Chereads / Keturunan Musuh / Chapter 3 - Dunshen II

Chapter 3 - Dunshen II

Mereka berjalan kembali melewati pepohonan menuju Naga. Kain hitam kembali bersanggar di wajah Gin. Tei sadar, bahkan walau sebagian wajahnya tertutup aura ketampanannya tetap menguar. Jika seseorang melihat cukup lama dan teliti, orang itu pasti akan jatuh dan memujinya.

Tei menunduk tulus memberikan semua belasungkawanya untuk para mallen di luar sana.

Mereka berhenti di depan pondok kayu, yang terlihat hampir roboh.

"kita akan beristirahat?"

Gin tidak menjawabnya, "anoixte!" pintu gubuk itu berderit terbuka.

Tei terperangah melongok kedalam. Itu adalah tempat yang sebelumnya namun terlihat lebih elegan dengan dindingnya yang terhias permata memantulkan banyak cahaya lentera. Teilyn tidak memperhatikan ini sebelumnya. Pilar-pilar berbentuk naga, dibadannya tergantung bendera bersimbol sama dengan penutup wajah Gin. Mereka menuju meja besar yang telah terisi berbagai makanan, Ia menyadari ada 5 pasang mata sedang memperhatikannya.

Tei menundukkan kepalanya sebagai tanda salam.

Gin akhirnya berbicara setelah semuanya saling diam "apa kalian ingin menelanjangi Tei dengan mata kalian."

"Tei?" ucapan bingung Eltra tak sejalan dengan wajahnya yang terlihat berbinar memandangi Tei.

"apa kau membawa orang yang berbeda?" Mallen berambut biru cerah menatap Tei takjub.

"wwah aku tidak menyadarit sebelumnya, tapi kau terlihat mengagumkkan." 3 orang lainnya menganggukkan kepala menyetujui Eltra.

"hmm yah... aku setuju walau tidak lebih dariku." Gin melepaskan kain di wajahnya yang diikuti teriakan histeris dan pujian Eltra yang berpaling cepat dari Tei.

Gin tersenyum puas dengan reaksi yang diterima. Tei yakin orang disebelahnya merasa tidak ingin kalah darinya. Seorang sombong penggila pujian.

"aku akan memperkenalkannya sekali lagi. Mulai hari ini Tei akan menjadi anggota klan Hydra."

Tei tersedak mendengarnya setelah akhirnya dapat menenangkan dirinya ia menatap Gin tidak percaya "klan Hydra?"

"kau tidak tahu?!" Gin bahkan terlihat lebih kaget lagi.

"waw, Tei kau tidak mengenali lambang klan kami sama sekali?"

Anak kecil yang sebelumnya datang mendekatinya dengan tatapan aneh.

"aku... tidak."

Tei baru 2 minggu keluar dari dungeon dan berikatan dengan Luxia. Ia perlu mempelajari banyak hal mengenai dunia yang baru ia hadapi. Ia hanya tahu penguasa kerajaan Balton adalah seorang Fedor dan terdapat 3 Klan yang membawahi langsung dan memimpin 3 wilayah bagian. Namun, selain 3 klan itu terdapat satu klan yang dipandang setara dengan 3 klan tersebut. Klan Hydra. Klan ini tidak terlalu sering muncul dan sangat sedikit informasi. Ginzhu! Pemimpin klan Hydra, Ia ingat nama itu akhirnya. Tidak banyak orang yang pernah bertemu langsung dengannya selain di kegiatan besar, namun desas-desus penampilan dan kehebatannya selalu menjadi obrolan hangat para fellan dan mallen. Klan Hydra juga sangat sulit dimasuki dan cukup misterius. Tei tidak hanya memasuki klan yang setara dengan klan terkuat, bahkan berikatan dengan pemimpinnya! Berapa banyak orang yang akan memakan hati mendengar ini? dan berapa banyak lagii yang gatal untuk membunuhnya?! Rasa dingin menjalar dipunggungnya, Tei segera melirik pergelanganya menghembuskan napas lega. Gin sangat bijak untuk menyembunyikan rune Yi.

"maafkan ketidak sopananku. aku belum mempelajari banyak mengenai hal ini."

"kau benar-benar terdengar seperti seorang dunshen...." Mallen dengan rambut biru cerah menatapnya seakan-akan peninggalan bersejarah.

"dia memang dunshen, aku tau kau sudah tua tapi tidak dengan kepikunanmu"

"apa kau bilang bocah iblis?!"

Gin berdiri di samping Tei. "semuanya dengarkan," nada kepemimpinannya mendominasi membuat hening ruangan mematuhinya. "karena Tei seorang Dunshen, aku memiliki rune Yi dengannya. Tidak ada kebocoran informasi selain anggota klan. Ia dapat mengendalikan tanaman dan berlevel borazon." Semua mengangguk, Tei merasa tertekan melihat pandangan semua menuju kearahnya, ditambah lagi Gin meninggalkannya begitu saja menenggelamkan diri pada makanan di meja.

"hi, aku Zaire, level Titanium." Dia tinggi melebihi Gin tapi memiliki tubuh yang sangat ramping, "wanita mengerikan di sana, Eltra titanium. Lalu penjaga hewan itu, Salome titanium. Bocah iblis itu, Locos titanium. Dan aura hitam di sana, Dabria, seorang borazon sepertimu."

Untuk berada di klan, minimal levelmu haruslah titanium. Level titanium termasuk level yang tinggi dan hebat.

Ia menganggukkan kepalanya. "senang berkenalan dengan kalian."

"Zaire, dia terlihat jauh lebih baik dari mu dan bahkan satu level diatasmu. Aku mengasihani mu."

"aku juga mengasihanimu. Dia lebih menyegarkan untuk dipandang daripada wanita mengerikan sepertimu."

"apa kau bilang?!" Eltra mengambil cambuk di pinggangnya, cambuk itu berdesis menyala seperti terlilit petir, terlihat mengerikan.

"kalian para orang tua, jangan hancurkan tempat ini lagi." Suara dengan kesan jenaka berasal dari Locos. Tei merasa dia hanya berusia 16 tahun tapi bagaimana bisa levelnya sudah titanium dan memasuki klan. Locos mendapat tatapan membunuh dari Eltra dan Zaire yang hanya dibalas cengiran lebar. Ribuan benang hitam menutupi Locos menghalangi pandangan membunuh dari dua orang didepannya, "dilarang saling menyakiti." Suara Dabria terdengar datar tanpa emosi apapun.

"apa kau pikir dia anak kecil?! Dia hanya iblis kecil!" Eltra menatap sebal.

"Tei, kemmawli." Panggilan Gin dengan mulut penuh sambil menepuk bangku disebelahnya membuat Tei lega karena dapat menghindari perdebatan di depannya. Salome tersenyum dan memberinya sepiring daging.

"Atha belum kembali?" Gin mengambil sangat banyak makanan di piringnya.

"belum, sepertinya Dupe berubah cukup rumit." Salome mengusap cawan berlambang naga di tangannya.

Gin hanya mengangguk. "oh Dabria! bisakah kau buat beberapa pakaian untuk Tei?"

"ya, Kapten." Jawaban dan perilakunya menunjukkan rasa hormat yang tinggi pada Gin.

"tidak, itu tidak perlu." Tei tidak berharap mendapat perlakuan lebih dari ini, ia tidak mau berhutang terlalu banyak pada orang lain.

"tidak perlu? Kau tidak bisa memakai pakaian kebesaran kapten selamanya. Itu bisa menodai klan Hydra." Lidah tajam Locos tidak sepenuhnya salah, walau Tei sangat menawan mengenakannya, ia tidak bisa mengenakan ini selamanya.

"kalau begitu cukup beri aku satu." Tei tersenyum ramah ke arah Dabria yang hanya melihatnya dan kembali makan.

"maafkan dia, Dabria memang seperti itu, tidak terlalu mahir mengungkapkan dirinya. Tei, dari mana asalmu?" tanya Salome ramah.

"maaf, aku sudah tidak ingat." Tei memberikan senyum yang membuat Salome merasa bersalah menanyakan hal itu.

"ah Tei! Bagaimana kalau kau menceritakan kisahmu pada kami?" Locos yang duduk disamping Dabria menggebrak meja dengan mata berbinar. Salome hampir menyemburkan makanannya karena terkejut akan permintaan Locos.

"ya, tentu..." jawaban tenang Tei membuat Salome menghembus napas lega.

"aku menjadi dunshen di umur 12 tahun dan hampir 10 tahun tinggal di dalamnya."

"hanya itu? tunggu, 10 tahun lalu? Bukankah saat perang berlansung? Oh apa! tunggu! Bagaimana bisa keluargamu membawamu ke Dupe di umur 12 tahun?!"

"ya! Hanya anak yang telah melewati tahun ke 16 dibolehkan memasuki Dupe" Eltra juga terlihat terkejut dan bingung.

Tei menggeleng, "maaf, aku juga tidak begitu mengerti, aku tertelan bayangan setelah perang antara elf dan pemburu di pergantian Dupe, tapi aku tidak begitu ingat hal lainnya."

"uhhh kemapwa kau bemgitu memyedihkamm" Gin disebelahnya menatapnya dengan sedih, mulut dan tangannya penuh dengan makanan. Tei mulai memiliki keraguan jika ia hanya kapten penipu yang mana cukup banyak pemburu melakukannya.

"ceritakan hal lainnya, apa saja yang kau lakukan, dan bagaimana kau bertahan, atau seperti apa yang ada di dalam dungeon." Locos terlihat semakin bersemangat.

"satu persatu." Dabria menarik Locos agar kembali duduk dengan benar dan memberinya piring berisi beberapa makanan kesukaannya.

Tei merasa, dua orang di depannya saling melengkapi. Locos seperti anak kecil yang mendapat perawatan dan pengawasan dengan baik. Dabria yang juga penasaran, namun Locoslah yang bertanggungjawab penuh untuk mengutarakan perasaannya.

Setelah menarik napas ia memulai ceritanya, walau ia harus melewatkan beberapa bagian, ini akan cukup memuaskan penasaran pemburu disekitarnya.

"aku terdorong ke salah satu lubang bayangan dan saat tersadar tubuhku telah berada di atas salah satu batu tinggi di dungeon. Hanya terdapat griv cla 1 di dalam dungeon, sepertinya aku beruntung griv yang didekatku saat itu tidak memiliki tubuh yang melebihi tinggi batu." Tei mengatakannya dengan cukup tenang, tidak seperti pendengarnya yang gugup dan tertekan hanya dengan mendengar situasi itu. Jika sampai griv berawak tinggi mendatanginya ia akan habis tercabik. Dimana dia hanya anak berumur 12 tahun!

"aku hanya berdiam diri diatas batu sekitar 1 hari untuk membiasakan penglihatan dan beradaptasi. Pencahayaan dungeon didapat dari beberapa lubang yang jauh dan tersegel dengan dunia atas atau dari pancaran mata griv. Membunuh griv cla 1 tidak terlalu sulit, aku memiliki belati namun karena jumlahnya terlalu banyak aku tidak dapat turun dari batu selama... mungkin sekitar satu tahun penuh dan hanya membunuh griv yang dapat melampaui batu. karena aku pengendali tumbuhan, aku dapat menarik beberapa jamur yang ada atau tumbuhan lain. Itu cukup memuaskan kebutuhanku. Setelah 5 tahun aku menemukan lubang bayangan dungeon tapi tidak ada pemburu sama sekali karena itu masa pergantian Dupe. Hampir 5 tahun setelahnya aku menemukan Luxia, ikatan Yi ku sebelumnya. Dia sedang melawan griv dengan cla tinggi. Aku belum mempelajari mantra pengikat dan tidak mengatakan kebenaran seorang dunshen. Jadi aku menyakinkannya untuk berikatan agar dia dapat lebih kuat dan membantunya melawan griv. Setelah itu dia mendapat undangan klan Harpies dan harus menghapus ikatannya, lalu Gin datang tidak lama setelahnya. Sepertinya hanya itu, akan membosankan jika kuperpanj..." Tei yang akhirnya mendongakkan kepalanya setelah memotong makanannya kecil-kecil sambil bercerita. Hampir semua mata telah tergenang dalam air kecuali Dabria dan Gin yang hanya diam menatap piring dibawahnya.

"ada apa dengan kalian, apa karena ceritaku sebelumnya?" Tei mengucap tidak yakin.

"uhh aku akan merawatmu dengan baik mulai saat ini." Gin telah meremuknya kedalam pelukannya hingga ia sulit bernapas. Ia sudah selesai dengan semua makanannya hingga bersih dan sekarang meraung mengucap betapa malangnya Tei. Apa ini pemimpin klan Hydra yang banyak dijadikan bahan panas pembicaraan?

Tei benar-benar gatal untuk menyangkal keras jika Gin seorang kapten klan jika ia tidak mengetahui level kekuatannya.

Anggota lain juga mulai terisak. Salome yang terus mengusap air mata, dan tangan lain tidak berhenti menyodorkan makanan untuk Tei. Locos, Zaire dan Eltra terus mengucapkan hal-hal bersimpati seperti bagaimana bisa seorang bocah 12 tahun tinggal dalam kegelapan, atau bagaimana seseorang hanya bertahan memakan tumbuhan parasit, atau bagaimana hidup sendiri didalam kegelapan, dan banyak lainnya.

"kalian dapat berhenti..." Tei sudah sakit kepala mendengarkan mereka semua dan kelakuan Gin yang meremukkan badanya. Ia sebenarnya sangat lapar sekarang, namun belum satu suapan pun memasuki tubuhnya. "Ka-kau meremukkan badanku."

"KAPTEN!! Bagaimana bisa kau menyakitinya!"

"benar huhuhu, jangan sakiti makhluk suci ini!"

"Kapten kau menambah luka dalam kehidupannya! Huuuaa!" Locos memeluk Dabria menangis histeris di dadanya, Dabria terlihat sudah terbiasa dengan ini dan memberi tepukan untuk menghiburnya.

Serangan bertubi-tubi Eltra, Zaire, dan Locos yang masih terisak membuat Gin cukup tersentak dan merasa sangat bersalah hingga menunduk meringsut menyesali perbuatannya.

=-=

oh tuhan, siapa kaptennya disini? Apa Tei telah dibodohi sepenuhnya? Apakah tuhan ingin menyadarkannya jika dungeon adalah tempat yang menyenangkan?

Tei menghembuskan napasnya.

"Aku sudah keluar dan kalian telah menerimaku dengan baik, tanpa Gin aku tidak akan berada disini jadi sekarang aku sangat senang dan berterimakasih."

Ucapan Tei hanya membuat anggota lain semakin terpuruk meratapi nasibnya. Ia tidak berminat memberi penghiburan lain dan mulai untuk memakan makanannya. Setelah Tei menyelesaikan makanannnya, masih butuh waktu beberapa saat untuk yang lain kembali normal. Bahkan Tei yakin dia makan dengan perlahan dan memastikan semuanya tergerus dengan baik sebelum menelan.

Prangg~ hampir seluruhnya terlonjak dari bangku makan, pantulan keras suara pecahan berbagai benda berasal dari pinggir ruangan yang menyimpan beberapa cawan cantik. Seorang fellan dengan jubah terkoyak dan luka-luka mengerikan tergeletak menyedihkan diatasnya.