Chereads / I Choose To Love You / Chapter 25 - Melupakan Sesuatu.

Chapter 25 - Melupakan Sesuatu.

Sebagai permintaan Galang karena pipinya di cium oleh Naura tanpa permisi.

Galang mengajak Eva ke danau yang menjadi tempat pertama kali Galang mengatakan cinta kepada Eva, kali ini hanya berdua dengan Eva tanpa Alsad ataupun Lusi.

"Ke danau lagi?" tanya Eva.

Galang menganggukan kepalanya membenarkan apa yang ditanyakan oleh Eva, sementara Eva kembali menatap jalanan yang hanya di tumbuhi oleh pohon di kanan dan kirinya.

Satu tangan Galang memegang kemudi sementara satu lagi mengenggam tangan Eva, "Kamu beneran nggak marah sama aku, kan?" Galang bukan mau mengungkit hanya saja Galang ingin mendengar kembali dengan jelas.

Benarkan jika pacarnya itu sama sekali tak marah, Galang penasaran kenapa Eva tak marah kepadanya.

Bukankah kalo pacaran akan cemburu satu sama lain, jika Galang melihat Eva yang di cium oleh pemuda lain mungkin saja Galang akan marah besar atau lebih buruknya Galang akan memutuskan Eva walau lagi sayang-sayangnya.

Eva mengulas senyumannya, Galang langsung menaikan sudut bibirnya melihat Eva yang tersenyum cantik seperti itu.

"Aku beneran nggak marah, tapi aku ngerasa bersalah aja nggak bisa jagain pacar aku dari cewek lain," kata Eva.

Galang terdiam, sebisa mungkin Galang mengigit bibir bawahnya mendengar ucapan Eva barusan membuat jantungnya berdebar-debar.

"Aku juga baru tau kalo kamu ternyata most wanted, jangan-jangan selama ini kamu banyak yang suka lagi," Eva menatap ke arah lain.

Melihat pepohonan yang keduanya lewati dari dalam mobil, wajar saja Eva tak pernah bergaul dengan siapapun.

Maka ketika ia melihat Galang di kerubuti oleh banyak siswi membuat Eva jadi gundah juga, apakah hubungannya akan bertahan lama atau tidak dengan Galang.

Eva terlanjur nyaman dan telah melabuhkan hatinya, kebekuan hatinya mendadak mencair karena Galang.

"Maaf," guman Galang sambil menghentikan mobilnya.

Eva menatap Galang dan melihat raut wajahnya menampakan penyesalan, mungkin Galang harus bersikap tegas lagi lain kali agar para pemujanya tak lagi mendekatinya.

"Hmm.." sahut Eva.

Keadaan hening seperti ini menjadi kikuk untuknya, Eva mendadak kehilangan kata-kata karena Galang selalu menatapnya.

Beberapa kali Eva mencuri-curi pandang dari sudut bibirnya dan hal itu membuat Galang semakin gemas.

"Hei, look at me," pinta Galang.

Pelan-pelan Eva mulai menghadap ke arah Galang menatap pemuda yang sedang menatapnya sambil tersenyum itu.

"Boleh peluk?" ijin Galang.

Eva membulatkan matanya, ia menggelengkan kepalanya kemudian menganggukan kepalanya ragu-ragu.

"Isshh.." Galang gemas sekali.

Pemuda itu menarik satu tangan Eva yang bertautan dengannya kemudian memeluknya dengan erat.

Wangi vanila dan mawar menyeruak dari tubuh Eva, Galang tersenyum sambil memejamkan matanya sambil menghirup aroma tubuh Eva yang sangat menenangkan.

Berbeda dengan Eva yang hanya mengangkat kedua tangannya tak membalas pelukan Galang, jantungnya berdegup kencang bahkan dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Eva yang merasakan hal ini mendadak kelimpungan, apakah ia memiliki sakit yang lain atau bagaimana.

Perlahan tangan Galang mengusap punggungnya memberikan sebuah sentuhan yang membuat Eva sangat tenang, ini bukan Galang pertama kalinya.

Eva pernah di peluk oleh Galang beberapa kali dan itu karena insiden, "Balas pelukan aku mine," bisik Galang.

Tangan Eva yang belum menyentuh punggung Galang pun perlahan menempel, Galang tersenyum merasakan tangan Eva yang berada di punggungnya.

***

Kali ini Eva dan Galang tak menaiki perahu keduanya hanya duduk di atas batu sambil melihat kura-kura yang pernah mereka lihat sebelumnya.

Sesekali Eva tertawa kecil mendengar cerita Galang yang selalu berpindah-pindah sekolah sampai Bunda Gea kesal dengannya.

"Beneran, Bunda ampe ngacam aku buat masuk pesantren," kata Galang.

Eva kembali tertawa, mendengarnya sangat lucu sekali, Eva yakin jika Galang kapok setelah di ancam seperti itu oleh Bunda Gea.

"Kapan-kapan aku pingin denger cerita kamu, Mine."

Eva menatap Galang kemudian menganggukan kepalanya pelan, agak sangsi sebenarnya menceritakan dirinya sendiri kepada Galang.

Eva harus menceritakan bagian mana? Bagian dirinya yang seperti apa yang harus Eva ceritakan.

Ia tak memiliki satu kenangan bagus, mengingat semua kenangan yang ia lalui itu hanya kenangan pahit dan menyakitkan untuknya.

Eva kembali menatap kura-kura yang terus berenang di dalam air, satu sama lain saling mendekat seolah kura-kura itu memiliki teman yang banyak.

"Mine," panggil Galang.

Eva menoleh kemudian mengerutkan keningnya melihat Galang yang memperlihatkan sebuah gelang kecil berwarna merah.

"Buat aku?"

Galang menganggukan kepalanya, "Ini couple," ujar Galang sambil memperlihatkan gelang berwarna merah yang berada di kakinya.

Lantas Eva menatap Galang kembali, "Kenapa di pakenya di kaki?" Galang yang sedang memakaikan gelang merah di tangan Eva pun tersenyum.

"Itu, aku niatnya pake di tangan sama kayak kamu, tapi aku mau tanya kamu dulu boleh pakai gelang couplean kayak gini, kan?" entah kenapa Galang selalu meminta persetujuan Eva.

Seolah Galang ingin tau apa yang boleh apa yang tidak, Eva hanya menganggukan kepalanya saja kemudian menatap gelang yang Galang pasangkan.

Gelasnya sangat pas di tangan Eva dan lagi Galang tersebut terlihat sangat canti meskipun hanya sebuah gelang polos, tapi Eva menyukainya.

Galang pun sama, gelang yang ia beli itu sangat bagus dan cocok di tangan Eva.

Kulit Eva yang putih dan mulus itu sangat kontras dengan gelang merah yang di pakainya, Eva tampak manis dengan aksesoris di tangannya.

Biasanya Eva hanya menggunakan jam tangan atau sesekali tangan Eva polos tanpa apapun.

Seluruh tubuh Eva jarang sekali memakai aksesoris Galang jadi ingin memberikan sebuah benda yang bisa menempel di telinga atau leher Eva pasti akan cantik.

"Nggak di pake di tangan?"

Galang langsung memamerkan deretan giginya kemudian melepas sepatu dan menarik gelang yang berada di kakinya kemudian Galang pakaikan di tangannya.

"Gimana, bagus, kan?"

Eva menganggukan kepalanya, tangan yang memakai gelang itu saling bertautan satu sama lain.

Eva tersenyum sesekali ke arah Galang begitu pun dengan Galang sendiri, ponsel Eva tiba-tiba saja berbunyi Eva langsung melihatnya.

Tapi baru saja Eva akan mengangkat telepon tersebut ponselnya keburu mati, semalam Eva tak sempat sama sekali men charge ponselnya.

"Siapa?" tanya Galang.

"Lusi," sahut Eva.

Menyebut nama Lusi, Eva langsung saja menutup mulutnya. "Aku lupa kalo mau pulang bareng Lusi," Eva memukul kepalanya membuat Galang langsung menarik satu tangan Eva.

"Hei hei hei,"

Eva langsung menatap Galang, tatapannya mendadak berubah karena baru pertama kali Eva pergi tanpa mengabari Lusi.

Eva yakin Lusi akan panik dan mengomel nanti belum lagi ponselnya mati dan tak bisa di hubungi.

Eva yakin jika Lusi juga akan menelepon ke rumah dan menghubungi orang yang biasa bersih-bersih di rumahnya.

***

Bersambung.