Chereads / I Choose To Love You / Chapter 29 - Menatap Aneh.

Chapter 29 - Menatap Aneh.

Galang dan Eva sengaja berangkat lebih awal, hari ini kebetulan keduanya mendapatkan jadwal piket kelas jadi Galang dan Eva langsung merapihkan kelasnya.

Galang yang lebih banyak bekerja karena Eva hanya di suruh duduk manis saja oleh Galang meskipun Eva gemas sekali ingin membantu Galang agar pekerjaannya cepat selesai.

"Nggak usah buru-buru juga sih, kan jam masuk masih lama," tukas Galang.

Eva melihat jam ditangannya memang benar jam masuk kelas masih ada waktu 40 menit lagi.

"Nih," Galang memberikan ponselnya kepada Eva.

Tentu saja Eva bingung karena Galang menyerahkan ponselnya begitu saja, "Buat apa?" Eva menatap Galang yang sedang berdiri di depannya.

"Ada game, coba deh biar nggak bosen," kata Galang.

Eva mengambil ponsel Galang tapi ternyata ponsel Galang memakai pola Galang memberitaukan polanya ternyata itu tanggal ulang tahun Eva.

Eva menggigit bibir bawahnya, mungkin saja kebetulan atau tanggal lahir Galang sama sepertinya.

Sedangkan Galang hanya menatap raut wajah Eva sembari tersenyum kecil, Eva mengambil ponsel Galang dan mulai memilih Game yang menurutnya mudah.

Jujur saja kalau urusan game Eva sangat payah, kini Galang membersihkan kelasnya seorang diri sementara Eva sesekali berdecak atau menggerutu sebal karena lagi-lagi ia harus kalah.

Padahal hanya main ular saja Eva kalah, Galang yang mendengar suara decakan Eva hanya mampu terkekeh.

Eva jauh lebih normal di banding sebelumnya yang hanya diam dan memberikan wajah dinginnya.

"Kalah terus?" Galang tiba-tiba berada di belakang Eva.

Membuat Eva langsung gugup seketika, bahkan ponsel Galang hampir saja jatuh jika tak Galang tangkap secepatnya.

"Maaf," Eva menundukan kepalanya.

Galang langsung mengerutkan keningnya, kenapa pula Eva harus meminta maaf toh Eva tak salah.

Justru Galang lah yang datang tiba-tiba tentu Eva terkejut karena ulahnya, Galang langsung memutari tubuh Eva dan berjongkok di hadapan gadis itu.

"Kamu kenapa, heum? Kenapa harus minta maaf," tanya Galang.

Satu tangan Galang meraih dagu Eva, kepala Eva terlalu menunduk membuat Galang kesusahan untuk melihatnya.

"Dengar, kamu nggak salah oke." Ucap Galang.

Sebenarnya bukan itu yang Eva takuti, Galang yang tiba-tiba berada di belakangnya membuat bayangan tentang kejadian beberapa tahun yang lalu itu muncul kembali.

Eva terkejut hingga akan menjatuhkan ponsel Galang, Eva hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya.

"Mau aku ajarin main game?" tawar Galang.

"Mau," sahut Eva sambil tersenyum.

Galang langsung duduk di samping Eva kemudian membuka salah satu game yang sedang di gandrungi oleh anak muda jaman sekarang.

Eva ingin mencobanya tapi entah kenapa sulit sekali, satu tangan Galang memeluk Eva dan mengarah tangan gadis itu.

Karena bantuan Galang game tersebut akhirnya menang Eva tampak sangat puas dan bahagia, suara para siswa mulai terdengar Eva langsung meminta Galang untuk duduk di kursinya membuat Galang sedikit menekuk wajahnya.

"Widih…udah rapih aja," seru Alsad yang baru masuk bersama beberapa murid lainnya.

Galang hanya mengangkat bahunya acuh sementara Eva hanya tersenyum, 'Wooww!" Alsad langsung berdecak melihat Eva tersenyum.

Pun dengan murid yang lain yang merasa aneh dengan Eva yang tersenyum, "Kenapa?" tanya Eva.

"Enggak," sahut Alsad sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Sementara murid yang lain masih menatap Eva yang kini mengambil buku pelajarannya.

"Si Eva kesambet apaan? senyum kayak gitu? Mana senyumannya manis lagi," bisik murid yang berada di belakang Galang.

Tentu Galang yang mendengarnya pun menjadi kesal, kat manis yang disebutkan oleh pemuda lain selain dirinya.

Galang ingin sekali memukul kepalanya tapi salah satu murid perempuan lain telah mengeluarkan suaranya.

"Mendingan kayak gitu senyum, daripada kayak patung es udah dingin nggak pernah ngomong kayak mayat idup," Galang menghela napasnya sejenak.

Benar juga tapi kenapa jika Eva tersenyum seperti itu kepada orang lain Galang tak terima.

Masa Galang sudah cemburu gara-gara hal sepele, "Ya tuhan," Galang menggerutu dalam hatinya.

"Kenapa lo Lang, ngeden-ngeden kayak mau boker," ujar Alsad.

"Diem lo kunyuk," desis Galang kesal.

Alsad yang kena semprot Galang seperti itu mendadak kesal, ingin memukul tapi Alsad takut di pukul balik.

Kini Alsad hanya komat kamit tak jelas, Lusi masuk dengan riang kemudian langsung memeluk eva.

"Twins..ada kabar bagus," kata Lusi tiba-tiba.

Galang yang sedang bermain game pun langsung menghentikan permainannya dan menatap ke arah Lusi yang sedang berbisik di telinga Eva.

"Oh ya," kata Eva.

Galang jadi pensaran apa yang mereka bicarakan, jujur saja Galang ingin tau tapi ia mana mungkin nimbrung dengan Lusi dan Eva.

Akan terlihat aneh jika Galang protektif di sekolah tapi hatinya sangat penasaran sekali.

"Iya nanti aku mampir," kata Eva.

Lusi langsung memekik senang kemudian Lusi langsung berjalan menghampiri Alsad, "Mana traktirannya? Kalau ulang tahun tuh bagi-bagi rezeqi jangan diem-diem aja," sindir Lusi.

"Siapa yang ulang tahun?" tanya Nita sambil memainkan cerminnya.

"Nih si Alsad, katanya mau traktir kita semua di kantin,"

"Wawwwwww…." Semuanya langsung bersorak senang.

Sementara Alsad langsung memutar kedua bola matanya malas, "Lo emang jago bikin orang bangkrut," kesal Alsad.

Lusi hanya menjulurkan lidahnya Alsad ingin mencubit atau menggetok kepala Lusi tapi guru telah masuk.

Alsad jadi urung melakukannya, jam istrirahat telah tiba Lusi langsung saja mengajak Eva tapi sepertinya Eva susah di ajak.

"Ayolah Va, please," rengek Lusi.

Eva hanya diam dan anteng dengan bukunya, ponselnya bergetar pesan dari Galang masuk.

"Ayo ke kantin, Alsad lagi ulang tahun,"

Eva terdiam sejenak, "Ayo," ujar Eva bangun dari duduknya.

Lusi langsung heboh dan senang jika ia telah berhasil mengajak Eva ke kantin, padahal pesan dari Galang lah yang dominan membuat Eva harus bangun dari kursinya.

Jika saja Galang tak memintanya untuk ke kantin Eva tak akan mau, paling-paling Lusi membelikannya roti.

Kebiasaan buruk itulah yang ingin Galang hilangkan dari Eva, otak Eva sudah pintar meskipun tak belajar.

Lagian buku yang sering Eva pelajari tentang hal lain, Galang memang tak paham dengan buku apa yang sedang Eva pelajari itu.

Kantin penuh oleh kelas Galang, beberapa murid bahkan sampai tak kebagian tempat duduk karena satu kelas itu semuanya datang berbarengan.

Eva duduk di kursi yang berdekatan dengan Alsad, Lusi dan tentunya Galang kebetulan meja bundar itu hanya cukup untuk empat orang saja.

Galang sesekali tersenyum sambil mencuri-curi pandang ke arah Eva yang terlihat kikuk karena selama sekolah Eva baru kali ini menginjakan kakinya di kantin.

Beberapa siswa pun menatap Eva aneh, Eva yang di kenal dengan princes ice itu mendadak duduk di kantin.

***

Bersambung.