Gin, Tei, dan Drac menghabiskan 4 hari penuh di ibukota kemudian memutuskan untuk pergi ke Mesimera. Tei telah mengumpulkan banyak pengetahuan dari Gin dan Drac yang mengajaknya ke berbagai tempat, walaupun beberapa informasi sangatlah tidak berguna.
Ibukota Balton, Vredi, Proi, dan Mesimera merupakan 4 wilayah yang mengeliling Dupe dengan terdapat masing-masing gerbang masuk. Ibukota Balton berada di sisi Utara, Proi yang dipimpin klan Kraken berada di Selatan, Vredi dengan klan Harpies berada di sisi Timur, dan terakhir Mesimera berada di Barat.
Menjelang sore hari, mereka sudah memasuki kawasan klan Chimaera. Di pintu masuk terdapat dua patung singa gagah menghiasi pilar gapura tinggi. Tei terperangah melihat suguhan megah kediaman klan Chimera. Mereka melewati lapangan luas dengan banyak pemburu yang sedang berlatih, ada beberapa replika griv di tengah lapangan itu.
"kenapa Chimaera memiliki banyak anggota?"
"pfft, hahaha, Tei sayang mereka bukan anggota klan, anggap saja seperti sebuah kerajaan, walau mereka berada di kastil istana bukan berarti mereka anggota kerajaan kan?"
"hmm hmm. Mereka memang berada di bawah pengawasan klan Chimaera, tapi hanya yang benar-benar berbakat dapat menjadi anggota klan. Mereka dapat disebut anggota asuhan."
"lalu ada berapa anggota klan Chimaera?" Tei menoleh ke arah Gin.
"terakhir kali kuingat ada sembilan."
"yup, dan masih tetap sembilan." Drac mengangguk membenarkan.
"Teiiiii!" Teriakan itu berasal dari tengah lapangan, seorang mallen melambai bersemangat berlari ke arahnya.
"bocah itu salah satunya."
Zoru hampir dapat memeluk tubuh Tei sebelum seluruh tubuhnya terhantam dan terlilit batang pohon. Drac dan Gin mengeluarkan suara kekaguman bersama. Tiba-tiba suara ledakan membuat Tei terlonjak, serpihan kayu telah berterbangan di udara oleh mallen dengan mata berkilat tersenyum bangga. Gin dan Drac sudah tertawa terbahak di sampingnya.
"Tei, kau mengendalikan tanaman? Itu mengagumkan, sangat pantas dengan penampilanmu." Zoru yang sudah terlepas langsung meremasnya kedalam pelukan.
"uhh jauhhkand dia dariku."
"Tei tinggalah bersamaku."
"lupakan mimpimu anak muda. Kau harus lebih tampan dariku jika ingin bersamanya." Gin menepuk bahunya bersimpati.
"tapi banyak orang tergila-gila padaku dan kakak Gin, kuakui kau tampan tapi kau selalu menutup wajahmu"
"Zoru. Lepaskan tamu kita." Suara berat dan tenang berasal dari sang kakak yang sedang berjalan dengan penuh wibawanya.
"tidak ingin... Tei menikah denganku dan tinggal bersamaku."
Tei masih berusaha melepaskan dirinya tapi kekuatan lengan Zoru bukanlah tandingannya. Dan ia tidak berani melukai pria ini di wilayah kekuasaannya dan di depan mata kakaknya.
"Aw aw kakak, beri ampun!!"
Zura telah melepaskan Zoru dari Tei tanpa terlihat berusaha. Walau ia terlihat hanya menggengam lengan, tapi orang yang digenggam seperti terjepit batu sungai. Ia bergelung di tanah menggenggam tangannya.
"selesaikan latihanmu."
"tapi Tei ada disini. Sudah sepantasnya aku akan mengajaknya berkeliling."
"Itu tidak perlu." Tei menjawab cepat.
"kau sudah mendengarnya. Cepat kembali."
"oh Tei kau memikirkan kebaikanku dan menginginkanku untuk berlatih?"
"tidak."
"aku tahu kau ingin agar aku lebih kuat dan bisa melindungimu?" Zoru mengucap terharu dengan mata berkaca-kaca.
"tidak."
"baiklah aku akan menyelesaikan latihanku dengan cepat dan kembali padamu."
"jangan."
Getaran suara Tei telah di blokir sepenuhnya dari daun telinga Zoru dan diabaikan sepenuhnya, Zoru memeluknya sekilas sebelum berlari kembali menuju tengah lapangan.
"maafkan ketidak sopanan adikku." Zura menunduk ke arahnya.
"setidaknya dia benar dalam menjalani kehidupannya, bersenang-senang adalah hal penting."
"sangat benar. Gin apa kau ingat saat ada fellan mengaku perasaan padanya?"
"kakak Zura~" ia segera berubah memeragakan seorang gadis dengan manja memeluk lengan Drac yang telah menghilangkan segala ekspresi di wajahnya.
"kakak~ apa kau tau apa yang lebih indah dari kupu-kupu?"
"Aku tahu." itu sungguh suara datar yang tidak peduli.
"ya! Aku juga tahu! Kakak kau lebih indah dari kupu-kupu... karena itu aku sangat menyukaimu~" Gin melepaskan tangan Drac berbalik menutup wajahnya berpura-pura malu.
"kenapa kau membandingkanku dengan tubuh kecil berbulu? Itu menjijikan." Ia menjadi kesal.
"huh? Kakak?" Gin segera berbalik dengan terkejut melihat Drac yang sudah membelakanginya. "Tidak. Bukan. Aku tidak bermaksud..." Ia terjatuh menyedihkan dengan tangan ingin menggapai, kesedihan terpancar di matanya. Akhirnya ia memeluk tubuhnya dan mengeluarkan isakan pilu.
Sungguh dramatis.
"Bisa kau membawaku pergi dari sini?"
"aku menghormati permintaan bijakmu." Zura mengangguk setuju.
Mereka segera meninggalkan pertunjukan drama opera 'Kupu-kupu yang membawa petaka'.
"apakah tawaranmu sebelumnya akan terus berlaku?"
"kau akan diterima di sini kapanpun kau berubah pikiran."
"terimakasih, aku merasa memiliki asuransi kehidupan."
Langit Mesimera cukup terkenal akan kecantikannya saat menjelang malam, itu karena berada di sisi paling barat searah matahari terbensm. Nuansa hangat akan menyelimuti wilayah ini.
"Zura, kami akan mengacau 2 hari disini." Itu bukan lagi gadis muda yang patah hati.
"karena, kau datang tanpa peringatan, hanya ada dua kamar tidur tersisa."
"tidak masalah aku akan tidur dengan Tei."
"kenapa denganku?"
Gin mendengus, "itu karena Drac bersuara seperti badai saat tidur."
"aku melatihnya bertahun-tahun agar kau tidak tidur denganku." Drac tersenyum bangga.
Gin mengerutkan dahinya berpikir dan tiba-tiba membesarkan matanya, "brengsek, jadi itu adalah suara latihan mu! babi yang selalu muncul tengah malam."
"benar. aku sengaja melatihnya dekat kamarmu." ia mulai tertawa, "itu sangat membahagiakan saat melihatmu panik berlari sambil berteriak babi hutan menyerang." Drac memegang perutnya sambil tertawa bersemangat.
...
bodoh dan yang lebih bodoh.
"Apa kau mau tidur denganku Tei?"
"TIDAK!" Gin dan Drac menjawab cepat, tegas, dan Drac segera menghalangi Zura dan Tei.
"tidak Tei jangan dekat-dekat dengannya." Gin memeluk Tei dengan protektif menjauhkan dari Zura.
"kalianlah yang terlalu dekat." Tei mendorong tubuh lebih besar menjauh darinya.
"terimakasih Zura, tapi aku tidak ingin merepotkanmu."
Dua mallen yang mendengarnya menghembuskan napas dengan berlebihan.