~
"Bagaimana mungkin?!!!!"
"kapten kau tidak ditipu kan!?"
"aku tidak mauuuu... kaptennn...."
"ahh diamlah, aku tidak bisa melakukan hal lain."
Tei merasa kepalanya berdenyut ditambah dengan suara bising didekatnya. Ia mengerjapkan matanya perlahan. Ruangan itu dikelilingi dengan dinding berukiran naga yang elegan dan rumit, lampu minyak berpendar tersebar di dinding dan pilar. Ada bar di pojok ruangan ini, yang menjadi asal suara yang membangunkannya. Di depan bar itu terdapat fellan berambut coklat panjang bergelombang yang diikat tinggi, mallen dengan rambut biru cerah yang terlihat cukup kurus menjulang dan anak kecil hampir setinggi dadanya, terakhir terdapat pria yang ia temui tadi. Saat semuanya semakin jelas ia terduduk dengan cepat.
'apa yang terjadi? bukankah seharusnya aku kembali?'dahinya mengerut dalam.
"kau sudah bangun?"
Seorang mallen bertubuh besar menghampirinya dengan rambut hitam panjang dan seekor landak bersandar di lengannya. Tei menatapnya diam, ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini.
"apa kau merasa sakit?"
Gelengan kepalanya membuat orang di depannya mendesah lega.
"hei! Kau sudah sadar?" pria perak yang sebelumnya telah berada di dekatnya.
Tei melihatnya beberapa saat sebelum mengungkapkan rasa bingungnya.
"bagaimana bisa?"
"hmm? Apanya?" ia mengedip dan memiringkan kepalanya tidak mengerti.
"aku."
"kau?"
"hm"
"kau apa?"
"apa yang telah kau lakukan?"
"baru saja? Berbincang dengan mereka." Dia menunjuk beberapa pemburu di sampingnya.
Kepala Tei terasa tergelitik karena laki-laki didepannya tidak segera menangkap maksudnya.
Ia menghembuskan nafas, "aku seorang dunshen. Yi ku telah terhapus sebelumnya, seharusnya aku-" bagai tersiram air sungai pagi hari saat menyadari kata-katanya sendiri, ia segera melihat pergelangan tangannya. Terdapat rune Yi berlambang Naga melilit pergelangannya dengan diapit 2 lambang gelombang. 'aku selamat.' Ia hampir sulit menelan mendapati takdir baik akhirnya menjumpainya lagi.
"hei. Hei. Hei, kau benar-benar seorang dunshen? Benarkah?" suara nyaring anak kecil yang ia lihat tadi membungkuk menatapnya jeli.
Tei memberi anggukan yang membuat matanya melebar.
"waw, keren! kupikir itu semua dongeng untuk menakutiku saat tidur."
"anak kecil penakut sepertimu yang menganggapnya dongeng."
"dan kau terlalu lemah hingga akan mati dengan cepat dan tidak mementingkan rasa takut."
"apa kau bilang?! Kemari kau bocah sialan!"
Ke dua mallen itu segera saling kejar mengejar dan meninggalkan mereka.
"ingat untuk tidak menghancurkan barang penting!" pria perak itu berteriak sebelum menoleh kembali ke arah Tei. "hei siapa namamu, panggil aku Gin, fellan ini Eltra, pengurus hewan itu Salome, dan 2 yang saling mengejar Locos dan Zaire."
"Tei."
"Tei? Kenapa namamu terdengar lebih lembut dariku?!"
"tapi itu terdengar bagus, Eltra ganti saja namamu kalau ingin."
"Kalau kapten yang memberiku! aku akan menjadikannya nama penerusku!" mata Eltra terlihat bersinar-sinar, mengaitkan kedua tangannya menantikan.
"hmm biarkan aku berpikir," ia terpejam sambil berpikir keras. "cer, cere, cerea!"
"cerea? Aku seperti pernah mendengarnya..."
"cereus." Salome mengucap tenang sambil mengelus landak ditangannya.
"cereus? CEREUS?! Binatang gila itu? Bagaimana bisa kau menyamakanku dengan hewan peliharaanmu yang mengerikan itu! Huh walau aku menyukaimu, untuk saat ini aku membencimu kapten!" Eltra bergegas pergi menuju lorong dengan kesal meninggalkan mereka bertiga. Gin akhirnya tertawa terbahak hingga beberapa saat kemudian berhenti karena melihat tatapan bingung Tei.
Ia berdeham sebelum berdiri dengan benar. "apa kau sudah bisa berjalan?"
Tei sudah dapat mengontrol penuh tubuhnya dan ia tidak merasakan efek samping apapun dari penarikan kembali. "ya."
"bagus, ikut aku. Kau tampak sangat buruk saat ini. Salome aku akan kembali saat makan malam, pastikan semuanya terkendali."
~
Tei mengikuti gin, berjalan dibelakangnya yang semakin kedalam memasuki hutan. Sepanjang jalan Gin tak berhenti berkomentar atau menceritakan berbagai pengalamannya. Tei hanya membalas dengan anggukan atau dehaman yang mengartikan dia mengerti. Ia menyadari Gin merupakan seorang yang cerewet, terlalu bangga dengan dirinya, dan sangat usil. Ia beberapa kali membentuk berbagai macam hewan menjijikan dengan perak dan melemparkannya ke arah Tei. Dungeon memiliki berbagai hewan yang 1000 kali lebih menjijikan dari itu sehingga Tei bahkan tidak mengedipkan mata saat benda itu menuju ke arahnya. Ia dengan cepat menepis, yang akhirnya membuat Gin menyerah.
"kenapa kau membuat tanda Yi padaku?"
"akhirnya kau bertanya padaku!!" Gin segera berbalik yang membuat Tei hampir menabraknya. "huh. Kenapa susah sekali membuatmu berbicara. Aku membuat Yi karena... hmm.. tunggu.. ah! Untuk menyelamatkanmu, karena aku pria yang luar biasa."
Tei mengerutkan keningnya memperhatikan Gin. Ia akan berusaha bertahan dengan pemburu yang dilahirkan dengan tumpahan cairan kepercayaan diri berlebih di depannya.
"kau tertarik karena aku dunshen?"
Suara terkesiap Gin yang terlonjak terlihat sangat terkejut. "Kau seorang pembaca pikiran?!"
Tei menghembuskan napasnya mengucap nasehat-nasehat menjadi orang baik dalam hatinya.
"bukan."
"ehh... huh? baik.. aku akan jujur. Benar, karena kau seorang dunshen, tapi aku juga ingin menyelamatkanmu, dan hanya itu cara terakhir yang bisa kulakukan."
"..." perasaan tidak menyenangkan merayap di punggungnya. "terakhir? Apa yang kau coba sebelumnya? Kau..."
"aku meminumkan cairan kesembuhanmu." ucapan tenangnya membawa badai di orang lainnya.
"APA?! Bukankah aku sudah mengatakan padamu itu tidak berguna padaku saat itu?"
"kau bisa berteriak!" Gin cukup kaget dengan penunjukkan emosi Tei sehingga dia ikut berteriak. Dia berdeham dan melanjutkan, "itu karena kau bilang kau seorang dunshen. Pemburu mana yang akan percaya begitu saja?"
Tei merasa kakinya lemas. Bagaimana bisa cairan kesembuhan level tinggi yang ia jaga sepenuh hati terbuang sia-sia. Benda itu tak dapat digunakan saat proses penarikan kembali karena itu merupakan sebuah takdir dan bukan penyakit. Tapi dengan adanya cairan itu, saat di dungeon ia dapat mengobati lukannya separah apapun tanpa bantuan orang lain.
Tapi Tei tahu ucapan Gin tak sepenuhnya salah. Tidak pernah ditemui dunshen yang dapat kembali, bahkan mayatpun tak pernah terlihat, tapi dirinya. Hidup sehat dapat berdiri disana tanpa luka sedikitpun!
Tei merasa buruk saat ini. Gin telah menyelamatkannya bahkan memberinya kehidupan kedua.
"maafkan aku." ia menunduk menyesal "... dan terimakasih."
"hmm hmm memang begitu seharusnya! bagaimana bisa kau berteriak pada penyelamatmu ini?" ia berhenti melangkah "Ah kita sampai, akhirnya... Sangat melelahkan harus berjalan seperti ini."
Didepannya terdapat sebuah pintu gua dengan gerbang perak yang menutup jalan masuknya. Saat Gin menyentuhnya, ukiran itu meliuk terbuka.
"masuk."
Dinding gua terhiasi batu batu kecil yang memancarkan cahaya menerangi hingga keujung. Sebelum Tei selesai mengagumi lorong itu, segera matanya dimanjakan sebuah kolam air terjun yang mendapat pantulan cahaya dari lubang diatasnya. Lubang itu tampak memiliki segel yang dapat melindungi dan menutupi area ini dari luar. Beberapa tumbuhan liar dengan bunga berbagai bentuk menghiasi kelilingnya. Ini hal yang mengagumkan untuk Tei dalam masa hidupnya.
"luar biasa bukan? kau dapat membersihkan tubuhmu. Aku akan mengambilkan beberapa pakaian ganti."
Tei hanya mengangguk, ia masih mengagumi segala hal yang ia lihat saat ini. Tubuhnya mulai memasuki air setelah ia melepas semua kain lusuh yang menempel didirinya. Ia membentuk bangku dibawah air yang membantunya mengistirahatkan tubuhnya.
Ia merupakan seorang pengendali air, hal ini hanya dirinya yang tahu. Tidak ada pemburu yang dapat mengendalikan 4 elemen alam (air, api, angin, tanah), karena hanya para elf yang dapat melakukannya. Tei merupakan seorang turunan elf dan fellan, untungnya dari seluruh penampilannya hanya rambutnya yang menyisakan ciri elf dan tidak akan ada yang menyadarinya. Itu karena rambut biru lautnya merupakan turunan kakek buyut elfnya. Sudah kabar lama jika Elf dan pemburu merupakan musuh yang masih mendendam satu sama lain. Oleh karenanya ia harus menyembunyikan identitasnya atau dia akan terbunuh dengan kejam.
"menakjubkan... bagaimana kulitmu terlihat lebih baik dari para wanita terhormat, Kau terlihat seperti roh penjaga kolam dari sini oh tidak... seperti hmm dewi penunggu air terjun? Tidak tidak."
Tei segera membuka matanya yang terpejam. Ia melihat Gin di tepi kolam hanya dibalut celana setinggi lututnya memamerkan pahatan tubuhnya yang sempurna.
Tei membelalakan matanya sebelum dapat mengucapkan apapun. Gin berlari kedinding dan membuat putaran sebelum berakhir ke kolam dengan suara deburan air memantul ke seluruh dinding. Keterkejutan Tei tidak membuatnya ceroboh untuk tidak menghilangkan bangkunya. Ia terbawa gelombang air dan memerlukan cukup usaha untuk menyetabilkan tubuhnya. Gin muncul didepannya sambil mengibaskan rambut peraknya. Penutup kain sudah ditanggalkan, hanya tersisa wajah dengan garis tegas yang menampakkan senyuman dengan gigi taring kecil yang memikat dan membuat wajah tampan itu sedikit liar.
Tei dasarnya bukanlah orang yang ambil pusing dengan penampilan, tapi ia telah cukup mempelajari jika penampilan merupakan hal yang dinilai tinggi di sini.
'belasungkawaku untuk para mallen...'
Tei menghargai perilaku pria ini menyembunyikan wajahnya sehingga tidak membuat laki-laki lain akan meratapi nasibnya hingga akhir dunia. Walau Tei tidak peduli dengan hal ini ia tetap bersimpati pada mallen lain diluar sana. Tei lebih berharap untuk dapat hidup tenang di atas tanah bukan dikelilingi griv di dalam tanah yang gelap. Oleh karenanya penampilan bukanlah prioritasnya. Ia segera mengalihkan pandangannya dan bergerak menjauh.
"hei! Bagaimana bisa kau tidak memuji penampilanku..."
Tubuhnya tertarik kembali karena cengkraman di pergelangannya.
"... hmm. kau berpenampilan sangat baik." Sebelum ia menarik tangannya kembali Gin segera menangkup wajahnya dan memutar-mutarnya bagai melihat benda langka.
"Waw, pantas saja. Itu karena kau terlihat sangat baik. ah tidak! Indah. Menawan. Waw... rambutmu berwarna biru? Dan matamu... Luar biasa!"
"lyephaskhann ahhu" Tei mendorong dada didepannya yang mendapati ia bahkan tidak menggerakkan satu inchi pun. Tidak adil. Bagaimana pria didepannya bertenaga seekor kuda liar dan dia seperti keledai. Suara deburan kembali terdengar saat Gin terjerembab terpeleset ke belakang. Tei segera melarikan diri mendekati bawah air terjun.
"puah!! Hei apa itu tadi? Kau mengendalikan"
"tanaman."
"huh?"
"mengendalikan tanaman." Tei mengangkat tangannya memperlihatkan beberapa daun melayang kearahnya. Tentu saja hal ini kebohongan besar. Ia hanya dapat mengendalikan air didalam tanaman sehingga membuat orang lain percaya hal ini akan mudah. Sebelumnya, Tei biasa menyerap air yang ada di tanah atau udara untuk dikumpulkan dan dikendalikan. Ia dapat mengendalikan air yang menyatu didalam suatu benda, tapi hanya air didalam tanaman lah yang termudah dikendalikan.
"ah! Kau pengendali tanaman. Aku sudah melihat beberapa sepertimu. Aku dapat mengubah benda menjadi perak dan mengendalikan sesukaku. Ngomong-ngomong, apa levelmu? keluarkan batumu"
Tei terdiam di tempatnya.
"ada apa? aku sudah memiliki Yi denganmu."
Batu cla lebih baik untuk disembunyikan karena jika batu ini dihancurkan ia akan kehilangan kekuatannya sepenuhnya. Hanya seorang fedor dan level diamond yang cukup berani memamerkannya. Hal itupun karena tak akan ada yang berani mengambilnya bahkan hanya untuk menatapnya cukup lama.
Tei menekan dada kirinya, kilau batu biru menyembul keluar. Gin menatapnya cukup lama sebelum beralih ke mata Tei. Tatapannya membuat yang lain merasa sedang ditelusuri menimbulkan perasaan gugup.
"seorang borazon? Berapa tingkatanmu?" Gin menyandarkan tubuhnya di batu yang berada di tengah kolam dengan tenang.
Tei berjingkat, ia tertangkap basah membohongi pria didepannya. "tingkat pertama."
"kau..." kepalanya menunduk merasa malu dan bersalah telah berbohong, "berapa tingkat diamond mu?"
Hanya seorang yang berlevel lebih tinggi diatasnya yang dapat mengetahui tipuan batu clanya. Akhirnya ia mengerti mengapa ia tidak bisa merasakan kekuatannya, Gin mampu menyegel kekuatan sepenuhnya. Juga hanya mallen borazon atau diatasnya yang dapat mengikat mallen lain.
"tebaklah" Gin tersenyum jahil kemudian menghilang menyelam kedalam kolam. Tei yakin Gin melebihi tingkat awal dengan kepercayaan diri seperti itu. Sebelum ia bisa menentukan jawabannya kakinya terlilit sesuatu yang menggeretnya kebawah.
Setelah melaju dengan cepat pinggangnya terjerat, ditangkap oleh dua lengan kuat yang terpancar dari sentuhannya. Gin menampakkan dua taring kecilnya dan menyuruh Tei melihat sekelilingnya. Didalam kolam itu terdapat berbagai ukiran dengan perak didalamnya saling menggoda pengelihatan mereka. Gin menarik mereka kembali kepermukaan untuk mengambil nafas. Bagian kolam ini memiliki kedalaman sejajar hidung Gin, yang mana tepat sepucuk kepala Tei. Gin tetap memegang pinggulnya untuk menjaganya tetap diatas air. Hal itu sebenarnya sangat tidak perlu, jika Tei tidak harus merahasiakan kekuatannya. Ia mau tidak mau harus menerima perlakuan itu dengan perasaan malu menjalar didirinya. Martabat laki-lakinya bagai terbakar ditungku logam, Ia segera melepaskan tubuhnya dan berenang menjauh.
"kau mendorongku begitu saja? Kau akan menyesal, banyak pemburu diluar sana yang mengemis hanya untuk melihat wajahku."
Tei mulai terbiasa dengan sikap sombong Gin yang bagai terlahir bersamanya. Sangat alami.
"baiklah baiklah aku akan menolerirmu, karena wajahmu sendiri juga sangat bernilai."
Tei mengabaikannya. "kau tingkat kesatu?"
"pahh! hahaha Sudah bukan. Aku sudah berada di tingkat kedua! Aku tau kau kagum kan? Jangan iri padaku, kau bisa melakukannya perlahan-lahan walau sepertinya butuh waktu lama." Sebuah mahkota naga terbentuk anggun di kepalanya memberi hiasan pada pahatan sempurna.
Tei tidak tahan untuk mengernyit melihat betapa tinggi level kesombongan laki-laki di depannya.
"hentikan. Kau menyakiti mataku."
"hhuuuhh!?" Gin menekuk wajahnya terkejut menyatakan ketidak setujuan. "bagaimana kau mengatakan itu!?" Gin segera mendekatinya lagi. "Ah! Tunggu. Hei aku baru ingat, kita harus menyembunyikan rune Yi." perubahan ekspresi yang sangat drastis benar-benar dapat diberi pengakuan.
"ke-kenapa?" rasa dingin muncul di jemarinya, ia merasa menyesal telah menyinggung mallen sombong.
"banyak alasan, kau tidak boleh terbunuh, rune tidak boleh terlihat, oh tidak tidak, hal terpenting adalah kau akan membuat banyak fellan dan mallen menangis jika memperlihatkan ikatannya."
Tei tidak tahu apakah Gin sedang mengoloknya atau memberi tahu kebenaran sesungguhnya.
Yi dapat meningkatkan kekuatan masing-masing pemburu yang terkait. Masing-masingnya mendapat hampir sepersepuluh cla pasangannya. Saat berikatan mereka dapat mengetahui posisi pasangannya secara akurat dalam diameter 35 kaki (+-1 km) sehingga akan sangat menguntungkan saat berkerja sama. Juga dapat saling mentransfer cla dan menggabungkan kekuatan. Namun, jika pasangannya terbunuh ia akan kehilangan hampir setengah cla yang dimiliki. Karena hal ini tidak banyak pemburu dengan level hampir borazon dan diatasnya berikatan. Bahkan Fedor (pemimpin kerajaan Balton) pun tidak akan pernah berikatan walau dengan pasangan hidupnya.
Tei mulai ragu saat Gin semakin mendekat,
"tunggu. Diam di tempatmu."
Gin menatapnya bingung berdiam ditempatnya.
"apakah kau..." suaranya hampir teredam dengan aliran air, "benar-benar hanya akan menyembunyikan?"
"huh?"
"maafkan perkataanku sebelumnya. Jika kau ingin menghapus Yi... beri aku waktu 2 minggu. Aku mohon." Ia menunduk dengan tulus meminta. Bagaimana mungkin Gin akan tetap mengikatnya, Ia yang paling merugi berpasangan dengan Tei. Jika Tei mati, Gin akan menjadi Borazon! Seorang diamond merupakan hal yang mulia dikalangan para pemburu. Mereka sangat dihormati karena sangat sulit mencapat level itu. Bukankah ini mengerikan untuk di terima!
Tapi, Tei juga merasa ia bahkan lebih baik mati untuk merasakan penarikan kembali lagi. Ia ingin menjadi egois untuk pertama kali.
"ehm Tei, aku tidak menghinamu. Tapi, Apa kau memiliki gangguan pendengaran?"
Cukup risih mendengarnya Tei segera mengangkat kepalanya sebelum terkejut mendapati gin menunduk sejajar dengannya.
"aku tadi bilang, aku ingin menyembunyikan rune Yi. Bukan menghilangkannya. Berikan pergelanganmu."
Tei masih cukup ragu sebelum akhirnya mengulurkan tangannya menggenggam perggelangan Gin.
"Hidden!" pergelangan mereka terasa tergelitik sebelum akhirnya rune terkubur kedalam kulit tak meninggalkan jejak apapun.
"jangan khawatir, aku akan membuatmu mendapat pasangan lain sebelum aku melepaskan Yi."
Itu adalah ucapan janji terbaik yang pernah ia dapatkan.
"terimakasih."
"hmm puji aku sekeras mungkin dan memelukku seperti seorang penggemar berat jika kau benar-benar berterimakasih." Ia merentangkan tangan dengan salah satu sudut mulut terangkat. Tumbuhan rambat segera melilit tubuhnya, menariknya menjauh.
"Hei! Tei Tei Teiii... hentikan... Tei. Apa kau mau aku benar-benar menghapus ikatanya?" tumbuhan segera terlepas dari tubuhnya dan kembali ke dinding asalnya. Seringaian mengembang di bibirnya, perasaan puas karena mendapat trik jahat untuk mengendalikan mallen cantik yang dipungutnya.
"kau akan menyesal telah menolak hal yang dimpiimpikan orang lain."
"mulai gelap."
"hah? oh, kau benar, kita harus kembali, makanan lezat sedang menangis menungguku."
Gin memberinya pakaian dengan dominasi hitam. "kau dapat berubah dimanapun kau mau." Seringai tercetak seakan tak pernah lepas dari wajahnya.
Tei mengabaikannya, ia segera berjalan ke dinding dengan berbagai tumbuhan. Tumbuhan itu bergerak membuka membentuk suatu ruang didalamnya dan membiarkan Tei masuk sebelum tertutup rapat. Gin hanya tercengang melihat hal itu, baru kali ini dia mendapati orang yang tidak hanya tidak peduli kejahilannya tapi dapat menerima dengan gerakan elegan. Benar-benar membuatnya bersemangat untuk menjahilinya lagi.
... =-=
"Tei kau luar biasa!!" matanya berbinar memandang Tei yang telah selesai mengganti pakaiannya. "dan lebih hebat lagi! Kau terlihat bagai bangsawan suci tak tersentuh. Walau pakaianku terlihat terlalu besar padamu."
Tei membuat kepang rambut kecil di samping dengan menyimpulkan beberapa tumbuhan. Wajah elok nya telah keluar dari persembunyian. Ia memang terlihat sangat indah dan menawan tanpa perlu usaha berlebih. Tubuhnya juga bergerak dengan elegan yang membuat ingin berlama menatapnya tanpa merasa bosan.
"pakai pakaianmu."
Gin kembali menarik pikirannya setelah menelusuri penapilan Tei. "ah maaf, aku tidak bermaksud memperlihatkan tubuh menawanku didepanmu." Ia berpura-pura sedih. "tapi aku tidak bisa membantu mu untuk tumbuh setinggi aku oke? otot-otot ini juga terpahat seperti ini sejak aku remaja, jadi-"
"hentikan kumohon..." Tei menghela napasnya mendengar ocehan tak berdasar "Aku hanya memintamu untuk berpakaian."
"hehehe. Tentu, Gin yang luarbiasa akan kembali sebentar lagi." Dinding perak segera menutup seluruh tubuhnya.
Tei sudah cukup pening mendengar ucapan sombong Gin yang tak henti-hentinya. Bagaimana bisa ada orang yang begitu percaya diri hingga ke darah daging? Ia hampir kehilangan batas diri dan menusukkan duri-duri tanaman untuk mengukir kata-kata buruk pada tubuh mallen didepannya.
"ayo kembali ke Naga!"