Chereads / I Choose To Love You / Chapter 22 - Percaya.

Chapter 22 - Percaya.

Mata Galang melihat kedua tangan Eva yang menghadap ke perutnya dengan erat, sudut terangkat ketika tangan Eva memeluknya karena tarikan gas yang Galang mainkan.

Motor yang Galang kendarai telah berhenti di gerbang sekolah, sepertinya satpam yang berjaga-jaga jika Galang akan masuk jam pelajaran kedua.

"Makasih pak," kata Galang.

"Iyap, sami-sami Lang," sahut satpam tersebut.

Eva hanya diam saja, memang Eva selalu seperti itu tak pernah membuka mulut jika bertemu dengan siapa pun.

Eva kemudian turun setelah Galang menghentikan motornya, karena ada sweater Galang jadi Eva tak malu jika rok miliknya harus terangkat.

***

Presentasi hari ini sangat ramai sekali, Galang dan Eva beserta Alsad dan Lusi telah selesai.

Dapat dipastikan jika hasil presentasi mereka akan membuahkan nilai yang sempurna, banyak yang sekali yang memuji hasil karya ilmiah mereka.

Ke empatnya senang karena banyak yang menyukai sabun organik buatannya, "Gue yakin nilai kita pasti seratus," Lusi telah jumawa lebih dulu berbeda dengan Eva yang sedari diam saja.

"Yups, gue juga yakin itu," lantas Alsad pun menimpali.

Galang hanya melirik ke arah Eva yang tersenyum, mata Galang tertegun melihat sekilas senyuman manis Eva.

"Indah," guman Galang.

"Apa?" tanya Alsad, ia mendengar gumanan Galang namun tak tau pasti Galang mengatakan apa.

"Ngomong apa lo barusan?" Lusi melipat kedua tangannya di dada sambil menelisik Galang.

"Iya gue yakin nilai kita seratus," tukas Galang cepat.

Dalam hatinya Galang sedikit mengumpat, "Va nonton, yuk?" Luis kini mendekati Eva dan duduk di sampingnya.

Eva menggelengkan kepalanya langsung menolak ajakan Lusi.

"Yah..ayolah, sekali-kali Va," Lusi bergelayut manja, pasalnya Eva selalu susah di ajak kemana-mana.

Eva hanya diam, ia tak menggubris sama sekali ucapan Lusi yang terus merengek.

"Gimana kalau kita ke danau aja yuk? Ya itung-itung merayakan presentasi kita yang bagus hari ini," ujar Alsad.

"Boleh juga ide lo, gue setuju," Lusi langsung menatap Eva yang masih acuh.

"Lo harus ikut, kita kan team masa nolak juga," gerutu Lusi.

Eva hanya menghela napas sejenak kemudian menganggukan kepalanya, Lusi langsung saja heboh berjingkrak.

***

Seperti yang telah mereka sepakati sebelumnya, ke empat manusia berbeda jenis itu langsung menuju danau.

Galang sengaja menitipkan motornya, mereka menggunakan mobil Eva yang tadi pagi Alsad bawa ke sekolah.

Danau yang berada jauh dari tempat keramaian itu sangat indah, sepanjang jalan mereka harus melewati pohon-pohon besar.

Udara dingin yang menyejukan pun terasa sangat segar membuat Eva langsung memejamkan matanya.

Mungkin danau tersebut boleh di bilang surga dunia untuk para manusia yang tinggal di kota besar, tapi sangat disayangkan karena hanya beberapa orang saja yang tau danau tersebut.

Lusi langsung berlari menaiki perahu yang berada disisi danau, Alsad pun tak mau ketinggalan untuk segera mendayung merasakan air danau yang jernih itu.

"Va ayo naik," ajak Luis.

"Lo sama Galang Va, nggak muat kalo bertiga," sambung Alsad.

Galang yang masih berdiri di samping Eva pun langsung mengeluarkan kedua tangannya dari saku dan mengenggam tangan Eva membawanya ke perahu.

"Lo nggak takut sama air, kan?" tanya Galang.

Eva menggeleng pelan, "Ayo naik?" uluran tangan Galang Eva sambut, Galang langsung menarik sudut bibirnya dan membantu Eva untuk duduk di perahu.

Berbeda dengan Alsad dan Lusi yang telah berada jauh dari keduanya, Galang mulai mendayung perahunya dengan pelan.

Eva yang duduk berhadapan dengan Galang pun langsung mengedarkan pandangan matanya.

Suasananya sangat sepi cocok untuk untuk menghilangkan rasa penat dan lelah, sesekali Eva memejamkan matanya menikmati semilir angin yang menerbangkan anak rambutnya.

"Apa yang lo suka di dunia ini, Va?"

Eva membuka kedua matanya, ia kemudian menatap Galang dan membuka mulutnya.

"Nggak ada," sahut Eva.

Galang menganggukan kepalanya, kemudian kembali menatap Eva.

"Apa yang lo benci di dunia ini?" pertanyaan kedua Galang membuat Eva menatapnya dengan tatapan yang tak biasa.

"Gue takut manusia," suara Eva seperti tercekat.

Matanya menatap ke arah lain seolah menyembunyikan sesuatu, Galang menghentikan perahunya.

Ia tak mau lagi mendayung lagi, jawaban Eva membuat Galang penasaran dan ingin tau lagi lebih dalam.

"Lang…"Eva panik karena Galang berdiri.

Perahu jadi tak seimbang jika Galang melakukan hal yang aneh perahu bisa saja berbalik dan Eva bisa tenggelam.

Galang melangkahkan kakinya, ia mencoba duduk di samping Eva dan melihat keseimbangan perahu tersebut.

"Lo aman Va, gue yakin kita nggak bakalan tenggelam," Galang menyakinkan Eva membuat Eva tenang kembali.

Hening sesaat, tak ada yang berbicara baik Eva maupun Galang sama-sama menutup mulutnya rapat-rapat.

"Apa yang lo takutin dari manusia?" Galang memang masih penasaran.

"Semuanya," sahut Eva.

Entah kenapa Eva bisa seterbuka ini dengan Galang, entah karena kedekatan dari kerja kelompok atau karena akhir-akhir ini mereka telah dekat.

"Va.."

"Hmm.."

"Look at me.."

Eva menatap manik mata Galang yang teduh, menatap pemuda yang beberapa hari ini selalu ada di dekatnya.

"Nggak semua manusia menyeramkan Va, nggak semua manusia jahat,"

Galang mengulurkan satu tangannya untuk mengenggam tangan Eva, pun dengan Eva yang tak menolak sama sekali ketika Galang mengenggam erat tangannya.

"Gue termasuk manusia yang bisa lo percayai, lo bisa bergantung sama gue, lo bisa minta bantuan apapun sama gue, gue bisa ngelakuin appaun sama buat lo," terang Galang.

Eva hanya bisa menatap Galang dengan seksama, tak ada kebohongan sama sekali dari mata Galang.

"Lo mau, kan? Percaya sama gue?" pinta Galang.

Eva menganggukan kepalanya pelan, mungkin sudah saatnya untuk Eva percaya kepada seseorang dan membuang pikiran buruknya.

Galang ingin sekali memeluk Eva, namun perahu yang ia naiki itu goyang dan membuat Eva terkejut.

"Lang…" pekiknya.

Satu tangan Galang langsung mengambil dayung dan kembali merubah posisi, perahu yang semula goyang pun kini telah kembali aman.

"Sorry.." kekeh Galang.

Eva hanya bisa mengusap dadanya saja, menetralkan detak jantungnya yang berdegub kencang karena kaget dan takut.

Galang kembali mendayung, ia mengelilingi danau itu hingga bertemu dengan perahu yang Alsad dan Lusi naiki.

Namun sepertinya mereka mempunyai tujuan berbeda, Galang ingin mengajak Eva menuju bunga teratai yang cantik.

Sementara Alsad dan Lusi entah akan kemana, "Lang.." panggil Eva.

"Kesana," tunjuk Eva.

Galang menganggukan kepalanya, Eva ingin segera menuju ke arah bunga teratai yang berkumpul.

Bunga yang tumbuh di air itu terlihat sangat cantik dan menarik perhatian Eva, Galang menatap ke arah bunga yang Eva pandang sesekali Galang mencuri pandang ke wajah Eva.

Keduanya terlihat sangat cantik di mata Galang, tak ada cacat sedikit pun melihat pemandangan di depannya pun dengan gadis di sampingnya.

***

Bersambung.