Chereads / Keturunan Musuh / Chapter 4 - Healer

Chapter 4 - Healer

"Agatha!!" Eltra meneriakkan namanya dan bergegas mendekat. Gin sudah berada tepat di samping wanita itu, bahkan Tei tidak merasakan kapan dia pergi.

"Atha tak sadarkan diri." Ucapan Gin membuat semua orang terdiam. Dia mengangkat Agatha dan meletakkannya di tempat Tei berbaring sebelumnya.

"Salome."

Semuanya mengeliling Agatha, yang terlihat mengerikan dengan luka-lukanya. Salome langsung membersihkan dan mencoba menghentikan darah yang masih mengalir.

"dia tidak mungkin di serang griv dengan cla tinggi kan?" Zaire berbisik terlihat sedikit bergidik membayangkan.

"ini masih bulan pertama." Ya tidak ada cla tinggi di bulan pertama tapi, meskipun berbicara seperti itu Dabria juga terlihat sedikit tegang.

"Agatha seorang tifora titanium! Bagaimana mungkin dia tidak bisa mengelak serangan?" Eltra membuat tatapan tidak percaya ke arah Gin yang memegang erat tangan fellan yang masih terbaring menyedihkan.

Tifora merupakan pemburu berkekuatan teleportasi yang jarang dimiliki, semakin tinggi level cla, akan semakin akurat dan cepat pemindahan tempatnya. Para Tifora lebih suka menghindari pertarungan dengan teleportasi. Hanya orang yang lebih cepat dari para tifora yang dapat mengalahkannya dengan menghentikan tifora membuka gerbang teleportasi. Bahkan level borazon sangat sulit untuk bisa menghentikan gerbang teleport tifora tingkat titanium. Ini hanya berarti Agatha telah melawan seseorang dengan level yang sangat tinggi. Semuanya terdiam.

"bagaimana keadaannya?" Locos berjongkok di dekat Agatha.

Salome mengernyit, "aku rasa organ dalamnya terluka sangat parah... aku tidak yakin bisa mengobatinya dengan baik, dan mungkin memerlukan waktu hingga pergantian Dupe selanjutnya." ia menghembus napas panjang, "kupikir kita membutuhkan seorang healer."

Healer merupakan pemburu yang memiliki bakat penyembuh instan dengan mengolah cla mereka. Bakat ini sulit ditemukan dan walau ada itu harus diasah dengan proses yang berat. Hanya ada 3 healer yang diketahui menguasai bakat ini di kerajaan Balton dan salah duanya adalah milik kerajaan, satu lainnya tidak diketahui keberadaannya. Teradapat beberapa murid healer yang di bimbing langsung di kerajaan dan jumlahnya hanya hitungan jari. Walau healer sangat jarang tapi banyak seorang Malta seperti Salome, dia dapat melihat luka dalam dengan cla dan membentuk obat-obatan penyembuh.

Suasana dalam ruangan itu terasa semakin menegang.

"kita tidak bisa meninggalkan Shuxac..."

"tapi mengikuti Shuxac* tanpa tifora akan sangat sulit."

*pertandingan antar klan dalam Dupe

"apa kita akan melewatkan Shuxac tahun ini?" Locos menatap Gin yang terlihat sangat khawatir melihat tubuh terbaring di depannya.

"mari bahas itu nanti, aku akan pergi ke kerajaan Balton." Suara tegas memimpin Gin yang tak disangka Tei membuatnya dan anggota lain terkesiap dengan alasan berbeda.

"kau akan meminta Dato* pada fedor?" Zaire hampir seperti tercekik.

*healer kerajaan

"walau fedor menyukaimu, kau tahu jika itu hal mustahil!"

Gin tau ucapan Eltra sangat benar, tapi ia tidak bisa membiarkan Atha terbaring kesakitan dalam waktu lama.

Tei berjalan lambat mendekati perempuan diatas bangku beludru, mengabaikan perseteruan yang sedang terjadi.

"Salome bisakah kau aku melihat keadaanya?"

"... ya tentu, apa kau juga mempelajari Malta, Tei?" ia bergeser memberi ruang.

Tei tersenyum namun tidak mengiyakan pertanyaannya. Tubuh Agatha penuh hasil tusukan dan koyakan, beberapa daging bahkan terlihat jelas menyapa udara. Tanganya terangkat di depan perut dan di atas kepala fellan itu diikuti aliran cahaya biru dari tangannya menyelimuti tubuh yang berbaring tak berdaya. Matanya memejam untuk terfokus dengan pengolahan cla nya. Ini merupakan bakat yang sulit diasah, karena pengolahan cla membutuhkan kontrol dan konsentrasi yang tinggi. Para healer menyembuhkan dengan melepas cla mereka dan memutarnya dalam tubuh yang terluka seiring dengan cla pasiennya. Kesalahan dalam mengolah cla dapat merusak jalur aliran cla dalam tubuh dengan resiko kehilangan kekuatan bawaan baik bagi healer maupun sang pasien.

Setelah beberapa saat luka di tubuh Agatha mulai perlahan menutup dan menghilang. Tei mulai merasa tubuhnya goyah, peluh jagung telah muncul di dahinya, pengolahan cla menguras banyak energi dan dengan luka Agatha yang parah, ini sangat tidak membantu.

"aku pikir ini cukup." Bisik lemah Tei terdengar jelas di ruangan yang sunyi. Cahaya dari tangannya mulai pudar, selaras wajah Tei yang memucat. Seseorang dengan cepat berdiri di sampingnya menopang Tei yang sudah melemas dan akhirnya jatuh ambruk. Karena konsentrasi yang tinggi Tei tidak menyadari semua mata telah terfokus padanya, menatap Tei dengan diam dan tatapan ketidakpercayaan. Seseorang dengan bakat paling dicari di seluruh penjuru ada dihadapan mereka! Di dalam klan mereka!

"ha, haha. Aku mimpi hebat hari ini." tawa Zaire tidak ada unsur kesenangan melainkan ketidakyakinan. "Agh! Eltra kenapa kau memukul tulang rusukku?! ... Tunggu." Zaire melihat Tei dan Agatha bergantian dan akhirnya membelalakan matanya "hheeeehhhhh! tidak mungkin! Ini nyata?"

Gin membopong tubuh Tei yang lemas tak sadarkan diri, ia memiliki ekspresi yang tak dapat diartikan. "Dabria aku menggunakan ruanganmu! Kalian pastikan Atha baik-baik saja." Gin langsung pergi ke dalam lorong meninggalkan para pengikutnya yang masih ternganga.

"Salome?" suara lirih terdengar dari seseorang yang sedang berbaring. Semua yang tertinggal terlonjak bersamaan, bahkan Dabria yang sangat sulit bahkan terdengar konyol jika terkejut. Mereka melihat Agatha seperti seseorang yang bangkit dari kematian. Mulut Zaire menganga sepenuhnya. Tentu saja ini begitu mencengangkan, bahkan healer sang fedor mungkin butuh 5 jam untuk menyembuhkan luka separah itu. Belum juga pasien yang separah Agatha tidak mungkin segera bangkit sebelum berbaring minimal 1 hari penuh!

"ka-kau sudah sadar?" walau Salome lah yang masih belum sadar sepenuhnya, ia membantu Agatha duduk.

"hm, uhh kenapa aku terbaring disini dan bukannya tempat tidur, berapa lama aku tidak sadarkan diri?" Agatha memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing.

"1 jam..." Locos menjawabnya pelan bahkan tidak percaya apa yang dia ucapkan. Agatha menatapnya aneh.

"aku baru pulih dan kau sudah mengeluarkan lelucon, uh dan kenapa aku masih memakai pakaian ini?" Agatha mengecek lukanya, semua sudah tertutup tanpa bekas. "waw, bagaimana lukaku bisa tertutup sangat baik?" ia tersenyum lebar "tidak mungkin Dato datang kemari?" mengucap tidak yakin ia menatap Salome.

Salome menggeleng. Agatha menatap mereka dengan wajah menuntut penjelasan.

"anggota baru klan." Eltra mengucap hampir seperti berbisik.

"apa? Eltra apa kau sakit tenggorokkan? Bicaralah yang jelas." Agatha terlihat tidak sabar.

"Tei, anggota baru, pasangan Yi kapten telah menyembuhkanmu." Dabria menjelaskan namun jiwanya seperti tenggelam dalam pikirannya.

"apa?! Hahahhahaha..." Agatha tertawa lepas "Gin memiliki pasangan Yi?! Dabria kau sudah bisa membuat lelucon sekarang. Dan seorang healer?! Oh ayolah, Apa kalian sedang bermain untuk membodohiku?" Agatha tersenyum mengejek dan mendapat jawaban hanya dengan melihat wajah mereka. Semuanya benar. Rona merah terkuras dari wajahnya, semangatnya yang terlihat sebelumnya menghilang seketika.

Gin datang dari arah lorong.

"Atha?!" Gin mengerutkan keningnya segera berjalan mendekat. Tentu saja ia tidak menyangka Agatha bangun secepat ini.

Agatha melihatnya dengan senang sebelum pancaran kesedihan muncul di matanya. Bukan rahasia lagi, jika ia selalu menginginkan menjadi pasangan Yi Gin, namun Gin tidak pernah menggubrisnya.

"Gin. Kau memiliki pasangan Yi?"

Gin berdiri di dekatnnya menatap khawatir. "aku akan menjelaskannya nanti, lupakan itu. Kau baik-baik saja?"

"aku baik-baik saja." Senyumnya kembali merekah melihat Gin mengkhawatirkannya.

"Apa yang terjadi padamu? Apa kau bisa menceritakannya?"

Agatha menatap pergelangan Gin sejenak dengan cepat beralih dan mengangguk.

"aku masuk melalui Dupe di rute timur, padang rumput, terdapat sekitar 100 griv dalam 250 meter dengan skala 1- 10 cla. Setelah itu terdapat hutan dengan pohon biasa, mungkin sekitar 500 meter, jumlah griv sepertinya lebih dari 200, skala 1-30. Aku berjalan selama 2 jam setelah keluar dari hutan, mengikuti asal sungai, lalu sesuatu menghantamku. . ." Agatha mengernyitkan dahinya. "lalu sepertinya aku melawan sesuatu? Dan.. mungkin.. sepertinya aku.. membuka gerbang teleport?" ia terlihat bingung, tidak yakin akan ingatannya.

"apa kau sedang mengigau?" Zaire mengucap bingung dengan sebelah alisnya terangkat.

"a-aku tidak bisa mengingatnya." Kepalanya menggeleng, Agatha terlihat kebingungan.

"penghapus ingatan." Gin dengan tenang memahami situasinya.

Hal tersebut sering terjadi saat ada pihak yang tak menginginkan identitasnya terbongkar.

~

~

~

"dia banguuun!"

Tei yang baru saja bangun mendengar suara bernada kekanakan di sebelahnya. Zaire dan Locos sedang menatapnya dengan mata yang takjub.

"silahkan diminum." Zaire memberinya air dengan rasa hormat berlebihan. Ia tidak tahu kenapa tapi dengan senang hati menerima air itu, kerongkongannya terasa sangat kering saat ini.

"Tei. Tei. Tei. Kau healer terhebat yang pernah aku lihat. Walau aku tidak pernah melihat healer secara langsung maupun tidak langsung." Locos mengguncang-guncang lengannya dengan mata yang berbinar setelah berucap tak tahu malu seperti itu.

"hmm hmm, benar. Aku akan menghormati mu mulai sekarang." Zaire membuat tubuhnya menunduk seperti pada raja.

"itu berlebihan. Aku kehilangan seluruh energiku setelah melakukannya." Jika dia tidak kehilangan energi setelah mengalami penarikan kembali dan melakukan pengolahan Cla pada pasien sekarat dihari yang sama, maka energi bukan hal yang nyata lagi.

"kau bercanda? Agatha bahkan langsung tersadar."

"huh?! benarkah?"

"ehh? Kenapa kau juga tidak menduganya?" Locos mengernyit.

"ini pertama kalinya aku menyembuhkan orang lain yang separah itu." Tei menyandarkan dirinya, ia masih merasa lemas diseluruh tubuhnya. "berapa lama aku tak sadarkan diri?"

"sekitar 7 jam. Itu cukup lucu, kau menyembuhkan orang lain dan kau tak sadarkan diri lebih lama dari yang kau sembuhkan."

"kau benar itu terdengar konyol."

"itu tidak konyol. Tubuh harus beristirahat di malam hari."

Locos hanya memutar matanya maalas mendengar Zaire, "Tei, Tei darimana kau mempelajari healer?"

"hmm, Aku mempelajarinya saat"

Pintu di ruangan itu terbuka menampakkan Dabria yang membawa kain hitam ditangannya.

Dabria meletakkannya di depan Tei, "pakaian." Tidak ada ekpresi di wajahnya.

Mata Tei terlihat kagum Dabria dapat menyelesaikannya dengan cepat, "ini untukku?" ia tidak pernah mendapat pakaian khusus untuknya setelah bertahun-tahun.

Dabria mengangguk.

"aku sangat menghargainya. Terimakasih."

Dabria mengangguk lagi, "kalian berdua pergi." Dabria mengangkat Locos di pundaknya bagai karung dan menarik leher baju Zaire.

Locos melambaikan tangan ke arah Tei, "kita lanjutkan nanti." ia sepertinya sudah biasa diletakkan di pundak seperti itu.

"hei! Hei! mallen suram!" Zaire memberontak sekuat tenaga, tapi Dabria dapat membuatnya diam dengan surai hitam melilit disekelilingnya, tubuh ramping Zaire seperti sebuah ranting yang ditarik. "Beraninya kau menggeretku seperti ini!! lepaskan, uhuk. Lepaskan akuu!" suaranya semakin tenggelam di lorong. Senyum lebar mengembang di wajah Tei merasakan kehidupan disekitarnya.

Baru setelah mengumpulkan kekuatannya, Ia segera bangkit dan mencoba pakaian barunya. Itu terlihat sangat pas melilit tubuh ramping dan eloknya. Ia memutuskan untuk memotong rambutnya hingga setinggi dua ruas diatas bahu dan menambahkan kepang kecil di samping depan rambutnya. Kulit lehernya yang semakin banyak terekspos memberikan kesan sejuk yang tenang dan memikat. Mata hitam lembutnya yang terhias bulu mata indah dapat terpancar jelas menenggelamkan dalam kedamaian. Pakaian yang dikenakannya dapat mudah mengikuti gerakan dan tetap memiliki nilai estetika dengan hiasan beberapa batuan biru kecil dan bordiran perak. Jubah yang ia kenakan berwarna hitam legam tapi didalamnya senada dengan warna rambutnya. Penampilan yang luar biasa.