Gin yang tenang di antara ketegangan ini, berjalan ke pria botak itu dengan santai di bawah tatapan semua orang. Suara lebah memenuhi ruangan, Tei menangkap beberapa kata seperti pemimpin, Hydra, bodoh, dan tak tahu malu.
Semua kembali tercengang setelah Fedor mengangguk dan mengizinkan, Ia berputar duduk di singgasananya. Terlihat malas mengurus hal yang terjadi.
"pemimpin klan Ghosper, maaf siapa nama anda?"
Dia sedikit tersinggung sebelum akhirnya menjawab, "Arto."
"ah, tuan Arto. Aku ingin bertaruh denganmu." Tangannya berada di samping pinggul meregangkan, sikap yang tidak sopan. Tentu tidak ada yang tersinggung, jujur saja gerakan itu memberi asupan yang baik untuk mata. Beberapa pemburu juga tengah dengan terang-terangan menunjukkan kekagumannya pada si rambut perak.
"pertaruhan seperti apa?" ia sepertinya tidak tahu siapa Gin dan memandang remeh.
"Bertarung denganku dengan menukar senjata pilihan kita. Jika kau menang melawanku dengan senjata pilihanku aku akan memberikannya padamu, tapi jika aku menang menggunakan pedang pilihanmu, kau harus mengabulkan 1 permintaanku." Mata Gin mengungkapkan senyum di balik penutup wajahnya dengan rambut peraknya terlihat semakin gelap oleh cahaya.
"berapa nomormu?"
"Satu."
Terdengar suara terkesiap dan keluhan tidak percaya memenuhi ruangan. Nomor satu adalah pedang dengan batu zamrud yang dinilai terbaik.
"kau tidak boleh menarik kata-katamu." Altro mengucap dengan tulang pipi merangkak ke atas. Tentu saja ini penawaran yang sangat baik untuknya, dia akan menggunakan senjata terkuat melawan sebuah belati.
"kau tidak perlu khawatir tuan Atro, aku pria yang menepati janji."
"kau anak muda yan pandai berbisnis." Pria botak itu tersenyum senang dan segera berlari ke arah pedang bergagang zamrud.
"Tei, kalau tidak salah kau menggunakan belati?"
"hm?" Tei menoleh "ya. Aku hanya bisa menggunakan belati."
"..." sangat jelas!
"dia selalu mencari kesempatan untuk bersenang-senang." Zura menghembuskan napasnya sebelum akhirnya berpamitan pergi ke adiknya.
"Drac.. orang itu tidak akan berpura-pura kalah kan?" Tei sedikit khawatir.
"aku tidak tahu, anak bodoh itu terlalu sulit ditebak, tapi bahkan kau pun bisa menghabisi pria itu." Drac menyesap minuman yang ia ambil dari meja-meja yang terpencar di ruangan ini.
"apa maksudmu?"
"dia juga seorang borazon, tapi kau lebih berbakat darinya." Drac membuat Tei terkejut dan refleks menoleh kearahnya.
"aku bisa tau dengan detail kekuatan seseorang." Drac mengedipkan sebelah matanya seraya tersenyum. Tei ingat dia tidak mengatakan kekuatannya pada Drac sebelumnya, Drac lah yang langsung mengungkapkannya.
Di tengah ruang Gin sudah menggenggam belatinya, posturnya terlampau santai untuk dikatakan seseorang yang akan bertarung. Dihadapannya Altro yang sudah bersiaga dengan pedang berkilau di tangannya. Level kekuatan memang berpengaruh tapi bakat yang diasah lebih menentukan. Seperti halnya seorang tifora titanium yang dapat mengalahkan pemburu berlevel borazon.
"tuan Altro, kau dapat mulai menyerangku kapan pun kau siap."
"huh, bukankah kau terlalu percaya diri anak muda"
Tei tanpa sadar mengangguk menyetujui perkataan Altro.
"tapi, jika kau memaksa dengan senang hati ku terima."
Kilatan pedang yang terayun cepat menunjukkan kehandalan orang yang menggunakannya. Tapi pedang itu tak pernah dapat mengenai sasarannya, membuat orang yang melihat mulai bersimpati pada bakat yang ditunjukkan. Korban yang diinginkan hanya bergerak setenang udara menghindar dengan jarak yang minim. Altro memang lebih lambat dari Tei tapi kehandalannya dalam berpedang tidak bisa diragukan. Serangan membabi buta terus di keluarkan Altro. Semua orang memandang dengan takjub pertarungan yang di suguhkan di depan mereka. Gin terlihat sangat mudah menghindari semua serangannya menumbuhkan pikiran pada penonton jika klan Ghosper adalah klan yang lemah. Altro semakin meningkatkan kecepatannya, wajahnya merah padam. Walau Gin membuat pertunjukan itu terlihat lamban, namun nyatanya sangat cepat!
"Aargh!" teriakan serak segera memotong udara.
Clangg~ suara pedang terlempar seiring darah keluar dari punggung tangan pria botak itu. Beberapa terkesiap, beberapa yang lain memandang dengan menahan rasa sakit seakan ikut merasakannya. Termasuk Tei yang refleks mencekram lengan Drac di sebelahnya yang sedang mengeluarkan cekikian pelan.
"oh maafkan aku, tuan Altro. Tapi tenang aku sudah memastikan, luka itu tidak akan menimbulkan efek jangka panjang." Gin mengucapkan tanpa ada penyesalan di nadanya.
"Apa permintaanmu?" suara bergetar kesal berasal dari sela gigi yang terekat kuat menahan sakit ditangannya. Tentu ia tidak bisa melanjutkan pertarungnnya lagi, semua energinya telah habis. Juga tangan yang terluka adalah tangan utama yang ia gunakan!
Mata Gin melengkung seakan tersenyum, "aku ingin tukar senjata."
Bahu Drac bergetar menahan tawa melihat Tei ternganga di depannya. Jawaban Gin membuat seisi ruangan menyatakan ketidakpercayaan.
"Drac.. Kau tahu ini yang akan terjadi kan?"
"ini menjadi lebih menarik daripada hanya meminta secara cuma-cuma." Drac memberinya senyum seringaian.
Altro tidak terlihat terlalu buruk lagi setelah mendengar permintaan Gin. Fedor kembali berdiri membuat ruangan kembali diam, "kalau begitu sesuai perjanjian, senjata klan Ghosper akan ditukar dengan Hydra. Terdapat hal lain yang harus aku sampaikan mengenai pembagian urutan masuk, tapi aku memiliki urusan penting yang harus ku selesaikan. Sezi." Mallen yang berada di dekat fedor mengangguk dan berjalan mendekat. "dia akan menggantikan tugasku disini. Kalau begitu mohon maafkan ketidak hadiranku." Fedor segera berjalan menuju pintu dengan diikuti beberapa orang dibelakangnya.
Hanya itu?! apa yang paman itu telah lakukan sebelumnya? Berbicara? Menjadi paman itu sungguh anugrah!
"Tei mengapa kau tersentak?"
"aku bertatapan dengan fedor..." Tei memang saling bertatapan sekilas dan ia yakin melihat Fedor mengerutkan dahinya sebelum akhirnya pergi. Apa dia mengungkapkan pemikirannya dengan keras? Tentu tidak, dua pria di dekatnya tidak mendengarnya.
"kukira kau terkejut karena dia terlihat muda di usianya yang ke 103 tahun."
Tei segera menoleh ke arah Gin yang melipat tangan di dada, "seratus?"
"pendengaranmu bermasalah lagi? kubilang seratus tiga tahun."
"kukira kau sudah tahu saat aku mengatakan padamu tadi."
Tei menatap datar tersinggung, "hal-hal lain lebih penting, daripada menggali umur seseorang"
Suara nyaring segera menginterupsi mereka. "Perkenalkan aku Sezi, pemimpin pasukan yang akan bertugas saat Shuxac." Semua mata menuju pria yang sedang membungkuk memberi salam "Dalam 2 bulan akan di selenggarakan pertandingan antar klan untuk menentukan gerbang dan urutan masuk Dupe. Akan terdapat 4 pemenang sesuai dengan jumlah gerbang, ketiga pemenang pertama dapat memilih gerbang, dan pemenang ke-4 akan mendapatkan sisanya. keempat klan yang menang mendapatkan keuntungan untuk memasuki Dupe pertama kali. Klan yang tersisa akan memasuki Dupe setelah 3 jam dan mendapatkan gerbang berdasar undian. Lawan tanding antar klan akan diumumkan satu hari sebelum pertandingan dimulai. Ada yang perlu diperjelas?"
~
Setelah semua acara selesai, Zura mendatangi mereka untuk berpamitan. Adiknya, Zoru, memiliki umur yang sama dengan Tei dan tinggi mereka juga hampir sama yang membuatnya merasa lega, walau tubuh Zoru sedikit lebih tebal dengan otot padat. Tei tidak yakin mereka benar-benar saudara karena sifatnya sangat berkebalikan. Zoru menyemburkan perasaan kagum dengan Gin yang memenangkan pertandingan dengan pemimpin klan Ghosper sang ahli pedang. Saat melihat Tei, ia tak henti-hentinya mengucapkan pujian dan godaan untuk Tei sebelum akhirnya ditarik paksa.
Mereka bertiga telah sampai di salah satu peningapan di tengah ibukota.
"apa yang kalian inginkan?" Tei menatap was-was dua pemburu dengan senyum lebar menampakkan giginya.
"Tei katakan dengan jujur, apa saja yang sudah kau lakukan dengan pasangan Yi mu sebelumnya?"
Tei menjawab Drac dengan mulus, "pergi ke Dupe, membantunya membunuh griv dan membersihkan Dim"
Senyuman mereka langsung runtuh mendengarnya "bukan itu. Apa kau pernah mencium atau semacamnya?" Gin menarik sebelah sudut bibirnya, penutup wajahnya sudah berpindah ia ikat di lengannya.
"kenapa aku harus menciumnya? Dia bukan keluargaku." Dahinya sedikit mengerut.
"kau berciuman dengan keluargamu?!"
"apa pasangan Yi mu sebelumnya sangat jelek?"
"kupikir tidak."
"ya, aku juga ingat dia cukup memiliki ukuran yang bagus." Gin pernah melihat Luxia sebelumnya.
"Tei. Apa kau tidak menyukai fellan?" Drac menatapnya dengan penuh pemahaman.
"Apa hubungannya dengan aku menyukai fellan atau tidak." Tei semakin bingung dengan arah pembicaraan mereka.
"Tentu saja berhubungan! jika kau menyukai fellan, kau setidaknya akan menciumnya." Gin mengucap tak sabar.
"Kau mencium selain keluargamu?!" ini hal paling mengejutkan untuknya saat ini mengalahkan fakta umur fedor yang sudah di angka ratusan.
Drac menatap khawatir. "Tei sayang. Apa kau tahu apa itu mencium?"
"Tentu saja. menempelkan bibirmu ke pipi atau dahi keluargamu"
Drac dan Gin menoleh saling bertatapan dengan wajah sedih. Mereka harusnya sadar bocah yang terpenjara dalam dungeon di umur 12 tahun, apa yang mereka harapkan darinya.
"wahai anak manis, dua pria ini akan mengajakmu menuju dunia baru."