Chereads / Keturunan Musuh / Chapter 6 - Tei II

Chapter 6 - Tei II

Dabria kembali dengan 2 orang berbusana coklat yang telah dipanaskan dengan rapi dengan lencana kerajaan balton di dada kiri. Pengawal kerajaan mengangguk hormat menatap Gin.

"kami membawa pesan mengenai Shuxac. Sang fedor telah mendengar musibah buruk beberapa klan." Salah seorang pengawal dengan janggut kusut dan jejak usia dibawah matanya memberikan Gin sebuah gulungan perkamen.

"selain Harpies dan Chimaera ada klan lainnya?" Locos bertanya dengan tidak sabar.

"ya, itu terdapat sekitar setengah total klan, dan karena Shuxac tetap akan diadakan. Fedor memberi keringanan untuk semua peserta dengan peta sederhana Dupe."

Shuxac merupakan sebuah kompetisi antar klan untuk membasmi griv di minggu terakhir Dupe. Walau terdapat 3 klan utama (Harpies, Chimaera, Kraken), tapi sebenarnya terdapat cukup banyak klan di kerajaan Balton salah satunya klan Hydra. Jika terdapat klan yang dapat mengalahkan salah satu 3 klan utama pada kompetisi ini, mereka dapat mengambil alih untuk menguasai wilayah bagian. Fedor yang akan menjadi juri sekaligus pengawas kompetisi. Para klan bersaing membasmi griv bercla tinggi dan mendapatkan hadiah dari yang telah disediakan fedor.

"Wah! Dia menyebut ini peta sederhana? Peta ini bahkan lebih rumit dari peta rumit. Luar biasa!" Gin meneliti peta yang diberikan dengan mata berbinar mengabaikan pengawal didepannya. Tei sangat menghormati setiap anggota klan ini yang dapat mendengar pernyataan pemimpinnya tanpa mencela sedikitpun.

Juga, apa yang disebut 'dia' tidak lain adalah penguasa kerajaan Balton, bagaimana tidak sopan! Mengapa pengawal itu juga tidak memberikan sedikit teguran. Tei memiliki beberapa firasat yang memberikan hawa dingin merayap di punggungnya, apakah dia akan menjadi mati rasa dengan situasi tidak bermoral.

Pengawal itu melanjutkan setelah membersihkan tenggorokannya, "pertemuan akan diadakan dalam 1 minggu. Saat waktunya tiba, Tifora kerajaan akan menjemput-"

"tidak, tidak perlu."

"Tapi tuan, fedor sudah menyiapkan Tifora untuk setiap klan."

"Tiforaku sudah meminum cairan kesembuhan, lihat, dia sudah sangat kuat disini. Kau lihat? Lihat?" Gin menunjuk-nunjuk Agatha yang entah mengapa wajahnya terlihat sangat bahagia dengan dua pipi memerah tersenyum lebar. Apa di tunjuk dengan tidak sopan merupakan level kebahagiannya?

=-=

Kebohongan Gin mengenai cara penyembuhan memang sudah disepakati sebelumnya. Healer merupakan bakat yang sangat dicari karena itu lebih baik disembunyikan atau akan terdapat banyak yang akan mengincarnya bahkan raja Balton sendiri.

Jika sebelumnya hawa dingin di punggungnya akibat pemikirannya, saat ini hal itu dirasakan akibat hal asing. Sejujurnya Tei sudah sangat risih melihat kilatan mata yang menjijikan di wajah pengawal muda saat memperhatikan dirinya. Walau, Tei tidak ingin cepat berspekulasi, tapi dua lingkaran coklat gelap yang terus mengarah ke arahnya tidak dapat diabaikan begitu saja tanpa menimbulkan suatu opini di otaknya.

"baik, akan kami sampaikan pada Fedor berita baik ini." paman berjanggut itu menganggukkan kepalanya menanggapi tolakan Gin.

"apa kerajaan juga meminjamkan tifora pada klan yang tak memilikinya saat Shuxac?"

"maaf, tidak ada perintah fedor untuk itu."

"apa yang kau tanyakan pak tua, tifora kerajaan sudah sibuk tanpa harus ikut kompetisi."

"huh, kerajaan memiliki banyak tifora, itu mungkin saja terjadi."

"Zaire, Locos."

"ya, Kapten." Mereka langsung terdiam menghentikan perdebatan dan menjawab patuh.

"apa yang harus kulakukan..."

semua menatapnya bingung.

"apa kau perlu sesuatu kapten?" Zaire menatap khawatir.

"hm, aku melihat dua bola berlendir tapi aku tidak bisa menggelindingkannya. Itu kotor aku tidak mau menyentuhnya." Gin mengerutkan alisnya berpikir keras.

Zaire dan Locos saling bertatapan sebelum cengiran lebar mengembang di wajah mereka.

"ah! Kupikir bisa dengan gelinding paksa!"

"tidak. tidak. Tentu saja menghancurkan akan lebih mudah."

Tei bahkan tidak mengerti apa yang mereka katakan dan hanya bisa mengernyit. Salome, Agatha, dan tentu Dabria hanya terdiam, tapi entah mengapa Tei yakin mereka memahami makna percakapan itu.

"begitukah?!" badanya menjadi tegap kembali semangat, "hei bagaimana menurutmu? Apa yang harus kulakukan dengan bola ini?"

Gin sudah berada di depan pengawal muda itu sambil menunjuk matanya dengan dua jari. Aura mengancam sudah menekan mengelilingi ruangan yang tidak sejalan dengan mata tersenyum Gin. Locos terkikik, entah bagaimana dia bisa sesantai itu sementara Tei merasa berkedip akan membuat pemuda itu mati. Zaire juga seakan menahan tawanya melihat muka ketakutan pengawal itu.

Darah yang ada di wajah pengawal muda telah turun ke perut yang menekan memberi rasa mual kegugupan. Pria berjanggut menggunakan beberapa waktu untuk terkejut setelah mengerti situasi yang sedang terjadi.

"ma-maafkan aku tuan. Aku mohon ampuni aku." Pengawal muda itu bergetar ketakutan merosot ke tanah memohon.

"Tuan, dia hanya anak baru. Kumohon berikan kami kebaikan. Kami sudah menyampaikan semua informasi yang dibutuhkan."

"kau benar! Karena aku pria baik aku harus membasmi kejahatan. Bukankah tepat?"

"..." kedua pengawal itu terdiam, yang dibawah bahkan telah terdera mata air keringat dingin.

"tapi sebenarnya aku belum sepenuhnya baik, hhh jadi aku tidak bisa mengajakmu bermain sekarang." Ia membuat suaranya terdengar sedih.

Sinar harapan kembali muncul diwajah pengawal muda itu. "terimakasih banyak tuan. Pengawal lemah ini akan selalu mengingat kebaikanmu!"

Dabria menggiring mereka keluar setelah mendapat anggukan Gin.

"dia beruntung tidak menyukai fellan, jika dia melihatku seperti itu aku akan mengirimnya ke lahan griv."

"orang bodoh itu bukannya tidak menyukai fellan, tapi kau sudah kalah, Tei terlalu menghasut mata." Locos mengangguk menyetujui ucapan Zaire dengan terkikik kecil.

Agatha mendengus, namun segera menjadi senyuman saat Gin berbalik untuk duduk kembali dan membuka kembali gulungan perkamen peta yang baru diserahkan pengawal itu.

Jika semua mata tidak terfokus pada peta, mungkin mereka dapat melihat senyum menghiasi bibir Tei. Rasa tekanan di dada yang menghambat napas memaksanya melengkungkan bibirnya. Setiap orang disana dapat membantu kesulitannya tanpa ia meminta dan menganggap hal itu bukan apa-apa. Ia sungguh menyukai hal ini sangat banyak.

"waw. Bukankah ini sangat akurat?" Zaire terpana melihat peta Dupe di depannya. Semuanya juga terlihat kagum pada perkamen itu, terkhusus Tei yang tak pernah melihat peta Dupe sebelumnya. Para klan biasanya hanya dapat membuat gambar sederhana peta dari Dupe dan hanya sepertujuh wilayah yang kaya informasi. Itu dikarenakan wilayah Dupe yang sangat luas.

"hmm kau benar, sangat akurat. hahahahaha."

Tei merasa mata Gin tampak berkilat sesaat.

Mereka mengamati berbagai sisi peta dan saling memberi masukan griv seperti apa yang akan berada di wilayah itu.

"baiklah cukup, kita bahas lagi setelah semua berkumpul." Gin menggulung kembali perkamennya lalu menyungkurkan badannya ke meja, "sloomyy~ perut berotot ku mengeluarkan raungan aneh."

Tei tidak akan berkomentar, dirinya akan berjuang menekan semua rasa kritik dalam nuraninya. Setidaknya ini salah satu cara dia dalam membalas kebaikan yang telah diberikan. Sedangkan, Agatha mengeluarkan suara terkekeh yang terlihat sangat menikmati perilaku Gin.

Tei mengerutkan dahinya, Apa dirinya telah melakukan kesalahan kemarin dan merusak beberapa jalur di otak Agatha...

Kesadaran akan hubungan dekat yang ada diantar Gin dan Agatha tentu tidak perlu sulit untuk mengetahui. Itu terlihat sangat jelas. Cara memanggil Gin pada Agatha merupakan sebutan singkat dan kekhawatirannya saat Agatha terluka hingga berani meminta Dato pada fedor, juga bagaimana Agatha dapat menyesuaikan dengan perilaku Gin. Tei tidak bisa untuk berhenti bertanya-tanya dalam pikirannya, apa ikatan mereka. Jika itu hubungan yang sangat spesial, bukankah hal yang tak pantas untuknya menjadi ikatan Yi Gin? Walau memang dasarnya Gin yang merupakan pemimpin klan berlevel diamond sudah membuatnya tak pantas, tapi ini akan menjadi pembunuhan moral dua kali lipat.

"makan siang akan selesai dalam 1 jam" Salome tersenyum dan segera bangkit menuju dapur.

"Aku akan membantu Salome."

"kembali duduk. Kau hanya akan lebih merepotkannya" Gin mengibas-ibaskan tangannya.

"Salome sudah memiliki banyak tenaga di belakang." Agatha turut melengkapi ucapan Gin.

"hmm hmm dia memperbudak 4 beruang baru-baru ini." seiring dengan anggukannya, ucapan Zaire terdengar sudah terbiasa dengan hal itu.

"tidak. Hanya terdapat tiga, aku tak sengaja membuat salah satunya tebawa arus sungai." Locos mengucapkan hal itu terlewat santai.

Tei tidak tahu, ia bahkan tak ingin berpikir untuk memberikan suatu respon. Informasi baru yang diterimanya saat ini adalah Salome seorang pemburu penjinak. Pemburu ini biasanya dapat berkomunikasi dan menghasut hewan apapun, mereka juga dapat menggunakannya sebagai pasukan dalam berburu griv. Namun, hewan-hewan malang itu telah terdiskrimanasi, menjadi budak rumah dan korban kekejaman Locos.

~