Chereads / Keturunan Musuh / Chapter 7 - Kekuatan

Chapter 7 - Kekuatan

Gin mengajak Tei atau lebih tepatnya menggeretnya menuju padang rumput. Kapten Hydra telah memiliki semangat luar biasa saat perutnya terisi penuh, ia terus mengocehkan banyak hal (sungguh banyak). Seperti kapan biasanya dia bangun atau bagaimana dia tidak sengaja memasukkan lendir siput pada minuman Eltra yang ternyata beracun dan membuatnya terbaring 3 hari. Tentu Tei tidak mempercayai itu tidak di sengaja.

Hal terpuji untuk tidak mempercayainya, nyatanya Gin hanya ingin menguji kebenaran racun siput dan memilih Eltra sebagai kelincinya.

Padang rumput yang mereka datangi berbentuk lingkaran yang dapat memuat 5000 orang, dikelilingi dengan aliran sungai melingkar membatasi dengan hutan lebat. Air terjun berjarak 3 baris pohon di timur memberikan sumber air sungai yang segar dan suara mendamaikan. Ini merupakan salah satu tempat berlatih klan Hydra selain di dalam Naga. Tempat yang sangat indah, tapi Tei merasakan kegugupan berlarian ditubuhnya.

"Tei Tei, sudah berapa lama kau berada di tingkat pertama?"

"kenapa kau bertanya?"

"Itu wajar jika kau langsung naik tingkatan setelah berikatan denganku, tapi sepertinya tanpa berikatan kau akan naik tingkat hanya dengan membunuh beberapa griv berkekuatan sedang..."

"itu... ada benarnya, kupikir mungkin sudah satu tahun."

Gin sedang berbaring disampingnya beralas kapuk peraknya. Ia nampak berpikir keras.

"ughh ada terlalu banyak pertanyaan di kepalaku, aku tidak bisa memilihnya." Ia semakin mengerutkan keningnya.

"pilihlah yang paling berbobot." Tei sudah menyiapkan dirinya untuk memuaskan rasa penasaran pemburu disebelahnya sejak digeret paksa.

"oh." Gin membalik tubuhnya menatap bersemangat karena Tei akan meresponnya.

"kalau begitu bagaimana kau tidur di dungeon?"

Ini sangat berbobot. Tei meyakinkan dirinya.

"mencari celah dinding atau menetap di batu tinggi. Kepekaanmu akan meningkat di situasi mengancam. Jadi, aku dapat terbangun cepat jika ada griv yang mendekat."

"itu keren! berapa lama total tidurmu dalam sehari?"

Ini berbobot.

"mungkin sekitar 5 jam"

"waww selama 10 tahun setidaknya dalam 30 menit kau harus membunuh 1 griv!"

Tei terkejut mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Gin, karena dapat memperkirakannya dengan cepat dan cukup tepat.

"hmm, kau benar, setidaknya aku harus membunuh 1 griv dalam 30 menit untuk mencapai level ini." Tei membentuk sandaran dari rumput didekatnya. "tapi di umur 12 tahun, aku hanya seorang anak kecil lemah, kekuatan ku tidak begitu besar dan aku hanya mengandalkan belati. Kupikir di tahun pertama aku hanya membunuh kurang dari 1000 griv."

"hanya sebanyak itu?!" Gin segera berdeham mengatasi keterkejutannya, "tentu saja, Itu luar biasa jika di kalangan umum. Bahkan mungkin kau adalah pembunuh griv termuda. Tapi pada kasusmu, jika 10 tahun di dungeon, setahun kau harusnya membunuh sekitar 14 ribu griv." Gin menatap Tei dengan perhatian penuh menunggu melanjutkan ceritanya.

"yah, itu keberuntunganku. Aku bertemu dunshen lain di tahun kedua..." ia bersandar di rerumputan yang telah ia rajut di balik punggungnya.

"dunshen lain?"

"ya, dia juga yang mengajariku teknik penyembuhan."

"apa seorang mallen? Dimana dia saat ini?" rasa penasarannya semakin membuncah.

"tidak, seorang fellan" Tei menatap air terjun yang mengalir deras cukup jauh di depannya. Gin tidak mengucap apapun dan hanya menunggu Tei melanjutkan.

"dia... tidak dapat keluar, raganya akan di dungeon selamanya." Suara rendahnya melihatkan semua rasa sakit yang tertanam dalam didirinya. Mata hitam itu terlihat semakin pekat, tercemar seluruh pengalaman pahit yang telah dilihat.

"maafkan aku."

Tei segera kembali tenang, tidak ada bekas rasa sedih di wajahnya, ia tersenyum lembut. "itu bukan salahmu, juga kau yang menyelamatkanku."

"hidupmu sangat menyedihkan."

Tei tidak menganggapnya sebagai hinaan, karena itu memang kebenaran.

"bertemu denganmu juga termasuk kehidupanku."

"itu awal mula hal baik di hidupmu."

Tei hanya mendengus menanggapi.

"hhh, aku harap kau bisa mengingat keluargamu dan dapat bertemu lagi."

Tei terdiam sebentar sebelum menjawab dengan senyuman yang hanya terpancar di bibirnya, "ya, semoga..."

"aku ingat kau mengatakan jika pasangan Yi mu sebelumnya diundang Harpies, bukankah dia akan langsung didepak keluar sekarang?"

"hmm, sepertinya begitu."

"kupikir hanya kau, seorang borazon yang berani mengikat tungsten. Para pemburu akan meratap mendengar ini."

"tidak ada yang tahu."

"tentu saja. Kau pasti melakukan trik yang sama pada fellan itu dengan memperlihatkan batu cla osmium dan selalu menekan kekuatanmu disekitar pemburu."

Ia hanya menganggukkan kepalanya membenarkan tebakan Gin yang tepat.

Suara kepakan mendekati membuat keduanya menyeret kepala mereka untuk mendongak, terdapat sekitar 10 burung terbang dari arah hutan. Tei terpana mengikuti gerakan burung yang bebas diatas, sebelum ia menyadari burung-burung itu menukik cepat meluncur ke arahnya. Retakan keras dahan di seberang sungai bersela sesaat sebelum terdengar suara tancapan paruh bergantian di cabang pohon yang Tei tarik paksa.

Ia sangat kagum dengan dirinya, tidak terbawa menggunakan limpahan air yang mengalir disekitarnya. Kernyitan muncul dalam setelah akhinya menyadari sesuatu.

"ini kertas?" saat Tei menunjukkan kebingungannya menoleh ke arah Gin, orang yang di tatapnya sedang menatap kembali dengan binar terang di matanya.

"kau gila?!"

"..."

"Itu. Sangat. Keren!!" ia melonjak bangkit dengan cepat dan dalam sesaat telah berada di ujung sisi sungai meneliti pohon yang telah menajdi korban.

"TEI! Kau harus melihat ini! terlihat menyedihkan disini. Seperti terlepas karena kekeringan, apa kau bisa memasangnya kembali!?"

Pria itu sudah kembali didekatnya.

"kau bisa menyambungnya?" matanya berkilau menunggu jawaban.

Tei masih linglung dengan situasinya, ia bisa mengingat untuk menggunakan tumbuhan adalah hal luar biasa. Pohon itu sudah cukup baik tidak tersedot kering olehnya.

"tidak. Aku hanya dapat mengendalikannya. Apa kau yang membuat burung kertas itu?" suaranya ragu mengajukan pertanyaan.

"Tei Tei..." wajahnya menurun berubah khawatir, "sepertinya pendengaranmu memang kurang bagus."

Ia menatap kesal, "pendengaranku baik-baik saja."

"aku sudah mengatakan kekuatanku saat di gua, aku membentuk perak dan dapat mengendalikan sesukaku, bukan kertas."

"lalu kenapa kau sangat tenang, sia-" burung-burung itu terlepas dari batang pohon dan terbang di atas Tei sebelum hancur menjadi berkeping-keping dengan suara letusan ringan menghujaninya dengan sobekan kertas. Hadiah keberhasilan menghentikan serangan burung? Tei tidak tau.

"apa kau bisa menunjukkan hal lainnya?" Gin masih bersemangat didekatnya.

"hal apa? Aku tidak meletuskan burung itu."

"bukan itu. Maksudku dengan pohon."

Tei mendapat firasat cara tepat menghadapi Gin. "tentu aku bisa."

Matanya kembali berbinar bahkan ia bisa tahu jika Gin sedang tersenyum lebar.

"Jika kau memberitahuku apa yang sedang terjadi."

Sinar dimatanya memudar cepat. "tapi... mmh itu...ughh"

ini seperti berurusan dengan bocah yang harus diberi suatu imbalan.

"kau akan mengetahuinya sendiri nanti! aku akan mengalami kesulitan jika memberitahumu. Aku serius. Kau akan mengetahuinya. Aku berjanji!"

Tei memberikan tatapan menyelidik, dan akhirnya menghela napas dengan memuta bola matanya. "Baiklah." Ia menurutinya karena merasa ini bukan hal yang mengancam.

Gin sudah kembali bersemangat dan matanya lebih berbinar dari sebelumnya.

"apa yang kau harap untuk dilihat?"

"semua pohon menunduk hormat padaku kemudian menari!"

"aku tidak bisa melakukan itu." Jawban keluar dengan cepat, sebelum mendengar keinginan Gin ia sudah menyediakan ucapan di ujung lidahnya.

"Kenapa!?" Gin merosot kehilangan seluruh semangatnya.

"hhh... jika bersamaan aku hanya dapat mengendalikan 4 pohon sebesar mereka."

"kalau begitu lakukan 4!" matanya melebar kembali bangkit dengan cepat.

"tentu. Tapi setelah kau menjawab pertanyaanku."

"lagi? Ah baiklah. cepat sebutkan. Beritahu aku. Beritahu aku."

"mengapa kau selalu menggunakan penutup wajah?"

"ah! Kau ingin melihat wajahku?"

"tidak." Itu sangkalan tegas dan tidak peduli yang membuat mallen di depannya merengut tidak suka.

"uhhh sangat kejam. Baiklah, akan kuberitahu... tentu itu karena wajahku, aku tidak tega untuk membuat orang lain terus memujiku." Ia mengangguk menyetujui ucapannya sendiri.

"jangan mengernyitkan dahimu sedalam itu! kau akan cepat mendapat keriput. Apa kau tidak mempercayai ucapanku. Huh." Gin terlihat tersinggung dengan respon yang diberikan Tei.

"apa aku harus mempercayainya?" sebenarnya Tei cukup mempercayainya, tapi ia tidak menyangka pria itu mengucapkannya dengan sadar diri.

"tentu saja! Aku akan tersiksa jika banyak orang yang memujiku, karena itu aku menutupnya. Aku sudah menjawab pertanyaanmu. Aku ingin melihat 4 pohon itu menari."

Tei hanya bisa mengiyakan dan melakukan permintaan Gin pada 4 korban di seberang sungai.