sejak pertemuan pertama mereka di toko akhir-akhir ini Seokjin sering berbalas pesan dengan Namjoon dan baru-baru ini ia mendapat kabar bahwa Namjoon sedang berada di Jeju katanya ia melihat suplier baru untuk toko bunga mereka walau sebenarnya itu adalah alasan untuk menutupi identitas Namjoon yang sebenarnya.
hari ini Seokjin baru saja menyelesaikan jadwal pemotretannya dan berencana untuk memasak makan malam saat ia mendengar dering ponselnya di atas ranjang. kemudian ia mengambil ponselnya dan melihat Namjoon sedang menghubunginya. tanpa sadar Seokjin tersenyum lebar dan langsung mengangkat telepon Namjoon setelah ia membaringkan dirinya diatas ranjang.
"hei Jun ada apa?" tanya Seokjin
"hei bukan apa-apa aku baru saja kembali dari Jeju. aku ingin bertanya apa kau ingin makan malam denganku?"
"oh kebetulan sekali aku belum makan malam. aku akan bersiap-siap kalau begitu" setelah itu Seokjin menutup teleponnya dan segera berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
ini adalah kencan pertamanya dengan Namjoon. walau mereka sering berbalas pesan atau telepon Namjoon sama sekali belum mengajaknya keluar untuk berkencan. jadi sebisa mungkin Seokjin harus mempercantik dirinya agar Namjoon semakin terpesona dengannya.
masih pukul 6 di dinding kamar Seokjin tapi ia sudah berada didalam kamar mandi 30 menit yang lalu melakukan semua rutinitas yang dilakukan para perempuan di dunia. masih ada sekita 1 jam bagi Namjoon untuk datang menjemputnya namun Seokjin masih berdir di depan lemari besarnya. tubuhnya masih terbalut oleh handuk. ia berkacak pinggang menatap ribuan bajunya, mengeluarkannya satu per satu dan mencocokkan pada tubuhnya kemudian melemparnya asal jika ia merasa tidak bagus.
"ahhh apa-apaan ini kenapa semua bajuku terlihat jelek sekali!!" gerutu Seokjin lalu ia menatap jam di dinding dan kembali terkesiap. ia menghabiskan waktu selama 25 menit untuk mencari baju dan menggerutu. dengan terpaksa ia mengambil atasan bercorak bunga dengan warna cokelat pastel dan rok berwarna senada.
ia kemudian bergegas menuju meja riasnya, memoles wajahnya secantik mungkin dan senatural mungkin. kemudian ia menggerai rambutnya setelah ia buat lurus dengan catokan rambut. tepat ketika ia memasang high heelsnya ia mendengar suara bel pintu apartemennya.
Namjoon berdiri di depan pintu apartemen Seokjin dengan membawa sebuket bunga matahari di tangan kirinya. ia menunggu Seokjin untuk membuka pintu ketika ia mendengar suara derap kaki dari dalam apartemen dan tak lama pintu terbuka menampilkan Seokjin dengan penampilan yang sangat cantik. bahkan Namjoon dibuat tidak berkedip sama sekali karena terlalu terpesona dengan penampilan Seokjin.
"hai Jun!!" sapa Seokjin riang
"hai kau cantik sekali hari ini" puji Namjoon setelah ia sadar dari keterpesonaannya.
dengan malu-malu Seokjin tersenyum dengan rona merah pada pipinya, "hihi terima kasih, kau juga tampan sekali hari ini"
Seokjin menatap Namjoon dengan senyum lebarnya, ia tidak berbohong saat memuji Namjoon tadi karena memang kenyataannya seperti itu. ia menyukai penampilan Namjoon yang mengenakan kaos neck tee berwarna hitam serta rambut pirangnya yang ia sisir ke atas menambah ketampannya dan jangan lupakan senyum dimple-nya membuatnya berkali-kali lipat tampannya.
"kau sudah siap?" tanya Namjoon
"tunggu aku akan ambil mantel dan tasku" Seokjin bergegas masuk untuk mengambil mantel dan tasnya kemudian ia keluar kembali.
"oh iya ini untukmu" Namjoon memberinya buket bunga matahari yang sedari tadi dipegangnya kepada Seokjin dan diterima olehnya dengan senyum gembira.
"ayo" Namjoon menggandeng tangan Seokjin dan mulai berjalan menuju lift ketempat parkir mobil di basement.
sesampainya di basement Seokjin tidak dapat menahan keterkejutannya ketika ia melihat Namjoon menghampiri mobil sport berwarna biru gelap yang terparkir disana. dan itu membuat Seokjin begitu penasaran dengan Namjoon karena ia tidak mengetahui apapun mengenai pria didepannya ini yang ia ketahui bahwa ia adalah pemilik toko bunga. bukan tidak mungkin seorang pemilik bunga memiliki mobil sport tapi Seokjin sangat yakin bahwa harga mobil sport ini sangat mahal mengingat toko bunga Namjoon tidak selalu ramai.
Namjoon yang sedang membuka pintu mobil untuk Seokjin menatapnya dengan bingung karena Seokjin hanya berdiri diam disana.
"Jinnie?"
Seokjin mengerjapkan matanya tersadar dari lamunannya, "eoh maaf" kemudian ia masuk kedalam mobil. setelahnya Namjoon juga sudah masuk kedalam.
selama perjalanan Seokjin hanya diam dan sesekali melirik Namjoon disebelahnya. begitu banyak pertanyaan yang terlintas dipikirannya, ia begitu penasaran dengan Namjoon tentang kehidupannya. dan rasa penasaran itu semakin besar saat mobil yang dikendarai mereka berhenti didepan sebuah restaurant mewah di daerah Gangnam.
Seokjin tidak dapat menahan rada terkejutnya ketika mendapati Namjoon mengajaknya makan malam di rastaurant yang sudah mendapat bintang 4. tentu saja Seokjin tahu karena kecintaannya terhadap makanan dan serta ia tidak ingin dianggap sebagai model dengan otak kosong jadi ia membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan yang ia pelajari.
Namjoon berjalan masuk kedalam restaurant suasana didalam begitu ramai dengan pengunjung serta suara alunan musik piano dan biola yang menghibur para pengunjung membuat suasana dalam restaurant terdengar sangat romantis. Namjoon mengajak Seokjin duduk di meja dekat dengan jendela yang menampilkan pemandangan kota Gangnam yang gemerlap.
seorang pelayan menghampiri mereka dengan membawa buku menu ditangannya. ia menyapa Seokjin serta Namjoon dengan ramah bahkan pelayan itu menuangkan segelas anggur pada Seokjin serta Namjoon selagi menunggu mereka memesan.
setelah mereka selesai memesan, Seokjin yang sedari tadi menahan untuk bertanya akhirnya mulai membuka pembicaraan.
"Jun" panggil Seokjin
Namjoon menatapnya dengan senyum dimple-nya membuat Seokjin kembali terpana dengan senyumnya namun ia berusaha untuk tetap sadar jika ingin pertanyaan dikepalanya terjawab.
"pekerjaanmu sebenarnya apa? tidak mungkin jika kau hanya punya toko bunga saja?"
Namjoon terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Seokjin, ia tak menyangka bahwa secepat ini Seokjin mencurigainya. karena memang Namjoon belum saatnya untuk membuka diri maka ia berusaha memutar pertanyaan Seokjin.
"maksudmu?" tanya Namjoon dengan ekspresi wajah yang ia buat sebingung mungkin untuk menutupi gugupnya.
Seokjin mulai sedikit ragu dengan pertanyaannya takut jika nanti Namjoon malah tersinggung dan membuatnya menjauhi dirinya, "ya...yah aku hanya penasaran saja so...soalnya kau membawaku makan di restaurant mahal ini dan mengenai mobil mewahmu tadi mem...membuatku bertanya soal dirimu"
Namjoon mengangkat alisnya mendengar penjelasan Seokjin yang menurutnya sangat wajar, ia bernafas lega karena Seokjin memcurigainya dengan masalah yang sepele. Namjoon hampir saja memutar otaknya jika ternyata Seokjin mencurigainya sebagai pemimpin mafia atau sebagainya. dengan tersenyum Namjoon menatap Seokjin sambil bertompang dagu.
"kau mau aku menjelaskannya padamu?" goda Namjoon yang membuat Seokjin kembali salah tingkah dan membuat Namjoon tertawa kecil karena tingkaj imut yang dilakukan Seokjin.
"pertama aku mengajakmu kesini karena rekomendasi dari adik sepupu yang katanya makanan disini enak dan karena aku tahu bahwa kau sangat suka sekali makan jadi aku memutuskan untuk mengajakmu makan malam disini..."
Namjoon berhenti dan mulai menggenggam tangan Seokjin yang berada di atas meja, "dan yang kedua tentang mobilku, aku sudah sangat lama sekali menabung uang agar bisa membeli mobil impianku itu jadi seperti yang kaulihat. aku sedang berusaha untuk menyenangkan dirimu"
setelah selesai menjelaskan semua makanan pesanan mereka berdua pun datang dan hari itu mereka menghabiskan malam mereka berdua menyatap makanan lezat sambil menikmati pemandangan malam kota Gangnam.