Yoongi menutup pintu mobil dengan sedikit keras, ia merasa kesal ternyata firasat tentang kurir itu memang benar dan ia merasa marah karena kurir itu adalah Jimin. kenapa harus Jimin yang mengantar bunga orang itu? ia marah tapi ia tidak tahu marah karena apa dan itu sedikit membuatnya frustasi. ditengah kecemberutan Yoongi, Seokjin membuka pintu penumpang dibelakangnya dan memasukkan buket bunga yang dibawa Jimin kemudian ia masuk kedalam kursi pengemudi.
Yoongi yang melihat Seokjin memasukan buket bunga itu menatap tajam kearah sahabatnya, "kenapa kau bawa buket bunganya!!" desisnya.
Seokjin menatap Yoongi disebelahnya kemudian ia melajukan mobilnya, "kau boleh membuangnya disuatu tempat tapi..." Seokjin kembali menatap Yoongi dengan tajam, "jangan kau suruh orang yang sudah susah payah merangkai bunga untuk membuangnya. kau akan dikira tidak menghargai usahanya"
Yoongi terdiam ia tidak berusaha membantah ucapan sahabatnya karena memang yang diucapkannya benar. ia tidak berpikir dewasa sama sekali saat ditoko tadi dan perasaan bersalah itu mulai menyerangnya membuatnya menjadi tidak enak.
selama perjalanan menuju makam, Yoongi hanya terdiam sambil memandang jalanan disampingnya. buket bunga itu sudah ia singkirkan jauh sebelum mereka memulai perjalanan mereka. Seokjin hanya bisa mendesah ini selalu terjadi jika mereka berdua hampir sampai pada tempat tujuan, Yoongi akan selalu diam hingga tepat di depan batu nisan ibunya.
mereka berdua sudah sampai ditempat tujuan dan berjalan beriringan dengan Yoongi yang membawa sebuket bunga yang dibelinya. kemudian Yoongi menaruh buket tersebut didepan nisan ibunya, ia berjongkok dan menyentuh batu nisan tersebut tanpa mengucapkan apapun ia memejamkan matanya berdoa begitu pula dengan Seokjin yang sudah berjongkok di seberangnya.
Yoongi menikmati keterdiamnya sambil menatap batu nisan ibunya seperti sedang berbicara dari hati ke hati. tanpa disadari olehnya, dari kejauhan seorang pria paruh baya mengamati dengan menggenggam sebuket bunga ditangannya. ia berdiri diam mengamati Yoongi dengan perasaan rindu dan bersalah. ketika ia melihat Yoongi dan Seokjin mulai beranjak meninggalkan makam barulah ia bergerak mendekati tempat tersebut.
"hei Hanna" pria tersebut menyapa dengan suaranya yang lembut. ia menaruh buket tersebut dan berjongkok sambil memandangi batu nisan didepannya.
"ini pertama kalinya aku melihat Yoongi walau tidak secara langsung. ternyata putri kita sudah besar dan sangat cantik. kau pasti merawatnya dengan baik..." suaranya mulai bergetar menahan tangis.
"selama 7 tahun ini tidak seharipun kulewati dengan perasaan bersalah kepadamu dan Yoongi. bahkan disaat kau merenggut nyawa, aku dengan egoisnya tidak menemuimu walau Yoongi sudah memohon kepadaku sekalipun..."
"aku begitu bodoh Hanna, kupikir aku akan bahagia dengannya namun ternyata aku salah. dia menusukku dari belakang persis seperti apa yang kulakukan kepadamu dan meninggalkan putri kandungnya padaku. dia benar-benar terburuk bagiku..."
"bahkan ia tidak peduli dengan putrinya.." kemudian pria tersebut tersenyum samar mengingat putri tirinya, "dia anak yang manis dan baik mengingatku dengan Yoongi. aku berharap ketika aku sudah bisa meminta maaf padanya, aku ingin memperkenalkan dia sebagai adiknya"
ia kembali mengusap kepala batu nisan itu dengan pelan, "aku harap aku pantas meminta doa darimu. doakan aku Hanna, aku akan berusaha memperbaiki semuanya dan kuharap kau bisa beristirahat dengan tenang dan bahagia"
pria tersebut beranjak pergi dari tempatnya setelah ia mengecup singkat batu nisan didepannya dengan perasaan sayang dan juga menyesal.
disebuah mobil Seokjin mengamati Yoongi yang sedang menempelkan kepalanya pada kaca pintu mobil disebelahnya dengan wajah yang murung setelah kembali dari makam. ia tidak suka melihat sahabatnya murung dan terlihat sedih seperti ini apalagi dihari ulang tahunnya.
"Yoongi-ah kau ingin sesuatu?" tanya Seokjin berusaha membuat Yoongi kembali ceria seperti semula.
Yoongi hanya menggelengkan kepalanya dengan malas, "aku hanya ingin tidur"
Seokjin merotasikan bola matanya, satu kebiasaan yang tidak disukai Seokjin dari Yoongi. dia selalu ingin tidur mau dimanapun dan kapanpun yang ada dipikirannya hanya tidur.
"heol di hari ulang tahunmu kau hanya ingin tidur? kita berkendara selama 2 jam dan kau bisa tidur di mobil sedangkan aku menyetir. jadi sebagai bayarannya temani aku ke Hongdae untuk wisata kuliner... "
Yoongi hampir membuka mulutnya untuk protes namun dihentikan oleh Seokjin dengan menempelkan jari tulunjuknya, "sstt jika kau tidak mau aku bisa saja sengaja menurunkanmu disini!!?"
Yoongi hanya mendesah pasrah dan kembali menyandarkan punggungnya di kursi, "terserahmu" ia memasang earphonenya dan mulai memejamkan matanya tidur meninggalkan Seokjin yang sendirian menyetir.
Seokjin yang melihat itu hanya bisa tercengang sambil menggelengkan kepalanya, "wah dasar dingin"
☜☆☞
Yoongi mendesah kasar sambil menyeret kakinya dengan malas, wajahnya tertekuk menunjukkan bahwa ia sedang kesal dengan manusia cantik didepannya ini yang masih setia menyeretnya kesana kemari mencicipi setiap makanan yang dijual digerai-gerai kecil.
Yoongi merasa heran dengan sahabatnya, Seokjin sangat suka sekali makan dan itu bahkan tidak membuatnya gemuk sama sekali.
"kau akan seperti babi jika tidak berhenti makan Jinnie-ah" ucap Yoongi dengan kata-kata tajamnya.
Seokjin menoleh kearah Yoongi dan tertawa melihat wajahnya sudah sangat seperti pakaian lusuh yang belum disetrika, "hahaha oke oke kita berhenti tapi untuk terakhir kalinya kita ke Gangnam Skincareku habis"
kali ini Yoongi mengangguk setuju karena ia berpikir untuk ikut membeli mengisi persediaannya. ketika mereka sudah sampai di Gangnam mereka berdua berjalan menuju toko Kosmetik langganan mereka. baru beberapa langkah mereka jalan, langkah Yoongi terhenti bersamaan dengan rungunya yang mendengar suara nyanyian.
Yoongi melihat kearah samping kirinya yang adalah sebuah gang kecil sempit dan pencahayaan remang-remang. entah apa yang membuatnya begitu berani ia melangkahkan kakinya masuk kedalam gang namun pergelangan tangannya ditahan oleh Seokjin. Yoongi menoleh dan mendapati Seokjin dengan wajah takutnya.
"kau sudah gila?! bagaimana kalau itu hantu?!" desisnya dengan suara tertahan mencoba menahan Yoongi untuk masuk kedalam.
bukannya malah mengabaikan, Yoongi justru menarik tangan Seokjin untuk berdiri dibelakangnya dan mengikutinya. Seokjin yang sudah ketakutan hanya merangkul lengan Yoongi dengan erat dan memejamkan matanya membiarkan Yoongi yang menuntunnya.
suara nyanyian itu semakin lama semakin terdengar saat Yoongi melihat seorang gadis dengan rambut panjang gelombangnya yang berantakan serta banyaknya goresan luka diwajahnya serta tangannya sedang duduk bersandar pada dinding bangunan dan bersenadung pelan.
Gadis itu tiba-tiba berhenti bernyanyi saat ia merasa seseorang tengah menatapnya. ia membuka kedua matanya dan mendapati dua orang gadis tengah melihatnya dan gadis satunya sedang merangkul lengan gadis yang lebih kecil didepannya.
Yoongi menatap gadis didepannya dengan pandangan berbinar dan langsung menghampiri gadis tersebut, "wah suaramu bagus sekali, apakah kau mau jadi penyanyiku?"
"HAH!?"