Chereads / The 4 Florist / Chapter 3 - SunFlower 2

Chapter 3 - SunFlower 2

Yoongi menatap heran satu-satunya manusia didepannya. benar manusia yang dimaksud adalah Kim Seokjin alias Jinnie alias sahabat Yoongi. sedari tadi ia melihat Seokjin hanya tersenyum-senyum sendiri sambil menatap bunga matahari yang dibelinya dari toko.

"kau kenapa dari tadi?" tanya Yoongi saat ia mulai merasa bingung dan juga sedikit takut. takut jika sahabatnya kerasukan sesuatu mungkin hantu bunga atau apalah.

"hmm tidak kenapa-kenapa" Seokjin kembali menatap bunga mataharinya sambil terus membayangkan kembali pertemuannya dengan Namjoon. ia begitu merasa beruntung memilih mengikuti omongan para pelajar itu untuk masuk kedalam toko bunga milik Namjoon.

tidak butuh waktu lama bagi Seokjin untuk menyadari perasaan gembira dan menyenangkan ini karena yang ia tahu bahwa perasaan ini adalah perasaan jatuh cinta. ia bahkan tidak percaya bahwa ia akan merasakan yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. padahal selama hidupnya ia tidak pernah tertarik pada laki-laki dan selalu bersama-sama dengan Yoongi sahabatnya.

bahkan saat kuliah dulu ia dinobatkan sebagai ratu kampus karena visualnya yang cantik dan teman-teman wanitanya selalu mengajaknya untuk ikut kencan buta walau sebenarnya ia tahu kalau ia dimanfaatkan oleh mereka untuk menarik laki-laki tampan yang terpesona olehnya. mungkin karena terlalu lelah dimanfaatkan ia jadi tidak begitu tertarik dengan laki-laki berparas tampan disekitarnya.

tapi dengan Namjoon berbeda ia begitu sangat terpesona dengan senyum dimplenya bahkan ia mengakui bahwa Namjoon adalah pria tertampan yang berhasil menarik perhatiannya selama 26 tahun ia hidup. Seokjin rela melakukan apa saja asal ia bisa bertemu lagi dengan Namjoon.

suara Yoongi membuyarkan lamunan Seokjin yang tengah asik memandang bunga matahari didepannya. ia lalu mengalihkan atensinya dan menatap Yoongi yang tengah mengajaknya berbicara.

"Jinnie-ah kapan kau akan ke studioku katanya kau akan menyanyikan laguku? jika tidak mau laguku akan kuberikan pada orang lain" ucap Yoongi

"iya iya aku akan bilang pada oppa untuk mengosongkan jadwalku hari senin" ucap Seokjin yang mulai mengeluarkan ponselnya dan mengetik sebuah pesan ke manajernya.

Yoongi menatap Seokjin yang tengah serius mengetik sebuah pesan kemudian mengirimnya. lalu sahabatnya ini kembali menatap bunga matahari yang dibelinya. Yoongi mulai merasa kesal, ia kemudian berdiri dan duduk didepan Seokjin menghalanginya menatap bunga matahari dibelakangnya. Seokjin menatap kesal sahabatnya dengan bibir yang mengerucut cemberut.

"ada apa dengan bunga ini?" ucap Yoongi kepada Seokjin didepannya.

Seokjin pun bercerita mengenai pertemuannya dengan Namjoon karena rasa penasarannya mengenai toko bunga yang ramai saat ia berbelanja tadi dan bagaimana ia begitu terpesona dan berdebar karena senyum dimple yang ditunjukkan pada Namjoon terhadapnya.

Yoongi yang mendengar itu hanya tersenyum geli, "bagaimana bisa kau menyimpulkan sesuatu seperti itu dengan sederhana?"

Seokjin semakin cemberut, "memang apa bedanya denganmu? kita sama-sama tidak pernah berpacaran Yoon"

Yoongi hanya mengendikan bahunya dengan malas, "hanya berharap kau tidak lagi dimanfaatkan Jinnie-ah"

Seokjin tertegun ia tidak menyangka bahwa Yoongi akan mengkhawatirkan dirinya walau ia tahu bahwa sikap dingin Yoongi hanya ia tunjukkan diluar namun sebenarnya ia adalah orang yang hangat dan pengertian. Seokjin menatap Yoongi dengan mata yang berkaca-kaca.

"kenapa kau menatapku seperti itu? itu menjijikan" ucap Yoongi mulai beranjak dari tempatnya namun kalah cepat dengan Seokjin yang menariknya kedalam pelukan serta berusaha menutup telinganya dari teriakan histeris sahabatnya.

☜☆☞

2 hari setelah pertemuannya dengan Namjoon, Seokjin disibukan dengan jadwal pemotretannya yang semakin padat serta pekerjaannya yang menyanyikan lagu Yoongi di studionya. dan ia baru saja pulang ke apartemennya larut malam, meskipun lelah ia membersihkan riasannya dan membersihkan dirinya kedalam guyuran air hangat. setelah selesai ia memakai baju tidur sutra berwarna pinknya serta sandal RJnya berjalan menuju meja rias melakukan ritual skin care malamnya dan mulai menaiki ranjangnya untuk bersiap tidur menuju alam mimpi.

"beep...beep...beep"

suara nyaring alarm membangunkan Seokjin dari tidur panjangnya dengan malas tangan rampingnya meraba-raba meja kecil disebelahnya mencari-cari benda kotak yang masih setia berbunyi nyaring ditelinganya. setelah ia mematikan alarmnya, Seokjin merenggangkan tubuhnya sebentar dan bangkit dari tidurnya terduduk diatas ranjang dengan wajah setengah sadar. ia melihat jam menunjukkan pukul 8 pagi dan ia baru menyadari bahwa ini hari liburnya.

Seokjin kemudian beranjak dari ranjangnya memakai sandalnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan memasak untuk serapan.

Seokjin sedang berjalan santai di taman dekat apartemennya ia sedang berusaha menikmati musim semi yang sedang terjadi memanjakan matanya melihat bunga-bunga bermekaran dengan beberapa kupu-kupu yang berterbangan. Seokjin pun memilih sebuah bangku yang dibelakangnya tumbuh pohon tabebuya berwarna pink dan duduk disana menikmati semilir angin.

"hah akan menyenangkan kalau tiba-tiba saja Namjoon muncul didepanku" batin Seokjin saat ia menengadahkan kepalanya menatap birunya langit dan mulai memejamkan matanya.

hal-hal yang terpikirkan oleh kita walau itu terlihat mustahil terkadang bisa saja terjadi seperti sebuah keajaiban. disaat Seokjin berharap munculnya Namjoon dan disitulah pria dengan rambut berwarna cokelat dan kacamata bulat tengah memasuki taman sambil membawa sebuket bunga mawar putih dengan jumlah besar.

Namjoon yang awalnya sedikit ragu dengan apa yang dilihatnya menjadi yakin saat ia menghampir seorang wanita yang tengah duduk menatap langit itu adalah Seokjin yang ia temui 2 hari yang lalu.

"Jinnie?" sapa Namjoon

Seokjin membuka matanya ia menatap pria depannya dengan sedikit menyipit karena merasa buram akibat sinar matahari yang menyilaukan. saat penglihatannya mulai jelas ia membelalak terkejut Namjoon sudah berdiri didepannya dengan senyum dimple mautnya.

"Jun?" tanya Seokjin memperjelas penglihatannya.

Namjoon mengangguk dan tersenyum, "sedang apa?"

Seokjin masih tidak percaya apa yang ia lihat, ia baru saja memikirkan Namjoon dan tiba-tiba saja orang yang dipikirkan muncul didepannya. namun keterkagumannya terhenti saat manik matanya menatap sebuket bunga yang dibawa oleh Namjoon. ada sebersit perasaan kesal yang dirasakan namun tidak membuat Seokjin memutar kembali pertanyaan Namjoon.

"lalu kau sedang apa disini Jun?"

"aku ingin mengantar bunga pesanan sebentar..." Namjoon merogoh saku jaketnya dan mulai membaca tulisan yang berada disana, "untuk nona Yoongi unit 316"

Seokjin membola dan kembali menatap buket bunga tersebut dan sepertinya ia tahu siapa yang mengirimkannya. Seokjin kembali menatap Namjoon dan tersenyum, "aku bisa mengantarkanmu kesana"

"kau?" tanya Namjoon tidak percaya ia seperti mendapat hadiah berjalan berdua dengan wanita cantik sekelas Seokjin.

Seokjin mengangguk, "aku tinggal satu lantai dengan Yoongi dan ia adalah sahabatku"

Namjoon mengangguk mengerti, "baiklah kalau begitu tolong ya nona Jinnie"

mereka pun berjalan masuk kedalam apartemen menuju tempat tinggal Yoongi. setelah sampai di tempat yang dituju Seokjin menekan bel pintu apartemen Yoongi berkali-kali ia yakin sahabatnya ini tengah tidur dikamarnya jika ia tidak menekan berulang kali si tukang tidur itu tidak akan bangun.

dan setelah 30 detik adegan menekan bel pintu dilakukan muncul sebuah layar yang menampilkan wajah setengah sadar Yoongi, "siapa?"

"ini aku Jinnie" ucap Seokjin dengan suara cerianya berbeda dengan Yoongi yang menyadari bahwa orang yang mengganggu istirahatnya adalah Seokjin sahabatnya.

dengan wajah kusutnya Yoongi bersuara, "kau ingin mati ya!! menekan bel pintu seperti itu!!"

"hehehe mian buka pintunya ada seseorang yang mencarimu"

Yoongi mendesah kesal dan dengan terpaksa membuka pintu apartemennya ia berjalan menuju pintu dan mendapati Seokjin sedang berbicara dengan pria asing disebelahnya dan juga sebuket bunga mawar putih yang dibawa pria itu. dan Yoongi mengetahui siapa yang mengirim bunga mawar tersebut.

"ah maaf mengganggu waktu istirahat anda perkenalkan nama saya Kim Namjoon saya seorang florist di toko bunga '89 Florist'saya mau mengirimkan bunga pesanan anda" Namjoon memperkenalkan dirinya kepada Yoongi dan mulai menyerahkan buket bunga tersebut dan diterima Yoongi dengan setengah hati.

"tolong tanda tangani surat terimanya" Namjoon menyerahkan sebuah kertas kepada Yoongi dan mulai ditanda tangani olehnya.

Namjoon membungkuk hormat dan hendak beranjak pergi saat Seokjin menghentikannya, "apa kau mau makan siang denganku hari ini?"

Namjoon yang mendengar itu hanya menatap Seokjin penuh sesal, "maafkan aku hari ini aku menjaga toko sendiri mungkin lain kali. bagaimana kalau aku meminta nomor ponselmu jadi aku bisa menghubungimu"

Seokjin mengangguk semangat dan mengeluarkan ponselnya. mereka berdua saling memberi kontak didepan Yoongi yang sedaro tadi melihat interaksi pasangan yang sedanh jatuh cinta ini. "jadi ini orangnya?" batin Yoongi mengamati Namjoon dari atas sampai bawah.

setelahnya Namjoon kembali berpamitan kepada Yoongi dan Seokjin dan beranjak pergi dari sana. Yoongi menatap Seokjin dengan tanganya yang bersendekap dan Seokjin yang merasa ditatap melihat Yoongi dengan pandangan bertanya, "Apa?"