah mengurangi beberapa tahun umurku. Hhh... dengar, kau tidak boleh mencium sembarang orang. Terutama Zura! Ahgg bagaimana aku harus menjelaskan ini. Oh! coba lihatlah fallen disana," Gin menunjuk fellan dengan rambut hitam terurai sepinggul, badanya dibalut kain yang menonjolkan bagian tertentu tubuhnya.

"bagaimana menurutmu?"

"dia... akan jatuh sakit karena pakaiannya."

Gin menggenggam jemarinya kuat, mata dan bibirnya terlipat erat, menarik napas dalam. Ia menatap tei lagi dengan tenang. "apa kau pikir kau dapat menciumnya seperti Drac?"

"uh, Tidak."

"hmm, Bagaimana kalau mallen itu?" mallen yang ditunjuk sedang memamerkan badan penuh ototnya dengan beberapa hiasan di tangan dan lehernya.

"tidak."

"kau harus menyukai dan tertarik satu sama lain jika ingin berciuman seperti Drac. Kupikir standarmu cukup tinggi." Ia menunjuk beberapa orang lagi dan Tei tetap menjawab tidak.

Sebelum Tei dapat mengajukan pertanyaan lainnya Gin telah memanggil Mula kembali. Tei tidak dapat menangkap apa yang ia bisikkan pada Mula.

Setelah beberapa saat Mula kembali bersama wanita ramping dengan pipi merona yang terlihat anggun dan cantik. Ia memiliki kain jubah yang menutupi tubuhnya tidak seperti Mula. Hal yang disayangkan adalah jubah itu sangat tipis dan memperlihatkan banyak hal! Bahkan pakaian Mula sepertinya terasa lebih hangat.

"senang bertemu dengan mu tuan, aku Xixi." Suara telah menjadi semanis mungkin.

"kupercayakan pria ini padamu." Gin menepuk bahunya.

Awalnya Xixi sedikit kecewa karena bukan Gin yang akan bersamanya, tapi setelah memperhatikan Tei, tulang pipinya kembali terangkat. "Xixi akan melakukan yang terbaik."

"Tei ikuti dia."

Xixi memberinya senyuman mengulurkan tangannya. Walau Tei tidak tahu untuk apa, ia memutuskan untuk menuruti Gin. Lagipula mereka berikatan, tidak mungkin Gin akan membahayakannya.

Setelah Tei pergi, Mula tetap tinggal menemani Gin.

"Gin, apa kau tidak ingin bersenang-senang?"

Gin memberikan wajah memelasnya, "aku ingin, tapi aku terlalu lelah setelah membunuh griv."

Mula sangat mempercayai kebohongan halus dari mulut pria itu. Ia bahkan turut terlihat khawatir.

"Mula, apa kau memiliki cerita menarik, aku merasa bosan."

Gin mendapat banyak perhatian dari pekerja di sana, tentu Mula sangat bersemangat menerima undangan untuk mempertahankan dirinya tinggal berlama-lama. "ya! Tiga hari lalu, dua anggota utama klan Harpies dan beberapa asuhannya datang."

"anggota Harpies?"

Gin cukup tertarik dengan cerita yang ia dengar. Sangat jarang mendapati angota utama dari tiga klan terkuat pergi ke wilayah lain, khusunya ibukota.

"ya." Ia melanjutkan, menggeser duduknya mendekat. "aku dengar mereka memiliki suatu pekerjaan atas perintah orang kerajaan dan sudah beberapa hari tinggal di kastil."

"apa kau tahu pekerjaan apa?"

"salah satu asuhan hanya menyebutkan mereka beberapa kali pergi ke Dupe. Tapi mereka tidak pernah mengatakan pekerjaan seperti apa."

"ahh begitu..."

Mendengar kekecewaan Gin, Mula menjadi sedikit khawatir akan diusir pergi.

"aku juga mendengar hal lain yang mungkin berkaitan." Mula sangat senang Gin menoleh kembali kearahnya, ia semakin duduk mendekat memberi senyuman terbaiknya.

"tiga minggu setelah Dupe baru, banyak pemburu yang dikabarkan menghilang."

"berapa banyak yang kau tahu?"

"mungkin lebih dari 10 pemburu tungsten dan 15 osmium."

Gin menaikkan sebelah alisnya. "apa mereka memiliki kasus kehilangan yang sama?"

"para pemburu pemula selalu mulai memasuki dupe dari awal terbuka dan akan kembali setelah dua pekan, mereka yang dilaporkan hilang adalah yang tidak kembali."

"mungkin saja mereka ingin menghabiskan lebih lama di Dupe." Itu adalah yang selalu Gin lakukan dulu, walau ia tahu sangat jarang yang akan menantang maut sepertinya.

"beberapa petugas Dupe juga mengatakan hal serupa, tapi banyak dari kerabat yang ditinggalkan selalu menyangkal. Aku juga mengenal salah satu dari pemburu osmium yang hilang. Dia berjanji akan kembali kesini secepatnya setelah dua minggu, tapi ia benar-benar tidak pernah kembali lagi."

Ia sudah cukup puas mendengar informasi yang baru saja ia dapatkan dan ingin mengusir Mula yang sudah menempelkan buahnya di lengannya. Saat ia memikirkan suatu cara, matanya menangkap sosok pria dengan ekspresi datar yang memikat berjalan di keramaian dengan anggun mengabaikan semua tawaran yang di berikan pria wanita yang melihatnya.

"Tei! Kau sudah kembali?"

Tei mengabaikannya, duduk kembali dan mengambil minuman yang ia tinggalkan sebelumnya.

"Mula, aku sangat terhibur mendengar ceritamu. Temanku sudah kembali, kau bisa pergi sekarang."

Wanita itu ingin memaki Tei karena telah merusak peluangnya yang hampir mencapai tujuan. Untungnya ia tidak terlalu rugi setelah mendapat beberapa koin emas dan senyum menawan Gin.

"Hei apa kalian hanya akan diam disini? Tei sayang apa kau mempelajari sesuatu?" Drac juga datang kembali.

"dimana fellan yang kau cium?"

"fellan?" ia menegak Roka hingga separuhnya "aku menyuruhnya pergi, dia membosankan."

"huh? Tapi kau menciumnya."

"hm. Apa kau juga ingin menciumnya?"

"Tidak." Tei mengerutkan wajahnya.

"Tei, kau sendiri bagaimana, dimana Xixi?" tentu Gin juga tidak menyangka Tei akan kembali secepat ini.

"dia memiliki masalah perut." Tei menjawab dengan mulus.

"siapa Xixi?"

"Drac, bukankah kau menyukai dan saling tertarik dengan fellan itu? Kenapa menyuruhnya pergi?"

"apa? Siapa menyukai siapa?"

...

Itu yang dijelaskan Gin sebelumnya.

"oh tidak, lupakan. Drac aku akan membawanya pergi. Kau dapat melanjutkan disini."

"huh? kenapa?" Drac sungguh tidak tahu apa-apa...

"dia belum siap menerima semua ini, ayo." Gin langsung menarik tanpa mendengar persetujuannya.